Justin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Tatapannya begitu dingin dan terlihat berusaha menahan amarahnya. Athena yang duduk di samping Justin, dia terus menatap wajah dingin Justin. Sejak tadi Athena berusaha untuk mengajaknya berbicara, namun Justin mengabaikan perkataannya.Tentu Athena sangat mengenal suaminya dengan baik. Pria itu selalu mudah marah. Padahal Athena sudah berusaha menjelaskan dengan baik. Tetap saja Justin tidak memedulikan perkataannya. Jika sudah seperti ini, Athena lebih memilih mendiamkan suaminya itu. Paling tidak, hingga Justin tenang dan bisa mengendalikan amarahnya.Tidak lama kemudian, mobil Justin telah memasuki lobby hotel. Justin langsung lebih dulu turun dan melangkah masuk ke dalam lobby hotel. Tepat di saat Justin lebih dulu turun, Athena langsung turun dari mobil dan berlari mengejar Justin masuk ke dalam lobby—menuju kamar mereka."Justin," Athena menahan lengan Justin kala dirinya dan Justin masuk ke dalam kamar mereka.Tanpa berkata, Ju
"Justin, hari ini aku ingin melihat pameran lukis di Picasso Museum. Tidak apa-apa, kan kita ke sana?" Athena yang baru saja selesai berias, dia melangkah mendekat ke arah Justin yang tengah membaca koran. Kemudian, dia duduk di samping suaminya seraya melanjutkan perkataannya, "Atau kau ingin merekomendasikanku tempat yang indah di Barcelona?"Justin mengalihkan pandangannya. Lalu, dia meletakan koran yang telah dia baca ke tempat semula dan menatap Athena. "Picasso Museum tempat yang bagus jika kau menyukai pameran lukisan. Hari ini kita bisa ke sana. Dan besok, aku ingin membawamu ke suatu tempat.""Ke suatu tempat?" Athena langsung mendekatkan tubuhnya pada tubuh Justin. "Kau ingin membawaku ke mana?" tanyanya yang tak sabar dan tampak begitu bersemangat.Justin tersenyum. Dia menarik tangan Athena, masuk ke dalam dekapannya. "Apa kau menyukai sepak bola?""Sepak bola?" Athena mendongakan kepalanya, menatap Justin dengan senyuman manis yang terukir di wajahnya. "Apa kau akan memba
Athena mendesah pelan melihat tumpukan belanjaan yang hari ini dia beli. Tidak, lebih tepatnya Justi yang membelinya. Karena Athena tidak akan pernah mungkin berbelanja sebanyak ini. Sungguh, Athena tidak pernah menyangka Justin memilih banyak barang untuknya. Bukan hanya tas, tapi dress, sepatu dan masih banyak yang lainnya. Jika melihat ini semua, benar-benar membuatnya sakit kepala.Suara dering ponsel terdengar. Athena langsung mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang berdering itu. Kemudian, dia mengambil ponsel dan menatap ke layar—tertera nomor Julia, yang muncul di layar ponselnya. Tanpa menunggu, Athena menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, meletakan ke telinganya."Ya, Julia?" jawab Athena saat panggilan terhubung."Athena, kau di mana? Apa aku mengganggumu?" tanya Julia dari seberang line."Aku baru saja sampai di hotel. Ada apa, Julia?""Kapan kau kembali ke New York, Athena? Astaga, semenjak kau menikah, kau benar-benar telah melupakanku!"
"Justin?" Seroang pria bertubuh tegap, berambut coklat dan mata coklat gelap memanggil Justin yang melangkah menghampirinya."Aldrich? Maaf membuatmu menunggu." Tanpa berkata, Aldrich langsung memeluk tubuh Justin. Begitu pun, Justin membalas pelukan Aldrich."Aku juga baru datang, Justin. Lama tidak betemu denganmu." Aldrich mengurai pelukannya, lalu mengalihkan pandangannya ke Athena. "Apa kabar, Athena? Aku yakin, kau lupa padaku. Maaf dipernikahan kalian aku belum sempat memperkenalkan diriku," ucapnya pada Athena dengan senyuman di wajahnya.Athena tersenyum. "Hi Alrdrich, tidak apa-apa. Senang berkenalan denganmu.""Aku juga senang berkenalan denganmu, Athena," balas Aldrich."Aldrich di mana Amber? Aku pikir kau membawa Amber," tukas Justin yang menyadari Aldrich tidak membawa istrinya."Aku membawa Amber, dia sedang ditoilet," balas Aldrich. Tak berselang lama, tatapan Aldrich teralih pada seorang wanita berambut pirang melangkah menghampirinya. "Itu Amber," serunya dengan sen
"Athena, apa hari ini ada tempat yang ingin kau kunjungi setelah dari Camp Nou?" Justin masuk ke dalam kamar. Dia menatap Athena yang tengah menikmati sarapannya. Kemudian, dia mendekat lalu duduk tepat di samping Athena."Justin?" Athena mengalihkan pandangannya, kala melihat Justin sudah duduk di sampingnya. "Tadi kau dari mana? Saat aku bangun, kau sudah tidak ada.""Tadi Nathan menghubungiku. Aku takut kau terbangun. Jadi aku menjawab telepon di luar," jawab Justin sembari mengambil kopi espresso yang ada di atas meja. lalu menyesapnya perlahan. "Apa nanti ada tempat yang ingin kau kunjungi setelah kita kembali dari Camp Nou?" tanyanya lagi pada Athena."Aku ingin menikmati sunset di Rambla De Mar," jawab Athena dengan senyuman di wajahnya."Alright," Justin membawa tangannya mengelus lembut pipi Athena. "Aku akan membawamu kemanapun tempat yang kau inginkan."Athena mendekat, lalu dia menyandarkan kepalanya di lengan Justin seraya berkata, "Justin, boleh aku tanya padamu?""Apa y
Tanpa terasa, sudah delapan hari Justin dan Athena berlibur di Barcelona. Selama delapan hari ini, Justin dan Athena begitu menikmati liburan mereka. Justin selalu menunjukan tempat-tempat yang indah selama di Barcelona.Hari ini waktunya Justin dan Athena bersiap-siap menuju Madrid. Kota di mana Justin pernah tinggal cukup lama. Terlihat Athena pun sudah tidak sabar untuk mengunjungi Madrid. Tentu karena Athena telah memiliki list tempat apa saja yang wajib dikunjungi selama berada di Madrid.Kini Athena tengah mengemasi barang-barang pribadi miliknya dan barang-barang pribadi milik Justin ke dalam koper. Sesaat Athena melihat deretan koper-koper yang berada di pinggir jendela. Athena tidak mampu lagi berkata-kata. Di hadapannya kini, puluhan koper yang berisikan oleh-oleh untuk keluarganya dan keluarga Justin. Athena tidak menyangka, Justin membelikan begitu banyak barang dengan harga yang sangat fantastis. Namun, meski demikian tentu Athena menghargai cara Justin yang berusaha memb
Pesawat yang membawa Justin dan Athena telah mendarat di Bandar Udara Internasional Adolfo Suárez Barajas Madrid. Perjalanan menuju Barcelona dan Madrid hanya menepuh waktu satu jam tiga puluh menit. Kini Justin dan Athena turun dari pesawat—mereka melangkah menuju lobby bandara. Sebelumnya, Justin telah meminta sopir keluarganya untuk menjemput di bandara.Saat tiba di lobby, Justin dan Athena melihat seorang sopir sudah menjemput mereka. Tanpa menunda, Justin dan Athena langsung masuk ke dalam mobil. Tidak lama kemudian, sang sopir mulai melajukan mobil meninggalkan bandara.Sepanjang perjalanan, Athena tersenyum melihat keindangan kota Madrid. Terlebih saat ini adalah musim gugur. Suasana musim gugur di Madrid hampir sama dengan Barcelona. Ya, kedua Kota itu benar-benar mengagumkan. Para turis pun banyak berdatangan saaat musim gugur tiba. Tidak ingin menyia-nyiakan moment, Athena mengeluarkan ponselnya. Dia memotret beberapa jalan di Madrid."Justin, nanti kita menginap di hotel a
ByuuuurrrrAthena melompat ke dalam kolam renang. Pagi hari berenang adalah pilihan terbaik. Terlebih fasilitas di mansion milik Justin begitu lengkap. Bahkan kolam renang milik Justin, jauh lebih megah dari kolam renang penthouse miliknya sendiri."Nyonya Athena, ini sarapan untuk anda. Tadi Tuan Justin berpesan pada anda tidak boleh meninggalkan sarapan anda, Nyonya," ujar sang pelayan yang mendekat ke arah tepi kolam renang.Mendengar sapaan dari pelayan, Athena pun langsung naik ke atas tepi kolam. Tepat d saat Athena sudah naik ke atas tepi kolam renang—pelayan mengantarkan bathrobe untuk Athena. Kini Athena memaki bathrobe itu dan mengambil susu coklat yang hidangkan pelayan di atas meja bersama dengan roti coklat."Apa suamiku masih di ruang kerjanya?" tanya Athena sambil menatap pelayan itu."Masih, Nyonya. Tuan Justin masih berada di ruang kerjanya," jawab pelayan itu. "Tapi, sebelumnya saya sudah mengantarkan sarapan untuk Tuan Justin di ruang kerjanya, Nyonya. Jadi anda tid