Minggu siangnya, aku izin ke nci untuk bersih-bersih gudang dulu, karena besok mulai perkerjaan sebenarnya yaitu membuat kue kering. suara motor tepat berhenti di depan rumahku, dan itu benar mada, dia datang tepat jam dua belas siang.aku langsung ganti pakaianku pakai kaos dan celana pendek, soalnya aku cuman pakai tangtop dan hotpants, habis itu baru buka pintu.“yuk, gudangnya mana?” tannya liat ke arahku, aku kira dia melihat ke arah dadaku, tetapi melihat ke dengkul dan sikutku yang sudah aku perban.“tenang aman” kataku. mada cuman senyum.“itu samping rumah, eheh bentar aku cari kuncinya,” Rencananya aku mau buang barang yang terpakai, karena pas kemarin sebelum aku sama papa belum baikan, papa bawa semua barang aku tanpa sisa.“ketemu,” mada langsung buka rolling dor, aku langsung di belakangnya, takut ada tikus atau kecoa yang tiba-tiba keluar dari sana. Ternyata tidak ada, hanya tumpukan dus yang teratata rapih, walau sudah berdebu dan ada jarring laba-laba.“semua dus di k
“selesai” tepuknya. Nia langsung kasih dua jempol,“tinggal kondangan dah, cocok dahh” komentar babeh yang sudah selesai makan ubinya.“masa beh?” jawab nia, tertawa.“ah babeh mah, makan ubi lagi gih biar diem dikit” kata gue,“ogah, ubinya nyelap di gigi”“hahaha lucu” celetuk nia tertawa melihat gue sama babeh saling sindir, saat nia tertawa gue ngerasa kayak pelawak, gue sama babeh saling tatap dan ketawa bentar.“kamu udah siap?” saat selesai memakaikan dasi,“siap dong” walau hati gue berkata belum siap. Benar-benar belum siap.“boong, hehe, pasti belum siap”“tapi gak apa-apa masih lama ini, aku yakin siap dan datang sesuai janji kamu ke aku” lanjutnya senyum.“janji” ucapnya kasih jari kelingking seperti anak kecil.”“ayoo janji, kalau gak janji aku gak pinjamin ini tuxedo” ucapnya.“iah janji” aku mengikuti kemauan nia.“yaya yay a” suara babeh mau ledekin gue lagi,“nanti kamu pulangin kalau acara udah selesai, itu punya adikku, jadi jangan buat robek atau kotor” ancamnya te
Nci izinin libur sampai kondisi aku fit, dan hari ini hari kedua setelah malam pernikahaan itu. Rasanya masih sangat Lelah. lesu, dan lungai, menjadi satu.“sann, udah mendingan?”“iah ma, gak terlalu pusing sama lemas”“ini roti masih hangat”“dari siapa?”“nci yang kasih, barusan yang antarnya pulang” reflek aku langsung setengah berlari melihat keluar rumah, tapi yang antar bukan mada melainkan orang pasar.“kamu cari mada?” tanya mama.“heee?” mama ketawa kecil sambil usap rambut aku. Tapi aku cuman ketawa kecil karena ucapan mama benar, aku mencari mada. Atau hara tepatnya.Karena dia tak ada kabarnya setelah malam itu, apa mungkin dia sedang sibuk dengan keluarganya. yang bearti dia akan lama kesini atau tak akan kesini lagi. Tapi aku percaya dia akan kesini lagi. aku percaya ucapannya.Roti yang benar-benar hangat, dan masih empuk, satu gigitan roti buatannya mengingatkan aku awal pertemuan dengan nci. Itu buat aku ketawa sendiri sambil makan.“albert gimana ma kabarnya?” tanya
“aku gak mau orang lain yang dapetin itu, aku mau kasih ke kamu sekarang.” aku berpikir ini satu-satunya hal yang bisa kasih ke mada,“makanya aku bilang jangan lakukan hal bodoh”“aku gak bakalan nerima kalau dengan cara begini”“tapi kenapa? Kalau kamu punya perasaan yang sama, tetapi kamu gak mau sama aku?”“apa kamu gak mau karena aku seperti ini,?” mada gak menjawab apa-apa, dia langsung memelukku, dan Kembali menciumku bibirku, dia tak menyentuh buah dadaku atau bagaian lainnya. ciumanya yang dengan persaaan. bukan dengan nafsu.“aku gak bisa jawab apa-apa, aku cuman mau bilang”“jangan lakukan hal bodoh lagi” bisiknya di ikuti senyumnya,“dan sekarang sudah malam, “ mada membantu merapihkan pakianku, aku jadi semakin menyukainya. Dia tak nafsu dengan tubuhku, atau mungkin dia menahannya.“maaf ya mad, ““andai kamu menolak perjodohan itu, papa mama kamu pasti ngertiin kok, setidaknya dengan menyutujuinya itu cara kita menghargai papa mama kamu/” jelas mada.“pasti aku tolak” uc
Di tamabh mama sama papa gak curiga kalau bella sama aku sudah melakukan cocok tanam beberapa kali,Aku langusng liat isi album foto yang sudah lama banget, disana ada tiga orang, termasuk aku sama harsa.“ini orangnya?” tanyaku dalam hati, melihat anak kecil cewek, berambut seperti dora, dan gemuk. Terlihat dari tangan, kaki sama wajahnya.“wah,, wahh” gue jadi inget sedikit soal dia, kalau gak salah dia juga agak hitam karena sering main di halaman belakang,kadang sendirian, sekalinya hara temanin hasilnya dia nangis.“jadi penasaran sumpah” gue buka satu persatu lagi, samapi di foto hara kecil seoalh tak mau dekat-dekat sama dia. Dan kalau gak salah dia nangis lagi, semua karena harsa, tapi anehnya hara seolah tak menyesalinya, tepatnya sangat cuek sama dia.Dari kecil egonya udah keliatan, dulu mama pernah bilang kalau harusnya hara yang keluar duluan, tapi hara gak mau keluar, walau akhirnya dia lahir sungsang. Di tambah ekpresi wajahnya seolah kesal di keluarkan seperti itu.Dar
Santi alias nia langsung menghampiri papa mama nya, aku sendiri langsung focus ke makanan yang udah di sedain. Dari wanginya pasti mama yang masak. Ada satu makanan yang mau gue incer, yaitu pesmol, udah empat tahun gue cobain ini pesmol..Gue pilih duduk dekat kolam renang, karena nia juga lagi makan bareng orang tuanya,“aku boleh duduk sini?” tanya nia yang ikutan membawa piring.“boleh kok”“tapi aku baru tau kalau kalian berdua benar-benar kembar,bukan sekilas aja,” ucapnya tiba-tiba.“masa?? Tapi wajar sih, aku seputih harsaa, hehe”“tapi lebih berotot dari pada dia, hehehe” santi langsung buang muka setelah bicara seperti itu, entah itu pujian atau apa,“kamu suka yang berotot?”“hmm,, iah lebih gentle, tapi ngak juga gak apa-apa kok” jawabnya langsung masuk kedalam karena makanannya sudah habis. Kalau gue belum masih mau gado ikan.“haraa.. kamu di cariin mama kamu tuh” ucap nia kembali lagi membawa piring, tapi isinya buah.“kenapa?”“ikan pesmolnya gak ada sisa, tinggal bumb
Aku langsung huka satu per satu, album fotonya, tepatnya saat aku masih taman kanak-kanak, disana aku masih terlihat gendut, hitam, rambut ala dora.Foto saat ulang tahun hara dan harsa, aku berdiri jauh dari seseorang, aku gak bisa bedain mana harsa dan hara kecil.Yang jelas antara mereka yang suka jailin aku terus menerus, dari foto juga sudah terlihat anatara harsa hara juga yang seolah menjahuiku.“harsa atau hara sebenarnya yang sering baut aku nangis” aku masih belum bisa menebaknya, dan di antar dia juga yang baik sama aku.Aku memilih melanjutkan fotonya nanti saat di kamar, pasti bella juga belum lihat.Tapi saat aku masuk ke kamar, bella tak di kamar, aku kembali keluar mencari bella, termasuk penasaran ke kamar atas.“pasti itu kamarnya hara,”“haraaa tok tok tok” kataku mencoba membuka pintunya, tak di kunci, tetapi tidak ada siapapun, harsa mau pun hara.“ngghh nghh” suara lenguhan bukan berasal dari kamarnya, tetapi di kamar lain, aku mencoba kembali mendengarkannya lag
“haaaaaa” aku langsung bangun di kamarku begitu mengingat tadi malam. Apa itu memang mimpi atau memang aku tidur di pelukannya hara.Aku langsung keluar kamar,ke lantai atas tempat hara tidur. Pintu kamarnya tak tekunci, aku langsung masuk kedalam. Udara dingin AC langsung terasa menusuk tulang, tapi tak ada orangnya, aku langsung ke kamar satunya,“har” aku angkat selimutnya, teryata itu harsa, dan di sampingnya bella, mereka sama-sama telanjang bulat. Bearti tadi malam itu bukan mimpi, beberapa bekas condom pun berceceran di lantai. Suasana rumah benar-benar sepi, setiap kamar tak da hara dimanapun, papa mama juga masih tidur,“non cari siapa?” tanya seseorang pas aku keluar rumah, siapa tau di ada di taman depan, atau sejenisnya.“cari hara pak, bapak liat?”“ohh den hara, tadi malam dia pergi buru-buru non, ““haaaa??”“sama siapa pak?”“sendiri, bawa mobil juga tuh non/”“kemana pak?”“gak tau juga, den hara bilangnya urusan darurat” pikiranku langsung ke babeh resin, pasti ada t