***Gue isitrahat duduk bersandar tak jauh dari ruangan rawat babeh, jujur tangan langsung gemetar sekarang,Santi tak berkata apa-apa, tetapi tangan gue di pegang erat. Sambil membiarkan kepala gue di bahunya.“malu banget rasanya teriak-teriak kayak tadi” gumam gue ketawa kecil sambil menghela nafas panjang.“iah di tambah, pertama kali aku lihat kamu nangis, kayak tadi”“aku gak nangis loh, cuman sedikit meneteskan aja”“sama aja, mata kamu merah gitu,” potongnya“tapi nangis bukannya lemah tau, kamu bilang kan, kita boleh nangis hanya dengan satu masalah yang sama,?”“hmmm. Emang pernah ngomong gitu?”“issshh,” desisnya kasih bibir bebek,“oh ia har.. tadi ada yang cariin seseorang, kasih unjuk sesuatu”“apa?”“foto, tapi mirip babeh” bisiknya sambil noleh kiri kanan.“dimana?”“ehh ituuu orangnyaaa!” tunjuk santi ke arah empat orang, terdiri dari dua lelaki, dua perempuan, yang satunya udah ibu-ibu tiga lainnya masih sekitar umur tiga puluhan.Gue langsung bangun hadang mereka p
Bab 127 Oktober 2021 aku mendapatkan kepercayaan dari atasan untuk diangkat menjadi asisten di sebuah PT kelapa sawit. Dan hari 15 November aku harus berangkat ke Palembang, di perkebunan kelapa sawit yang ada di sana.Aku ditugaskan bersama dua orang teman yang menjadi kepala mandor dan bagian pengawasan di bawah kepimpinan ku.Perkenalkan namaku Adit, kini aku berusia 27 tahun. Dan aku masih lajang. Tinggi badanku 175cm dan berat badan ku 65kg. tidak terlalu gendut untuk orang yang memiliki tinggi badan sepertiku. Aku di Lampung, dan ini kalo pertama aku harus meninggalkan Lampung. Yah mau bagaimana lagi, tugas dan pekerjaan sudah menjadi tanggung jawab yang harus di kerjakan."Udah siap semua?" Aku bertanya pada Rudi dan juga Adi, mereka yang akan menemani ku di sana, walau tugas kami berbeda tapi kamu mendapatkan lokasi kerja yang sama, jadi selama dua tahun ke depan mereka yang akan menemani ku. Tentu saja aku bersyukur, karena saat aku pergi dari kampung ku. Aku di temani oleh
Bab 2Begitu aku dan kedua teman ku turun dan berjalan ke arah rumah dinas, aku sempat terbelalak saat melihat sosok wanita yang berdiri di depan halaman menyambut kedatangan kami.Bukan cuma aku, tapi kedua teman ku pun sama, kami terbelalak bersamaan dengan apa yang kami lihat di hadapan kami sekarang."Selamat datang den...." Sapa wanita itu."Ini tolong bawakan ya Bu." Ujar pak Supri sembari memberikan satu koper ke wanita itu.Aku tak menjawab ucapan sang ibu karena fokusku tertuju pada satu arah.Payudara.Yah! Benda yang menjadi pusat perhatian kami bertiga adalah dada dari wanita itu. Bagaimana tidak, wanita yang ku taksir usianya ada di 35 ke atas dengan kulit sawo matang dan tinggi sekitar 155cm itu benar-benar menarik perhatian kami, terutama bagian payudara dari wanita itu.Dia yang memakai daster longgar saja masih menampakkan lekukan payudara yang super besar, Bahakan bisa ku bilang sangat besar da
Bab 3Setelah mereka berdua berpamitan, aku segera pergi ke kamar tidurku, meletakkan map berisi surat tadi ke atas meja di sebelah tempat tidur.Aku merebahkan tubuhku dalam posisi terlentang. Menatap langit-langit kamar sembari membayangkan betapa indahnya payudara bi Sri tadi.Ah, berapa beruntungnya pak Supri bisa menikmati payudara itu setiap saat. Andai saja aku ada di posisi pak Supri. Betapa bahagianya hati ini mendapat wanita seperti beliau.Membayangkan tubuh Bu Sri membuat kantuk datang menghampiri, tubuh lelah dan juga pinggang yang terasa sakit menghantarkan ku ke dalam dunia mimpi.Aku tertidur. Namun beberapa saat kemudian samar-samar aku mendengar suara langkah kaki mendekat.Aku mengerjap pelan, antara sadar dan tidak, aku melihat gagang pintu kamar ku di buka. Lalu muncul sosok wanita yang sedari tadi menganggu pikiranku.Bik Sri berdiri di depan pintu, setengah telanjang, hanya lingerie yang menutup tu
Bab 4 Produk super! Yah aku bisa bilang semua wanita yang ada di kamp ini adalah produk super dengan kualitas diatas standar.Walau mereka tinggal di desa terpencil. Tapi tidak membuat mereka terlihat seperti orang kampung yang dekil dan tak terawat. Melihat kulit mulus dan bagaimana indahnya payudara gondal gandul mereka membuatku membatin. Kayaknya gue ada di surga sekarang ini.Menjalani hari-hari dengan pemandangan seperti ini ya tentu saja akan membuat ku selalu bahagia.Ah bahagianya hati, padahal hanya di suguhi pemandangan seperti itu saja, tapi sudah membuatku ingin cepat-cepat crot saja! Ah kamar mandi! Kayaknya aku harus ke kamar mandi setelah pulang nanti.Rudi menyikut ku tiba-tiba membuat lamunanku buyar kemudian."Loh udah mau pamit aja pak?" Tanya Bu Dewi tiba-tiba membuatku plonga-plongo di tempat, aku tidak memperhatikan percakapan mereka sedari tadi. Karena fokusku tertuju pada payudara indah yang disuguhkan d
Bab 4"Kenapa Lo? Suntuk banget kayaknya tuh muka?" Tanya Rudi tepat setelah aku memperkenalkan diri pada pekerja pagi ini. Sengaja aku mengumpulkan mereka sebelum bekerja. Untuk memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan kedua teman ku ini.Sekarang baru jam 7:30 tapi mereka sudah berangkat beraktivitas setelah aku menutup acara pagi ini.Aku menghela napas sebentar, mimpi semalam masih terbayang-bayang di benakku."Mimpi buruk gue." Keluhku."Yaelah. Baru juga semalam di sini, udah nggak betah aja lu!" Jawab Adi."Bukan masalah nggak betah, cuma ini lain.""Jadi?""Ada lah pokoknya..." Balasku yang tentu saja malas untuk menceritakan pengalaman ku malam tadi. Malu dan aneh jika aku membicarakan hal yang intim bagiku."Pak Supri mana? Bukannya kita mau keliling area?" Ujarku mengalihkan pembicaraan."Masih ngambil mobil katanya." Jawab Adi."Kalian naik mobil aja, gue mau coba motor
Bab 5Bermodalkan keberanian dan tekat aku pergi ke rumah pak Supri. Waktu baru saja menunjukkan pukul 8 malam. Aku sengaja mengulur waktu karena bagiku. Waktu seperti sekarang orang lebih banyak beristirahat dari pada sore hari.Jadi dengan membawa map perjanjian itu. Aku berjalan menyusuri lorong. Beberapa kali aku berpapasan dengan para pekerja ku yang menyapa dan hanya ku jawab dengan anggukan dan senyum.Rumah pak Supri terletak di lorong nomor tiga paling ujung dan dekat dengan toilet umum. Sedikit jauh dari rumah dinasku, tapi aku memilih berjalan kaki karena sekalian olahraga.Setelah sampai di ujung. Aku bisa melihat rumah pak Supri yang terletak di paling pinggir. Total rumah di lorong ini ada lima dengan model memanjang, dan rumah satu dengan yang lain saling menyatu, hanya ada pembatas papan untuk menyekat setiap rumah.Mirip seperti mes di pabrik pada umumnya, hanya saja yang membedakan, rumah di sini tidak terbuat dari baru
Bab 6Pagi itu aku di sambut dengan payudara gondal gandul milik bik Sri yang bergerak ke sana kemari seiring pergerakan pemiliknya.Pagi ini saat aku bangun, Beliau tengah mengepel lantai ruangan tamu dan ruang makan yang membuatku langsung memilih duduk di meja makan sembari menonton suguhan indah itu lagi.Pagi ini Bu Sri hanya mengenakan daster pendek sebatas paha tanpa bra hingga puting besarnya itu tercetak jelas. Aku disuguhkan kopi dan satintoples cemilan, sembari menikmati pemandangan itu. Aku membakar satu batang rokok. Bik Sri tanpa risih melakukan kegiatannya. Pergerakan tangan yang tengah mengepel lantai itu membuat payudara tanpa bh bergerak gondal gandul. Santapan nikmat sembari menyesap kopi."Aden mau sarapan dulu apa nanti saja?" Tanya bik Sri tanpa menatapku."Nanti aja bi, lagian hari ini nggak banyak kegiatan." Jawabku.Ini hari ketiga aku di rumah dinas ini, dan aku sudah mulai terbiasa dengan apa
Pagi pagi sekali aku dibangunkan oleh bik Sri. Mataku perlahan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Ku lihat bikbsri yang tersenyum di hadapanku dengan wajah berbinar."Bangun den, udah pagi." Katanya lagi.Ku lihat sebentar penampilan bik Sri yang masih seperti malam tadi. Tanpa busana dan masih sedikit bekas seperma dari beberapa pria yang menjamah dirinya malam tadi.Melihat itu tentu saja nafsuku langsung bangkit, hingga aku lupa jika pagi itu aku juga sama seperti mereka, telanjang tanpa busana yang membuat penisku jelas terlihat menegang.Bik Sri yang menyadari hal itu langsung tersenyum manis. "Masih bisa bangun toh den. Kirain udah loyo setelah di kuras habis isinya tadi malam." Ujar bik Sri.Aku tak bisa menjawab, selain karena baru bangun tidur, aku juga masih belum bisa mengontrol diriku sendiri.Melihat aku diam saja, tangan bik Sri dengan jahil merambat ke arah penisku. Di usap pelan kepala penisku yang su
Setelah giliran ku selesaikan, kini tiga orang pria naik ke atas panggung, tidak seperti aku yang langsung mendapat pelayanan dari tiga wanita itu sekaligus, mereka hanya bisa mendapat satu wanita yang bisa mereka gilir bergantian, yah bisa dibilang mereka mendapat 3 wanita itu juga, tapi secara bergantian, tidak secara langsung seperti aku tadi.Dan dari posisi aku duduk inilah aku bisa melihat semua hal yang ada di sana.Mulai dari pak Supri yang tengah asik menggenjot seorang wanita paruh baya. Lalu Joni yang menggenjot wanita tanggung, dan juga bapak Dinda yang jugaemberikan pelayan pada wanita paruh baya lainnya.Abaikan mereka, karena jujur saja aku melihat mereka bertiga ada rasa iri di dalam hati, terlebih melihat penis mereka yang ukurannya bisa dibilang besar, yah walau milikku lebih besar dari pada milik mereka, tapi tetap saja melihat seorang pria bermain rasanya agak aneh. Terlebih tidak ada yang menarik dari pasangan tiga orang itu. Wanita ya
Sabtu pagi tepat pukul 7 aku dan kedua temanku sudah berkumpul di meja makan dan tengah menikmati sarapan, hanya aku dan rudi. Karena Adi masih sibuk dengan laptop.Pagi itu kami dibuatkan sarapan oleh Jumirah. Karena bik Sri tidak bisa hadir lantaran malam nanti Joni akan lamaran dengan gadis desa sebelah. Dan sepetinya akan ada pesta nanti malam. Jika infomasi dari Jumirah benar, maka akan ada acara suku yang dinamakan lelang, bertujuan untuk mengumpulkan dana untuk membantu pihak mempelai.Jujur aku baru mendengar acara seperti itu di tempat ini, ya maklum aku belum lama tinggal di tempat ini jadi belum terlalu paham dengan banyaknya adat di ini."Jadi sistem acara nanti malam itu gimana Jum?" Tanya Rudi yang tengah asik menyantap ikan gabus goreng.Jumirah yang masih sibuk mengulum penisku mendongak dan menjawab. "Sistemnya ya gitu pak. Nanti pihak mempelai bakal kasih sajian yang bakal di lelang. Dan undangan khusus akan menawar harga untuk m
Cukup lama nur memainkan kedua penis itu dengan tangan dan juga mulutnya, jilatan serta hisapan dia kerahkan untuk memberikan kenikmatan bagi dia batang yang sebentar lagi akan mengobok-obok lubang peranakannya itu.Dan benar saja, Rudi yang saat itu tengah mendapat kocokan dari tangan lembut nur langsung menjauh. Rudi yang mulai bosan dan sudah tidak sabar untuk mengobok-obok vagina nur langsung menarik diri dan merebahkan tubuhnya di samping tubuh nur. Segera dia tarik tubuh nur dan dia tuntun agar naik ke atas tubuhnya.Kini Rudi telentang sedangkan nur masih sibuk mengulum penis joko.Rudi dengan santainya menggerakkan penisnya, mencari-cari lubang vagina nur. Namun dengan ukuran penis yang besar membuat dia sedikit kesulitan untuk memasukkan penisnya ke dalam sana.Merasa Rudi kesulitan, nur mencoba membimbing penis Rudi dengan tangannya. Hingga saat dirasa pas pada posisi nur mulai menurunkan tubuhnya.Tepat saat itu. Mata nur langs
Siang hari dipertengahan perkebunan sawit itu terlihat ada beberapa orang yang tengah berkumpul dan beradu peluh satu sama lain. Mereka terlihat asik menikmati suasana dan alur dari permainan yang diciptakan oleh Adit.Adit yang baru saja mencapai puncak orgasmenya kini tengah terlentang bersamaan dengan Pariyem yang tergeletak di atas dadanya. Tubuh mereka menempel bagaiman cicak. Peluh membasahi tubuh keduanya. kelamin keduanya masih menyatu satu sama lain, menyusahkan lendir putih yang keluar dari kemaluan Pariyem. Dia baru saja selesai untuk satu wanita.Di sisi lain pak Supri tengah asik mendoggy seorang ibu dengan tubuh paling gempal bernama Suryati, atau kerap di sapa Yati. Di hadapan Yati satu batang penis tengah asik keluar masuk di dalam mulutnya."Shhhh ohhh yatii sepongan mu memang luar biasa!" Lenguh pria itu saat penisnya dengan asik di hisap oleh Yati. Namanya Badarudin atau sering di sapa Udin. Matanya merem melek menikmati sepongan Yati. T
Hingga menampakkan paha montok yang terlihat kenyal dan bergelambir itu.Aku mengintip dari belakang pundaknya. Menantikan apa yang akan lakukan selanjutnya. Dan siapa sangka, sifat binal Pariyem sungguh diluar prediksi ku. Dengan sengaja dia mengarahkan batang penisku dan dia gesekkan pelan di belahan vaginanya, perlahan tapi pasti aku merasakan kepala penisku menembus daging sempit itu, daging yang seolah memijat kepala penisku dengan ramah dan lembut.Tak sampai 10 detik penisku luruh sepenuhnya. Pariyem sengaja mendiamkan penisku untuk beberapa saat. Lalu di menoleh ke arahku dan berbisik. "Kontol pak Adit besar banget! Memek aku penuhhh!" Lenguhnya sembari tersenyum puas.Mendapatkan pujian seperti itu membuatku seakan terbang, aku segera mengecup lehernya meremas kedua payudaranya sembari sesekali ku pelintir putingnya."Shhhh.... Ennakkkkk pakk...."Dalam posisi duduk ini. Pariyem mulai memaju mundurkan pinggulnya. Maju mundur yang
Setelah kembali dari kota, aku segera kembali ke rumah sedangkan Bu Isti yang kelelahan karena sepanjang jalan melayani kami berdua secara bergantian langsung diantar oleh pak Supri ke rumahnya.Sedangkan aku langsung disambut oleh bik Sri yang saat itu hanya mengenakan apron tipis tanpa selembar kain lagi di baliknya, aku tersenyum lantas mendekatinya dan segera ku peluk tubuhnya. Ku tarik tubuh itu agar lebih merapat ke tubuhku dan segera ku kecup bibirnya."Kangen bibik!" Kataku lembut.!Halah! Padahal di sana asik-asik sama Bu Isti, sok-sokan kangen sama bibik!" Ujar bibik sembari menyubit pinggang ku."Hehe ya gimana ya bik, punya Bu isti nggak sebesar punya bibik. Jadi nggak enak!""Jadi punya bibik masih yang paling enak dong!""Iya jelas dong, punya bibi tuh paling juara!" Jawabku lagi sembari meremas gundukan payudara besar itu.Bi Sri langsung terkekeh kecil seraya mendesah tatkala remasan ku semakin brutal.
Di tengah cahaya remang dan juga suara bising dari film yang di putar, Bu Isti tengah asik menggoyangkan pinggulnya dengan posisi sedikit membungkuk. Dia berusaha memberikan kenikmatan yang aku cari sedari tadi, otot vaginanya mencengkram penisku sesekali. Lalu pantatnya bergoyang dengan indah bak di dalam film porno yang dulu sering aku tonton. Goyangan indah yang membuat gairahku semakin membumbung tinggi. Membuat kebahagiaan dalam diri seolah membuncah. Aku tidak pernah berpikir akan melakukan hubungan intim di tengah keramaian seperti ini. Apalagi di dalam bioskop yang katanya kursi paling pojok adalah tempat orang sering berbuat mesum. Yah... Karena itulah aku memilih tempat paling pojok agar mengikuti tradisi yang ada. Aku melirik ke kiri di mana seorang bapak duduk sembari kepalanya fokus ke arah layar. Tapi aku yakin sesekali dia melirik ke arah kami. Apalagi dengan posisi yang begitu dekat itu dia pasti sadar dan mendengar apa yang kami lakukan
"pak! Apa ini nggak terlalu ketat, saya malu kalo harus pake pakaian ini untuk pergi!" Ujar Bu Isti yang tengah protes karena aku menyuruhnya memakai legging panjang yang sangat ketat hingga pres bodi. Yang membuat pantat bulatnya itu terbentuk dengan sempurna, belum lagi bagian atas yang hanya mengenakan kaos lengan panjang yang begitu ketat dengan atasan hijab.Dia terlihat tidak nyaman dan berusaha menutupi bagian intim seperti selangkangan dan juga buah dadanya.Aku terkekeh pelan lalu berjalan menghampirinya. "Nggak papa Bu! Ibu cantik pake baju kayak gini.""Tapi ini terlalu ketat! Saya malu pak!""Kenapa harus malu Bu? Badan ibu bagus. Wajah ibu cantik. Pasti orang akan suka melihat kecantikan ibu, apalagi ibu sangat cantik ketika mengenakan pakaian ini."Dia memandangi wajahku lekat lalu berkata lirih. "Baju ini sama sekali nggak menutupi tubuhku pak, malah terlihat seperti telanjang!"Aku terkekeh pelan. "Nggak papa Bu.