“Maaf Mas, aku tidak bisa!” Aku berisi keras untuk tidak melampaui batasku walaupun dalam hati sangat ingin di manja. Aku pergi dari ruangan itu tanpa melihat wajahnya, aku sangat malu dengan perilaku sendiri. Kumelangkah dengan cepat sampai aku tidak sengaja menabrak dinding yang membuatku meringis kesakitan.“Augh, sialan kenapa juga ada dinding di sini,” rutukku kesal.“Ibu nggak apa-apa?” tanya Nia sekretaris Mas Lingga.Dia pun menghampiriku dan memastikan kalau aku tidak apa-apa.“Saya nggak apa-apa, mungkin hanya kecapean saja permisi,” jawabku tanpa melihatnya.Aku menutup keras ruanganku dan memberitahukan kepada Yola sekretarisku untuk tidak mengganggu ku saat ini.“Bagaimana ini aku terlalu malu apa yang aku lakukan tadi?”“Ah ini semua karena ibu yang biang aku harus menjadi wanita penggoda dan sekarang Mas Lingga malah ingin lebih, bagaimana ini?” “Bagaimana aku berhadapan dengan dia lagi?” Aku semakin bingung dan mengumpat untuk diriku sendiri, tetapi sentuhan itu tid
Mataku membulat dan melotot kepadanya karena baru kali ini ada yang menolak pesona dari ketampananku yang paripurna ini.Apa yang kurang dariku, banyak wanita tergila-gila kepadaku , bahkan mereka datang sendiri untuk bisa aku bawa ke mana saja tanpa ikatan apa pun.Namun, sekarang ada wanita yang susah aku taklukkan dia tidak ingin berhubungan lagi dengan seorang pria Karen trauma pernikahan yang ternyata hanya kepalsuan.Namanya Arumbi Lestari wanita yang pernah singgah di dalam hidupku lima belas tahun yang lalu. Anaknya tomboi dan apa adanya.Di sekolah dia termasuk anak yang pintar juga dan pembuat masalah, dan berakibat dia harus keliling lapangan sebanyak lima kali atau hukumannya adalah membersihkan toilet wanita. Banyak teman menjadikan Arum sangat disukai, sebagai teman curhat pun, pandai menyimpan rahasia. Aku pun sebenarnya diam-diam menyukainya.Aku hanya melihatnya dari jauh, aku kakak kelasnya berbeda satu tingkatan saja dengan dia. Dia tidak pernah pacaran pada
Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku, kenapa aku begitu naif untuk bisa menggoda Mas Lingga. Pasti dia sangat tersanjung, ini semua gara-gara Ibu menyuruh aku seperti ini.Namun, aku tidak mau tertipu dengan kebaikan dan ketampanannya yang sangat memikat hati tetapi ah ....Ada orang lain yang mengganggu pikiranku sekarang ....Shiiittt ... bruuukkk!” “Apa aku menabrak mobil orang?” tanyaku dalam hati.“Sebuah kecelakaan kecil terjadi dan aku yang menabraknya, ini semua gara-gara pria yang bernama Mas Fahri itu, sepertinya semua orang yang aku lihat kok sama ?” Tok! Tok! Pintu kaca mobilku diketuk.Aku pun langsung keluar dengan gemetaran, hatiku pun dag Dig dug, tanpa melihat orang yang mengetuk kaca mobilku.“Kamu harus bertanggung jawab, kamu nggak lihat ada mobil terparkir di sini, untung saja jalanan masih tidak terlalu ramai, kalau nggak kamu bisa menjadi bulan-bulanan warga yang melihat kejadian ini,” bentak pria itu tetapi aku mengenal suara itu, aku memberanikan meng
“Nih ponsel buat kamu,” ucapnya seketika dan menyodorkan ponsel berwarna hitam tetapi aku sangat terkejut, sedikit retak atasnya.“Buat aku, tetapi untuk apa, lagian ini kan punya Mas Fahri?” tanyaku bingung.“Kamu tahu kenapa aku menghancurkan ponselmu yang mahal itu?” “Nggak,” jawabku singkat.Mas Fahri menjitak kepalaku seakan-akan dia sudah akrab denganku.“Mas, apaan sih sakit tahu!” “Lagian kamu terlalu polos atau bodoh sih?’” Sumpah baru kali ada yang bilang seperti secara lugas dan lantang seperti dia.Aku menggerutu, rasa kesal banget bertemu dengannya tetapi bayangannya selalu ada, bagaimana dong?“Hei, kok malah bengong sih?” “Saya menghancurkan ponsel mahal kamu itu karena Linggis eh salah maksudnya Lingga sudah memasang GPS di ponsel kamu, jadi dia nggak perlu khawatir kamu di mana, dia akan tahu kalau GPS itu berfungsi dengan baik.”“Dan seperti punya saya, ponsel itu juga terdeteksi dengan punya ponsel saya yang lain, dan saya bisa memantau kamu ada di mana, siapa t
“Cepat katakan Arum, jangan diam saja, panas ini dan perut saya sudah keroncongan dari tadi,” ucapnya yang tidak sabar.“Ya kamu tidak cocok dengan Ibu, tetapi denganku, maksudnya begini yang seumuran denganku, jangan salah sangka dulu” ucapku malu-malu.Namun, Mas Fahri malah tersenyum seolah-olah dia tahu apa yang apa yang ingin aku katakan, sepertinya pipiku mulai merona.Setelah aku mengatakan itu Mas Fahri tidak mengatakan apa-apa lagi, tidak ada tanggapan, dan dia kembali menyalakan mesin mobil itu dan pergi ke suatu tempat.Selama dalam perjalanan tidak ada sama sekali kalimat yang dia ucapkan, pandangannya lurus ke depan dan fokus menyetir. Aku jadi tidak enak sudah mengatakan hal itu, tetapi dia sendiri kan yang memaksaku untuk berkata terus terang dan sekarang malah dia yang diam tidak seperti yang tadi yang banyak bicara seperti burung beo.Aku jadi takut untuk meminta penjelasan darinya. Aku melirik jam tanganku sudah sepuluh menit dari tempat kami berhenti dan aku kem
“Kamu tidak salah dengar, wanita yang akan saya nikahi adalah kamu.” “Apakah aku tidak bermimpi?” “Apakah saya harus mengulang jawabannya saya?” “Apa yang dikatakan oleh Nak Fahri betul Rum, makanya duduk dulu sini,” ajak Ibu membuat wajahku sepertinya sudah memerah.“Begini Arum, sebenarnya ibu dan Bu Yuni sepakat untuk menjodohkan kalian. Ibu nggak ada menutupi apa pun kalau kamu dulu sudah menikah juga perjodohan Bapak dulu.”“Ibu tahu kamu pasti trauma dengan pernikahan, tetapi kamu sudah menjadi janda sudah hampir dua tahun dan Raina juga sudah besar dia pasti mengerti.”“Dia juga pasti menginginkan orang tua lengkap walaupun baik kamu dan Fahri bukanlah orang tua kandungnya, tetapi kasih sayang kalian akan membuatnya menjadi keluarga yang utuh.”“Dan bukan itu saja jika kalian menikah kalian bisa bekerja sama untuk menggiring si Lingga itu ke tempat yang seharusnya yaitu di balik jeruji.”“Ibu takut kalau kamu kenapa-kenapa sama Lingga, Ibu nggak percaya sama dia Rum, kal
“Lira dengan senang hati mau memberikan bayi itu karena dia juga tidak menginginkannya. Aku juga baru tahu itu karena Mas Ariel sering ke Yogya“Tidak sampai di situ aku baru tahu lagi kalau ada lagi istrinya sebelum aku dan Lira, Mas Ariel juga menikah dengan tenan wanitanya karena ia sangat kaya namanya Kiranti. Dia juga menikahinya. Aku akhir hati dan sepertinya aku sudah dibohongi habis-habisan. Dan Mas tahu siapa Mas Lingga aku pikir dia sangat baik ternyata dia adalah dalang semua kekacauan ini, dia adalah anak tiri Papa Sugeng. Seperti Mas Ariel Papa Sugeng juga seperti itu dan hanya karena harta warisan mereka sangat kejam mengambil nyawa orang. “Jika hanya untuk harta warisan kenapa nggak minta secara baik-baik aku akan pasti mengalihkan semua harta warisan itu ke tangan Mas Lingga. Aku juga tidak mau harta warisan itu.”“Dan satu lagi yang kamu harus tahu Mas?”“Apa?”“Dana apakah kamu tidak mempunyai anak dari Ariel?” “Hahaha ... ya setiap pernikahan pasti tujuannya a
“Ya kalau saya beritahukan sekarang nggak seru lah nanti saja,” ucapnya dengan santai.“Huh bikin kesal saja ini orang tetapi nggak apalah bisa buat penasaran,” ucapku dalam hati.Aku percaya mungkin dia jodohku yang terakhir, aku tidak mau dipermainkan lagi oleh cinta, tetapi aku berharap dia memegang janjinya untuk setia kepadaku.Ah sungguh melelahkan hari ini tetapi ada rasa bahagia yang menyelimuti diriku. Entah kenapa aku merasa yakin dia pernikahan ini. Aku tidak bisa tidur sangat gelisah, lalu aku ambil ponsel pemberian Mas Fahri, tidak buruk hanya memang ponsel lama sehingga tidak banyak fitur yang ditampilkan .Lalu aku membuka ponsel itu dengan hati-hati, untungnya tidak memakai pas Word.Ternyata di dalam ponsel itu sungguh lengkap dan aku mulai membuka galerinya. Betapa terkejut aku saat melihat foto-foto Mas Fahri dan ibunya. Wajahnya yang sangat tampan bersama ibunya, kebersamaan ibu dan anak itu seperti tidak dapat dipisahkan Saat aku menikmati pemandangan waj
Hari ini aku sangat bahagia karena. Aku sudah menemukan tambatan hati yang aku mau. Ya namaku Devan Fahrizi Sanjaya. Aku seorang pengusaha dan aku cukup di kenal banyak orang. Pengalaman hidup bersama ibuku yang miskin dan dicemooh oleh orang lain telah mengantarkanku menuju gerbang kesuksesan.Namanya Arumbi Lestari, kami bertemu di sebuah masjid saat aku menjadi marbot di sana, ya karena dari menjadi tukang marbot lah aku bisa sukses seperti sekarang ini.Pandangan pertama aku sudah mulai suka dengannya, cantik, sederhana dan jutek dan itu yang aku suka dengannya. Aku pikir dia akan terpesona dengan ketampananku yang paripurna ini nyatanya tidak dia sangat acuh tetapi itu membuatku menjadi lebih penasaran dengannya.Biasanya wanita yang melihatku langsung meminta perkenalan dan langsung bermain itu, tetapi aku bukan pria seperti ya ... “Aku diajarkan oleh orang tua yang aku panggil mama itu untuk tidak menyakiti seorang wanita dan aku juga tidak mau berhubungan lebih jika
Aku menemukan Lira dan Raina. Ibu dan anak itu akhirnya selamat. Lira memelukku dengan hangat, dia menangis bahagia akhirnya bisa terlepas dari jeratan Lingga.Selama ini ternyata Mas Lingga sudah menjual Lira ke tempat hiburan menjijikkan ini, jika melawan maka Raina akan menjadi tumbalnya. Raina memelukku dengan hangat, dia sangat takut dengan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia masih menangis dan belum bisa menenangkan pikirannya.Anak seumur Lina tahun itu mengalami trauma dia harus segera di sembuhkan.“Maafkan Mama Sayang, maafkan Mama.”“Sekarang semua sudah berakhir tidak ada yang akan menyakiti Raina lagi, mereka sudah di tangkap,” ucapku berusaha menenangkan Raina.Raina tetap menangis tetapi tetap memelukku dengan erat. Aku tahu Lira sangat ingin memeluk Raina karena dia ibu kandungnya sendiri.“Mama jangan tinggalkan Raina lagi ya, Raina takut kehilangan Mama, hanya Mama yang Lira punya,” ucapnya dengan penuh haru.Iya Sayang, Mama akan selalu ada buat Rainya,
“Apa maksud semua ini Arum? Kamu tahu kan aku menjabat sebagai wakil direktur tetapi kenapa bukan aku yang menggantikan posisi kamu?” tanyanya dengan emosi.Aku masih bersikap tenang menghadapi orang itu untuk menghilangkan rasa takutku. Lalu aku mengambil semua berkas dan bukti tentang kecurangan yang dia lakukan di perusahaan.“Apa ini Arum?”“Apakah aku harus menjelaskan semuanya sat-satu Mas Lingga, masih syukur aku tidak membeberkan masalah ini ke rapat tadi, karena aku masih mempunyai hati untuk tidak mempermalukan kamu di hadapan mereka. Wajahnya kembali pucat ketika semua bukti yang dikumpulkan memang dia pelakunya, selama ini mencuri uang perusahaan.“Aku tidak menyangka Mas Lingga bisa melakukan hal ini denganku?” “Jangan katakan kamu khilaf ya Mas, aku sudah muak dengan kepintaranmu bersilat lidah. Aku selalu mengikuti arahan kamu tetapi apa yang kamu perbuat, kamu sengaja melakukannya kan?” “Apa yang ada di pikiranmu, aku tidak tahu semua ini, aku bodoh begitu?”“Ma
Semua pria sama saja nggak peka, ya pastilah cemburu, apalagi kami mau menikah dan dia tergoda dengan wanita lain, tentu saja aku tidak akan membiarkannya.Aku meninggalkan Mas Fahri dan tetap di tempat itu dan aku segera ingin menemuinya. Aku mau lihat bagaimana ekspresi nya saat bertemu denganku dengan gaya sok alimnya.Aku melangkah dengan penuh percaya diri untuk menghampirinya yang masih sibuk mencari gaun pengantin itu.“Halo, Kiran, apa kabar, masih ingat denganku?” tanyaku dengan tegas.Tampak wajahnya menegang, kedua matanya melotot kearah, dia terdiam terpaku melihat kedatanganku yang secara tiba-tiba menghampirinya. Mungkinkah aku sepeti hantu baginya?“Kenapa Kiran, kenapa kamu terkejut, apakah kamu melihat hantu di sini?” Aku menatap tajam ke arahnya, berani sekali dia membohongi ibu dan berputar -pura teraniaya padahal dia sendiri ikut andil dalam rencana busuk Mas Lingga. “A—Arum, kamu di sini?” “Syukurlah kamu masih mengingatku Kiran dan apa ini? Kamu sekejap me
Aku masih tidak percaya di dalam hidupku akan terjadi pernikahan yang kedua kalinya. Ada rasa bahagia sekaligus rasa takut.Entah kenapa aku merasa di lema, tetapi aku tidak mau menikah dengan Mas Lingga, orang yang pernah aku cintai ternyata hanya memanfaatkan aku sebenarnya. Dia masih berpikir kalau aku tidak mengetahui semuanya, tinggal menunggu waktu dan semuanya akan selesai.Aku juga belum bisa menemukan Lira, entah di mana dia sekarang. Nomor ponselnya sudah tidak aktif, apakah aku harus bertanya dengan Mas Lingga atau Shakira, kedua orang itu pasti tahu di mana Lira sekarang. Sudah seminggu ini semua berjalan dengan lancar, semua persiapan memang Mas Fahri yang melakukan bersama Ibu dan mam Yuni. Karena kami sudah bekerja sama, sehingga ada beberapa orang kepercayaan Mas Fahri ada di kantor ini untuk memastikan kalau Mas Lingga tidak melakukan apa-apa kepadaku.Mas Lingga juga tampak acuh kepadaku, tetapi sikapnya ini membuatku menjadi penasaran, apakah dia merencanakan ses
Aku sangat terkejut dan terdiam sesaat, mataku melotot untung saja tidak keluar. Pria tampan itu lalu menjentikkan jarinya agar aku tersadar.“Ma-Mas Fahri, kok ada di sini, jangan bercanda Mas, aku harus memberi sambutan kepada klien kami dari Kanada,” ucapku ragu tetapi kenapa penampilan Mas Fahri sangat berbeda dengan tampilan seperti orang kaya pada umumnya.“Hei kamu, ngapain lagi kamu di sini siapa yang menyuruhnya masuk ke ruangan ini, kamu itu orang luar Fahri, mau seperti orang kaya makanya kamu berpenampilan seperti ini hah?” hardiknya dengan nada mengejek.“Mas Lingga jaga ucapan kamu, jika kalau mau mengundurkan diri sekarang itu lebih baik dari pada kamu menghina orang lain.”“Ya bela saja tukang marbot itu dasar mental miskin!”“Pak Lingga begini cara kamu menyambut kami untuk menjalin kerja sama?” “Dengarkan baik-baik Pak Lingga. Orang yang kamu rendahkan ini adalah Tuan Devan dari Kanada,” sahutnya dengan meyakinkan. “A-apa maksud Pak Aldi, Anda pasti bercandak
Mas Lingga mengikuti kami pergi makan, aku semakin jengah dibuatnya, entah apa yang ada di pikirannya sekarang.“Aku ingin segera mengakhiri sandiwara ini yang pura-pura tidak mengetahui siapa Mas Lingga sebenarnya.Aku semakin takut dengan kehadiran Mas Lingga atau mencelakai Mas Fahri melalui anak buahnya mungkin saja kan, dia bertindak nekat? “Ada apa Arum, kenapa kamu begitu tegang?” tanyanya yang cukup beralasan.“Mas, itu Mas Lingga masih mengikuti kita bagaimana ini?” “Kamu maunya bagaimana?” “Kok malah bertanya denganku sih, yang kumau dia tidak mengikuti kita makan, bete tahu,” aku merajuk sedikit.“Biaklah, sesuai keinginanmu ,” jawabnya santai. Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran Mas Fahri saat ini, yang jelas dia berusaha menghilangkan ketakutanku kepada Mas Lingga. Aku menatap wajah Mas Fahri agar terus menerus membuat hatiku tenang.“Sudah Rum, jangan melihat saya seperti itu terus apakah saya seperti cokelat yang siap kamu makan?” “Iya nggak salah lagi,” jawa
Aku beranjak dari tempat dudukku dan menjauh dari tatapan Mas Lingga yang mengiba.“Maaf Mas untuk sekarang aku tidak bisa menjawabnya, karena sekarang kita berada di kantor, bukannya kamu tidak ingin masalah pribadi di campuradukkan di kantor untuk di bahas?”“Hari ini kita fokus tentang proyek kita bersama investor dari Kanada itu bukan?” tanyaku dibalikkan ke dia.“Dan ini apa maksud dari ini?’ kenapa kamu mengambil uang sebanyak ini tanpa persetujuan dariku, dan mulai hati ini Surat Kuasa itu sudah tidak bisa di gunakan lagi.”“Katakan untuk apa uang sebanyak itu?” “Kamu tidak percaya denganku, Rum?” “Kamu tinggal memberikan perincian untuk laporannya, apakah itu sulit?”Mas Lingga kembali menatapku, seolah-olah aku telah menekannya, dia lalu keluar dari ruanganku.Tak lama kemudian dia kembali datang dengan membawa sebuah mam dan melemparkannya di meja kerjaku.“Itu yang kamu mau kan, baiklah.”“Sepertinya aku tidak dibutuhkan lagi di sini, kamu ingin mengambil keputusan send
“Maaf Ibu tidak apa-apa?” Yola langsung memberikan tisu untuk membersihkan mulutku.“Kenapa kamu tidak memberitahukan saya?” “Maaf Bu, ponsel Ibu tidak aktif.”“Oh ya kamu benar, saya lupa memberikan nomor ponsel saya yang baru.”“Sebentar, mumpung saya ingat.” Aku langsung mengeluarkan ponsel milikku tepatnya punya Mas Fahri seketika kulihat wajah Yola sedikit bingung dengan ponsel yang aku pegang.“Kenapa wajahmu, kok begitu?” “Maaf Bu, itu ponsel lama Ibu?” “Iya kenapa, ada yang salah dengan bentuknya?” “Tidak Bu, siapa pun yang memberikan ponsel itu ke Ibu berarti orang itu sayang dan mencintai Ibu sepenuh hati.”“Kok kamu tahu kalau ini adalah pemberian dari orang lain?”“Sepertinya itu bukan dari Pak Lingga kan Bu?” “Kamu tuh ya dok tahu, tetapi kamu sudah siapkan semuanya kan tidak ada yang ketinggalan?” “Ibu tenang saja semua sudah saya siapkan sampai makanan camilan, tidak perlu khawatir.”“Dan ini semua proposal yang Ibu minta dan itu sesuai dengan Pak Lingga minta