Ceklek!"Mas," ucap Clara saat melihat suaminya sudah masuk ruangan.Naresh tidak menjawab, pria tampan dengan raut wajah yang masih di tekuk itu langsung mendudukkan dirinya di kursi kerjanya. Sementara Clara hanya mampu menatapnya saja."Ingat ini, Cla. Kamu jangan pernah dekat-dekat lagi dengan Kenzie setelah ini!""Kami memang dekat sejak dulu, Mas."Sret!Clara langsung menundukkan kepalanya saat Naresh melemparkan tatapan ngeri. Atmosfer di sekitarnya mendadak mencekam. Alhasil, wanita cantik itu hanya bisa pasrah sambil duduk di sofa dan mulai membuka laptop guna mengerjakan tugas.Seharusnya Naresh bisa sedikit lembut, mengingat ini adalah hari ulang tahunnya. Padahal saat suaminya itu bersama Bella, Clara tidak pernah ada masalah. Giliran sekarang ada yang mendekatinya, Naresh marah-marah.Memang apa salahnya? Bahkan Clara tidak merespon Kenzie, tapi tetap saja ia kena marah. Suami tampannya itu benar-benar tidak berperasaan.Menit berlalu...Waktu sudah menunjukkan jam makan
Clara masih terdiam, hingga Naresh menggandeng tangannya untuk bangkit pun wanita cantik itu masih membeku. Manik beningnya menyelami netra elang suaminya, mencari maksud sang suami mengajaknya seperti ini.Jujur saja, ia takut seperti yang sudah-sudah. Di kecewakan, di khianati, bahkan di bentak habis-habisan."Kenapa? Jangan pikirkan sesuatu yang malah membuatmu semakin bimbang, nikmati saja," bisik Naresh tepat di telinga Clara, yang mana itu semakin membuatnya meremang."A-Aku...,""Kenapa, Cla? Kamu mau bicara apa?""Aku nggak bisa berdansa."Naresh mengerutkan keningnya, "iya kah? Namun tidak masalah, aku akan membantumu. Kamu cukup mengalungkan tangan di leherku, Cla. Setelah itu, ikuti saja gerakanku."Clara mengangguk dan mulai mengikuti arahan dari Naresh."Jangan menunduk, lihat mataku dalam-dalam. Kamu bisa melihat bayanganmu di mataku 'kan?"Glek!Tenggorokannya tercekat. Sedekat ini dengan suaminya membuat jantungnya semakin tidak aman. Hembusan napas hangat Naresh menye
Pagi ini Clara sudah berdandan rapi, ia mengenakan dress selutut berwarna merah yang sangat kontras dengan kulit putihnya. Rambutnya sengaja di gerai, dengan sentuhan makeup natural di wajahnya yang semakin membuat cantik.Clara meraih tas mini dan lantas turun ke bawah menemui suaminya yang telah siap di ruang tamu. Di sana Naresh nampak fokus memandang ponselnya, bahkan tidak menyadari kehadiran sang istri di sampingnya."Ada pekerjaan, Mas?"Naresh tersentak kaget."Eh, kamu ngagetin saja. Iya, ini lagi ngecek beberapa perusahaan yang minta kerja sama. Kemarin asistenku lupa nggak kasih maksimal pendaftaran, jadi ini ada lima puluh lebih yang mencalonkan diri. Sedangkan aku hanya pilih satu," jelas Naresh."Nanti aku bantuin sisanya," ucap Clara yang langsung membawa angin segar bagi Naresh."Makasih sebelumnya. Oh, iya, kamu sudah siap?""Sudah, ayo berangkat sekarang biar nggak macet."Naresh mengangguk. Ia lantas beranjak dari duduknya dan melangkah berbarengan dengan Clara.Tib
"Eum, kebetulan istri saya sedang di kamar mandi, Pak. Mari kita berbicara di luar saja, nanti biar istri saya menyusul," ucap Naresh yang langsung mengajak seseorang itu pergi.Bella yang melihatnya semakin bertambah sebal. Kakinya menghentak ke lantai dengan sorot mata menukik tajam. Naresh mengatakan istrinya di kamar mandi? Yang benar saja?!"Aku nggak terima kalau harus saingan sama Clara," geramnya.***Menit berlalu...Bella sudah merampungkan kegiatannya berbelanja. Wanita cantik itu lantas membawa semua belanjaannya menuju mobil, di sepanjang jalan ia terus saja memberengut kesal. Bagaimana tidak? Bahkan saat ini ia tidak tahu kemana tadi perginya Naresh.Benar-benar menyebalkan. Naresh memang di kenal sebagai suaminya Clara, dan selamanya Bella akan tetap menjadi selingkuhan. Namun, jujur saja hatinya menginginkan lebih dari ini."Ayo cepat masuk mobil, jangan sampai ada yang lihat." Naresh langsung membuka kunci mobil, yang mana itu cukup membuat Bella tersentak."Kamu kena
Malam hari.Naresh tersentak saat baru saja memasuki rumah dan melihat Clara masih duduk di ruang tamu. Pandangan istrinya menatap lurus ke depan, bahkan ujung netranya tidak melirik sekalipun."Cla, kamu belum tidur?" tanya Naresh, ragu."Bukannya kalau aku tidur, aku akan selalu menunggumu pulang dulu, Mas? Meskipun kita juga nggak tidur bareng.""Aku nggak masalah kalau kamu tidur duluan, Cla. Nanti kamu capek."Clara lantas bangkit dari duduknya, "kalau kamu gimana, Mas? Capek nggak seharian nemenin Bella belanja?"Deg!"Cla, kamu tahu dari mana?""Kenapa kaget, sih, Mas? Memangnya kamu nggak tahu kalau Bella selalu mengirimkan foto saat kalian keluar bareng?""Kirim foto?"Clara menganggukkan kepala. Selanjutnya ia meraih ponsel dan lantas menunjukannya kepada Naresh, tak ayal suami tampannya itu langsung membelalakkan mata.Ia mana tahu kalau Bella seperti itu selama ini? Ia hanya terlalu memanjakan kekasihnya itu sehingga membuat Bella berlaku seenaknya."Aku nggak cemburu, Mas
Setelah kepergian Bella, kedua pasangan itu juga langsung menyelesaikan makannya. Lantas mereka berangkat ke kantor dengan menaiki mobil yang sama."Meetingnya jam berapa, Mas?" tanya Clara, saat ini keduanya sudah berada di dalam mobil."Jam sembilan," jawab Naresh, singkat. Netranya masih fokus pada layar laptop di pangkuannya."Nanti kamu sendiri atau sama aku?""Memangnya kamu mau ikut?""Aku nurut kamu saja, sih. Kalau boleh ikut, ya, ikut. Kalau nggak, ya, enggak."Naresh mendengus lirih, "nggak usah ikut. Ada Kenzie juga nanti."Clara mengangguk. Wanita cantik itu mengira Naresh sudah cukup dengan kehadiran Kenzie. Namun yang sebenarnya terjadi adalah, suami tampannya itu tidak mau sang istri berdekatan dengan sepupunya.Apalagi mengetahui Kenzie yang sering mencuri kesempatan mendekati Clara, hal itu semakin membuat Naresh jengah. Lelaki itu terus menggerutu di dalam hatinya hingga tidak sadar mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di gedung Mahendra Company.Keduanya lantas
Sebuah mobil mewah baru saja berhenti tepat di depan kantor polisi, selanjutnya dua orang dengan pengawalan ketat dari beberapa bodyguard tersebut turun, dan lantas berjalan masuk. Anne menenteng tas branded di tangannya, sementara Naresh menyeimbangi langkah sang Mama."Kita langsung masuk, mah?"Anne mengangguk. Wanita paruh baya itu langsung menuju ke salah satu ruangan yang telah di siapkan oleh pengacara kepercayaan keluarga Mahendra. Sedangkan para bodyguard berjaga di depan, berdampingan dengan polisi yang juga tengah menjaga sosok lelaki dengan kaos bertuliskan tersangka.Anne mengangkat kepalanya, pandangan matanya tajam menatap pada sosok laki-laki yang telah menculik menantunya tersebut."Nyonya Anne, ini adalah pelaku yang telah menculik Nona Clara. Menurut penyeledikan kami, pelaku ini juga berniat menjual Nona Clara ke luar negeri. Kami menemukan beberapa bukti pesan singkat di ponselnya," ucap pengacara kepercayaannya."Kalau begitu dia harus di hukum dengan dua pasal?"
Bugh!Bugh!Naresh langsung menghadiahkan bogeman mentahnya pada wajah tampan Kenzie."Belum kapok juga kau mendekati istriku?!" Dasar laki-laki gatal!"Plakkk!Darah segar mulai mengucur dari sudut bibir Kenzie seiring dengan tamparan keras yang Naresh layangkan, begitu pula bekas merah yang tercipta di wajah itu.Clara menutup matanya, ia tidak kuasa menyaksikan suaminya yang begitu membabi buta menghajar Kenzie. Wanita cantik itu sudah mengira akan seperti ini, namun temannya itu tidak mau mendengarkan."BANGUN, SIALAN!"Naresh meraih kerah baju sepupunya dan menariknya paksa. Tubuh Kenzie sudah terhuyung, kakinya tidak mampu lagi menahan beban tubuhnya.Bugh!Bugh!Naresh terus memukuli perut Kenzie hingga laki-laki itu mutah darah, namun semua itu masih belum membuatnya puas. Berbeda dengan Clara yang sudah menangis histeris."Ini peringatanku yang terakhir kalinya. Setelah ini jika kau tetap mendekati Clara, aku tidak lagi memandang mu sebagai sepupuku, dan itu artinya aku bisa