Clara melipat bibir sambil meremas jemari. Dia sungguh tak tahu harus bicara apa dan bagaimana menghadapi situasi sekarang.“Kenapa tidak menghubungiku dulu? Bagaimana kalau aku tidak ada di kampus?” tanya Clara membuka perbincangan karena sejak tadi begitu canggung. Dia hanya tak ingin terlihat salah tingkah.Zidan menoleh Clara sambil mengulas senyum, lantas membalas, “Aku beruntung karena kamu di kampus.”Ucapan Zidan semakin membuat Clara salah tingkah, tapi gadis itu sebisa mungkin bersikap biasa.“Iya sangat kebetulan karena aku datang ke kampus sebab ada urusan,” balas Clara.Zidan menatap Clara yang tak mau memandang ke arahnya, bola mata gadis itu berkeliaran memandang sembarang arah.“Seminggu ini aku jatah shift malam, jadi pagi ini aku berpikir datang kemari untuk menemuimu. Kemarin full masuk shift jadi sedikit sibuk,” ujar Zidan seolah berusaha menjelaskan sesuatu ke Clara.Clara langsung memandang Zidan setelah mendengar apa yang diucapkan pria itu. Dia pun melihat Zida
“Apa yang beracun, kenapa kalian diam?” tanya Nanda menatap Sashi dan Lani bergantian.Lani hendak menjawab, tapi diserobot oleh Sashi lebih dulu.“Ini makanan dari penggemar Lani, tapi dia takut apa makanannya beracun atau tidak,” jawab Sashi langsung membuat alasan.Jangan sampai ada drama merajuk seperti sebelumnya, jika Nanda tahu itu dari Owen.Lani kebingungan, kenapa Sashi malah mengatakan seperti itu. Dia ingin membantah, tapi Sashi langsung memberikan isyarat dengan kedipan mata.Nanda merasa aneh dengan tingkah keduanya, hingga tatapannya tertuju ke Lani.“Apa itu benar?” tanya Nanda yang penasaran.Lani melirik Sashi saat sedang memandang Nanda, hingga kemudian menganggukkan kepala.“Iy-iya, Pak.” Lani terpaksa berbohong karena kode dari Sashi.Sashi tersenyum dengan napas lega, setidaknya dia sedikit menghindari masalah.Nanda pun percaya begitu saja, hingga tatapannya tertuju ke Sashi.“Nana bilang kepalanya sangat pusing, apa kamu bisa mengeceknya? Dia ingin ke sini, tap
“Mau ke mana?” tanya Bintang saat melihat Aruna berpakaian rapi.Aruna baru saja menuruni anak tangga. Dia berhenti melangkah lantas menghampiri sang mommy yang duduk di ruang keluarga.“Keluar bentar, Ma. Aku janji tidak akan pulang malam,” jawab Aruna manja sambil merangkul pundak Bintang dengan kedua tangan.Bintang memperhatikan putrinya yang berpenampilan berbeda, bahkan sangat wangi dari biasanya.“Mau kencan?” tanya Bintang langsung menebak.Aruna sangat terkejut mendengar pertanyaan Bintang. Dia sampai gelagapan dan salah tingkah.“Kencan apa sih, Ma. Masa senin-senin kencan,” elak Aruna.“Terus mau ke mana? Kalau pergi sama pacarmu, namanya kencan, kan?” Bintang terus memancing Aruna untuk jujur soal Ansel.Aruna semakin salah tingkah karena ucapan Bintang, bahkan kedua pipinya memerah antara malu dan takut.“Pacar apaan sih, Ma? Ish … Mama mengada-ada,” balas Aruna tetap saja mengelak.“Itu yang kemarin. Cowok itu, tampan juga. Kelihatannya sopan juga,” ujar Bintang lagi men
Nanda baru saja mengakhiri panggilan dari Lukas, hingga kembali ada panggilan masuk.Nanda pun melihat nama yang terpampang di layar, lantas menjawab panggilan itu.“Halo, Pa.” Nanda menjawab sambil menjauh dari ranjang. Dia kini berdiri di dekat jendela.“Kamu sudah lihat beritanya?” tanya Langit dari seberang panggilan.“Sudah, Pa. Asistenku baru saja menghubungiku,” jawab Nanda sambil mengusap tengkuk.“Apa Sashi sudah tahu?” tanya Langit lagi.“Belum, dia masih tidur,” jawab Nanda.“Baguslah kalau belum, jika bisa jangan sampai dia tahu. Papa yakin dia akan cemas dan panik meski diam seolah tak peduli,” ujar Langit dari seberang panggilan.Nanda mengangguk mendengar ucapan Langit, hingga kini menatap Sashi yang masih tertidur pulas.“Apa Mama juga tahu?” tanya Nanda balik.“Belum. Dia masih sibuk di dapur, semoga dia tidak melihat berita ini,” jawab Langit, “papa sudah minta orang untuk mencari tahu dan menekan berita ini.”“Aku juga, Pa. Semoga berita ini segera menghilang,” ucap
“Jadi memang ibu kandung Sashi hamil saat masih muda. Ibunya pun tak memberitahu ayah Sashi soal kehamilan itu, hingga saat Sashi berumur 4 tahun, barulah ayahnya tahu kalau ternyata ada Sashi karena hubungan di luar nikah.”Nanda menemui Melvin, lantas menjelaskan apa yang terjadi soal status Sashi.Melvin pun mengembuskan napas kasar, hingga kemudian bertanya, “Apa Sashi tahu soal berita itu? Apa dia baik-baik saja? Mamamu mencemaskannya.”“Dia belum tahu, Pa. Dia sekarang berada di klinik, dan aku sudah meminta Lukas untuk memperingatkan semua orang agar tak ada satu pun yang membahas soal berita itu jika tak ingin dapat sanksi dariku,” jawab Nanda.“Mungkin aku egois dan menggunakan kuasa untuk membuat semua orang diam, tapi ini cara terbaik untuk menjaga perasaan Sashi. Dia sudah terlalu banyak memendam masalah sendirian, jadi aku berharap dia tak lagi memikirkan masalah ini,” ujar Nanda lagi menjelaskan.Melvin mengangguk-angguk, hingga kemudian membalas, “Ya, tidak apa sekali-k
Sashi berada di klinik seperti biasa. Tidak ada yang banyak dilakukan karena di sana akan melayani jika memang ada karyawan yang sakit, selama tak ada yang datang, Sashi hanya akan berdiam diri atau mengajak Lani mengobrol.Sashi menatap Lani yang terlihat sibuk, padahal apa yang dikerjakan tampak berulang dan terus diulang, membuat Sashi keheranan dengan apa yang dilakukan oleh asistennya itu.“Lani.” Sashi memanggil Lani yang sedang sibuk sendiri.Lani terkejut mendengar panggilan Sashi, hingga langsung menatap dokter muda itu sambil tersenyum canggung.“Iya, Dok. Ada apa?” tanya Lani mencoba menutupi keterkejutannya.“Kenapa kamu terkejut seperti itu?” tanya Sashi keheranan.Lani mengulum bibir karena panik mendengar pertanyaan Sashi. Sejak tadi dia berusaha menyembunyikan masalah berita yang dilihatnya di sosial media dan juga di web. Apalagi grup khusus karyawan di sana sudah mengumumkan jika tak ada satu pun staff yang boleh membahas berita itu di perusahaan.“Tidak, Dok. Saya s
“Nanti berkas ini ajukan dulu ke Pak Nanda,” ucap Bastian sambil berjalan masuk lobi. Dia baru saja bertemu klien membahas proyek pembangunan sebuah gedung.Hingga saat baru saja menginjakkan kaki di lobi, Bastian sangat terkejut melihat Lani dan dua staff lain berkelahi. Dia pun membentak dengan suara lantang, sampai semua orang yang ada di sana terkejut dan langsung diam sambil menunduk.Bastian menatap satu persatu yang terlibat dalam perkelahian itu, hingga dia mengajak ketiganya untuk bicara di ruangan khusus.“Jelaskan, apa yang terjadi?” Bastian duduk memandang Lani dan dua staff yang berdiri di depannya.Dua staff itu hanya menunduk takut, sedangkan Lani melirik dengan rasa kesal yang bercokol di dada.“Ada apa, Lani? Katakan jika ada masalah, bukan malah berkelahi di lobi hingga menjadi tontonan staff lain!” Suara Bastian agak tinggi karena tak habis pikir dengan tingkah ketiganya.“Saya yang mulai perkelahian, Pak. Saya tidak terima mereka menjelek-jelekkan Dokter Sashi,” uj
“Ini semua data yang Anda minta, Pak.” Asisten Owen memberikan tablet pintar ke Owen.Owen menerima tablet pintar itu, lantas membaca artikel yang tertulis di sana.“Apa perusahaan kita juga menyebar berita ini?” tanya Owen saat melihat berita tentang Sashi.“Sepertinya ada, Pak,” jawab asisten sedikit ragu.“Suruh take down, larang jurnalis kita mengeluarkan berita apa pun soal Sashi dan keluarganya!” perintah Owen sambil memberikan tablet pintar itu ke asistennya.“Baik, Pak. Saya akan segera laksanakan,” balas asisten, “apa ada yang lain lagi, Pak?”“Tidak, itu saja. Peringatkan semua staff untuk tidak menayangkan berita soal Sashi, lalu carikan berita dari artis papan atas atau pengusaha yang sedang naik daun, atau skandal yang belum pernah ditayangkan!” perintah Owen begitu tegas.“Baik, saya mengerti.” Asisten Owen pun undur diri dari ruangan pria itu.Owen berpikir sejenak, berita sejak pagi yang beredar membuatnya sedikit cemas. Dia mengambil ponsel lantas menghubungi Sashi, t