"Coba katakan, Adam sayang! Milik siapa yang lebih indah?" paksa Hana. Ia merasa bahwa miliknya jauh lebih indah daripada milik Mila. Adam menelan saliva. Ia tak bisa memungkiri ketika apa yang ia lihat di sana memang lebih indah dan bohay daripada milik Mila. Gejolak kelelakiannya pun meronta. Apalagi saat ia dijejali dengan pemandangan indah seperti itu. Hana yang terus menggoda Adam pun berhasil. Ia berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan. Adam kemudian merengkuh tubuh Hana dan mereka melakukan malam pertama di siang hari. Sementara di luar kamar ibunya Adam masih meminta kepada Mila untuk membuatkan masakan. Karena hari itu sebenarnya Mila sudah memasak dan ia mengira kalau Adam dan Hana akan tinggal di rumah Hana. Tetapi tidak. Adam dan Hana justru tinggal serumah dengan Mila. Rumah itu adalah rumah hasil kerja keras Adam dan Mila selama ini. Tentu berat bagi Mila melihat Hana juga ikut tinggal di sana. Apalagi ibunya Adam juga hanya membela Hana daripada dirinya yang masih
Mila hanya melakukan perintah ibu mertuanya dengan air mata yang terus mengalir. Belum lagi badannya terasa begitu lengket karena tumpahan susu madu jahe tadi. Tak berselang lama Mila pun menyelesaikannya. Ia kemudian hendak mandi tetapi saat melewati kamar Hana dan Adam terdengar lagi suara desahan. Rupanya Adam begitu menikmati perannya sebagai pengantin baru. Mila hanya menghela napas. Ia pun pernah ada di posisi itu. Tetapi seharusnya ia tak ingin mendengar secara langsung. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Satu minggu berlalu. Hana telah tinggal di sana selama satu minggu. Begitu juga dengan ibu mertuanya. Katanya Ibu mertuanya tidak akan lama berada di rumah itu. Tetapi entah kenapa sampai sekarang masih belum pulang ke rumahnya juga. Hari ini Hana dan ibunya Adam pergi ke mall. Sedangkan Adam juga libur bekerja. Adam dan Mila memiliki waktu bersama. "Mila, boleh kah aku meminta jatah darimu?" tanya Adam. Mila yang memang sedang membaca buku mendengar pertanyaan Adam t
Mila tak lagi kuasa menahan air matanya yang ia bendung. Sakit di kaki dan juga sakit di dadanya. Ia pun mengulum bibirnya sekuat tenaga. Ia mengambil pecahan gelas dengan hati-hati. Kemudian ia bersihkan seluruh dapur. Kemudian barulah ia akan membersihkan luka di kakinya. Tetapi begitu ia akan mengambil kotak obat tiba-tiba Bu Retno datang menghampiri. "Mana nasi gorengnya? Masih alasan apalagi kamu?" bentak nya. "Sebentar, Bu! Saya akan mengobati luka saya dulu, takut infeksi," sahut Mila kemudian berlalu meninggalkan ibu mertuanya. Bu Retno justru menarik tangan Mila dan air mengenai tembok. Mila pun terkejut. "Nggak usah banyak alasan lagi lah! Belikan saja nasi goreng sana di luar daripada menunggu kamu yang banyak ocehan," perintah Bu Retno.Mila masih terdiam. Baru saja akan mengobati luka nya sudah diperintahkan keluar rumah. "Kenapa diam saja? Cepat!" teriak Bu Retno."Iya, Bu. Uangnya mana?" tanya Mila. "Ya pakai uang dari Adam tadi lah. Kamu kan tadi habis belanja pak
Keesokan harinya, Mila bangun. Ia melihat langit-langit kamar nya. Tetapi kepalanya masih saja pusing. "Kenapa kepalaku pusing sekali? keluhnya. Ia pun bangkit mencoba memastikan keadaan. Berusaha untuk bisa membuka pintu berharap Adam akan memberikan penjelasan. Begitu pintu kamarnya terbuka Ia justru melihat Bu Retno."Nah, ini yang membuat keresahan di rumah. Ngapain saja kamu? Ayo, cepat kamu masak untuk kami! Adam sampai tak makan karena kamu terlalu lama tidur!" perintah Bu Retno dengan menarik tangan Mila dengan kasar."Bang Adam kemana, Bu?" tanya Mila lirih."Kerja lah. Kamu pikir dengan tidur kamu bisa memberikan di sarapan," gertak Bu Retno."Bukankah ada Hana sebagai istrinya Bang Adam juga. Aku pusing dan lemas, Bu," keluh Mila."Banyak alasan kamu. Sekarang ikut ke dapur. Kalau lapar itu kan ada mi sisa tadi malam. Sayang kalau dibuang lebih baik kamu makan itu! Kamu bilang pusing kan? Biar nggak pusing kamu makan ini, cepat!" Bu Retno memasukkan paksa mi sisa tadi malam
Keesokan harinya, Hana dan Adam pun pergi ke pesta pernikahan teman Adam tersebut. "Yuk, Sayang!" ajak Hana.Adam hanya menengok sebentar ke arah Mila yang menunduk di ruang tamu setelah menyapu ruang tamu. Mila pun menutup pintu setelah Adam tak lagi terlihat. Bu Retno menghampiri Mila. "Heh, kamu ngapain masih di situ? Sekarang buatkan aku teh hangat! Tenggorokan ku terasa haus," perintah nya. Mila yang masih diam saja pun membuat Bu Retno geram lalu mendorong tubuh Mila sampai terjatuh. "Aduh," keluh Mila yang hampir saja mengenai vas bunga di sudut ruang."Cepat buatkan aku teh hangat! Jangan buat aku marah! Kenapa? Kamu iri kalau Hana yang ikut ke pesta pernikahan? Mulai sekarang kamu harus banyak mengalah karena Hana bisa memberikan keturunan kepada Adam," sengit Bu Retno. Mila hanya menurut dan ia pun bergegas menuju ke dapur untuk membuat teh hangat.Di pesta pernikahan teman Adam. Hana memperkenalkan diri kepada teman-teman Adam. Adam bahkan tak memperkenalkan Hana. Juga b
Mila kemudian memasukkan sedikit demi sedikit makanan yang telah ia ambil dari meja makan. Meskipun rasanya tak seenak duduk bersama dengan suaminya di meja makan seperti biasanya. Tetapi mau bagaimana lagi semua ini telah terjadi.Beberapa hari kemudian, Hana mengeluh pusing dan mual-mual. Bu Retno yang merasa bahwa Hana hamil segera berinisiatif untuk memberikan benda pipih untuk mengetes kehamilan. Bahkan ia juga menunggu di depan kamar mandi selagi Hana sedang mengetes. "Nggak salah lagi Hana pasti hamil. Cepat sekali bukan kalau memang subur yah memang akan Cepat. Kalau nggak subur Meskipun sudah menikah lama juga nggak akan punya anak," sindir Bu Retno kepada Mila yang kebetulan melintas di depan kamar mandi. Mila pun hanya terdiam. Baru juga 2 minggu memang Hana menikah dengan Adam sudah mengeluh seperti morning sickness. Memang masih wajar saja bisa jadi hari pertama Hana haid memang sebelum menikah. Itu menurut perhitungan dari awal haid terakhir."Sudah lah, Bu! Jangan sepe
Mila hanya menengok sebentar kemudian hendak ke kamar lagi. Tetapi tiba-tiba Hana memanggil. "Kakak madu, aku ingin makan tahu isi deh. Tolong belikan atau buatkan untukku, ya?" pintanya. Baru saja Mila hendak beristirahat ada lagi yang diminta oleh Hana.Bu Retno yang mendengar itu pun ikut angkat bicara. "Kamu dengar nggak sih? Hana mau tahu isi. Kalau kamu nggak mau buat kamu cari sana!" Adam baru saja keluar dari kamar mandi. "Ada apa ini?""Anak kita mau tahu isi, Mas. Aku mau Mbak Mila yang buat tapi sepertinya dia nggak mau deh," jawab Hana dengan merengek pada Adam. "Ya sudah biar aku saja yang mencari tahu isi untuk kamu," sahut Adam.Hana menggelengkan kepalanya. "Nggak mau, aku mau Mbak Mila saja yang mencarikan, Mas. Karena anak kita maunya begitu," lanjut Hana."Oke, biar aku yang antar Mila," balas Adam kemudian hendak menghampiri Mila. Tetapi dicegah oleh Hana dengan menarik tangan Adam. "Aku nggak mau jauh dari kamu, Mas. Biarlah minta tolong sama Mbak Mila itu yang
Hana kemudian membuang ke tempat sampah di hadapan Mila. "Kakak madu, aku mau kamu masak yang baru, ya! Aku merasa mual makan ini," perintah nya. Belum juga Mila selesai makan bahkan peluh saat memasak pun belum hilang sudah ingin meminta memasak lagi.Mila pun bangkit. "Maaf ya, Hana. Aku sudah mencoba memberikan yang terbaik. Kalau memang nggak sesuai dengan lidah mu kenapa nggak kamu masak sendiri sesuai dengan keinginan kamu," semburnya. Bu Retno tak terima dengan perkataan Mila dan langsung memukul pipi Mila sampai Mila kesakitan. "Dasar wanita mandul. Kamu itu harusnya bersyukur ada perempuan yang mau sama suami kamu. Bagus kamu tak diceraikan sama anak saya. Kamu malah kurang ajar sama Hana."Adam menghampiri Mila. Tak tega sebenarnya ibunya memukul Mila. Padahal selama ini ia juga tak pernah memukul Mila. "Ibu, sudahlah. Kasihan Mila. Hana, sekarang kita makan di luar saja!" ajaknya kemudian meraih tangan Hana. Hana melambaikan tangan pada Mila dengan senyum licik.Mila kemud
Sementara itu Bapaknya Rian juga masih ingin lebih lama dengan Rian. Karena saat ini Callista juga sebagai tidur karena pasti lelah setelah perjalanan cukup panjang. "Jadi kamu sekarang menjadi direktur utama di perusahaan milik keluarga Mila?" tanya Bapak. "Iya, Pak. Terima kasih atas didikan Bapak sampai akhirnya aku berada pada titik ini," sahut Rian."Itu karena semua kamu sendiri, Rian. Kamu memang anak yang sangat berbakat dalam segala hal. Bapak hanya ingin menyampaikan kalau Bapak bangga dengan kamu yang gigih dalam melakukan segala hal. Intinya kamu harus selalu menjadi diri yang jujur dalam segala hal. Dan jangan sampai kamu menyakiti istri! Karena kebahagiaan istri adalah ladang rejeki untuk kamu. Semakin kamu bisa membahagiakan istri tentu rejeki akan mengalir deras," balas Bapak. Ia sudah bertahun-tahun menjalankan pernikahan dengan ibunya Rian dan ingin memberikan teladan yang baik kepada anak-anaknya. "Maafkan Bapak yang waktu itu memaksa kamu untuk menikahi Ajeng kare
Ibunya Rian menceritakan kalau sejak satu tahun terakhir Bapaknya mengalami sakit. Ia tidak dinyatakan sakit apa oleh dokter. Tetapi menurut dokter karena banyak pikiran. Bapak juga mengakui kalau dirinya sakit karena terlalu memikirkan Rian yang tak kunjung pulang. Ia tak mau menghubungi Rian dan meminta Wega untuk menghentikan komunikasi nya dengan Rian untuk membiarkan Rian pulang dengan sendiri nya. Ternyata Rian akhirnya pulang hari ini dan membuat semuanya menjadi clear. Wajah cerah tampak jelas di muka Bapak. Menurut ibunya Rian, Bapak nya memang agak berkurang. Hal itu membuat Bapak menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Ia hanya terus memikirkan Rian dan Rian. Ia merasa begitu bahagia karena anak nya pulang dengan membawa cucu serta menantunya juga. Bapak telah lama menyesali perkataan nya waktu itu untuk mengusir Rian dan tak akan menerima Rian kembali lagi. Tetapi sebagai seorang ayah tentu ucapan itu hanya kemarahan sesaat. Ia tak benar-benar mengucapkan itu. Tetapi hal it
"Nyata, Sayang. Bukan mimpi lagi," sahut Rian. Ia juga begitu tak percaya tadi."Aku seperti mimpi saja," balas Mila.*Satu tahun kemudian. Kini usia Callista sudah satu tahun. Ia merayakan hari ulang tahunnya bersama dengan Mila dan Rian. Rian kini juga telah menjabat sebagai direktur utama di perusahaan milik Ayahnya Mila. Mila mempercayakan semuanya pada Rian. Ia juga tak mau ketinggalan untuk melihat tumbuh kembang Callista. Ia memilih mengelola resto saja. Jaraknya juga hanya melompat pagar rumah nya saja. Tak perlu naik kendaraan. Callista tumbuh dengan baik dan juga sehat. Ia juga sudah mulai belajar berjalan. Dengan tingkah lucu dari seorang anak.Seperti perayaan acara tujuh bulanan, acara ulang tahun Callista juga digelar di resto. Dengan menggratiskan semua pengunjung selama satu hari penuh. Tepat pukul dua belas siang, Mila dan Rian mengajak Callista bernyanyi bersama dengan pengunjung yang saat itu datang. Dengan kue tart berkarakter lucu beserta angka satu yang menjad
Setelah kepergian Bu Widia akhirnya keesokan harinya Mila diperbolehkan untuk pulang. Sesuai dengan janji Mila yang akan menempati rumah samping rumah restonya. Ternyata rumah itu cukup besar jika dibandingkan dengan rumah restonya. Ia tak pernah melihat rumah itu sebelum nya. Karena ia hanya fokus sama rumah nya sendiri. Juga ia tak pernah melihat ke kanan dan ke kiri. Begitu Mila masuk ke dalam rumah ia disambut oleh dua orang. Satu ia memang tak mengenal sebelum nya. Ia tampak seperti baby sitter dengan pakaian yang khas. Tetapi di samping itu begitu familiar. Mila seakan mendapatkan kembali orang yang selama ini telah setia bekerja di rumahnya. "Bibi," serunya.Bibi telah kembali ke rumah Mila yang baru. Ia telah diminta oleh Bu Widia untuk kembali bekerja di rumah Mila. Mila begitu bersyukur. Callista segera digendong oleh baby sitter yang setelah tahu bernama Mbak Sisil. Usianya juga sudah berkepala empat tetapi orang nya meminta untuk dipanggil Mbak saja. Mila melihat rumah i
"Callista?" tanya Mila.Rian mengangguk. "Ya, kita beri nama anak kita Callista, bagaimana?""Setuju. Callista, semoga dia bisa jadi anak yang sesuai namanya, ya? Gemar akan kebajikan dan menjadi Wanita paling cantik. Cantik sikap maupun juga cantik wajah," sahut Mila. Ia kemudian mengecup kening bayinya yang telah diberikan nama Callista.Rian kemudian menyuapi Mila makanan yang telah ia beli sebelum nya. Karena ia begitu sayang pada sang istri. Ia begitu kagum dengan pengorbanan Mila yang berjuang untuk melahirkan sang buah hati. Terlebih Mila dalam keadaan yang begitu lemah tetapi Mila dapat bertahan sampai akhirnya berhasil dengan selamat sampai sekarang. Mila awalnya menolak karena ia tak mau disuapi. Tetapi akhirnya mau saja karena Rian memintanya untuk menuruti saja keinginan Rian yang ingin menyuapi dirinya. Ia melihat Rian begitu sabar dalam mendampingi dirinya yang berjuang.Tak terasa sama suapan terakhir. Mila kemudian merasa di sekitar payudara nya nyeri. "Aduh, kenapa s
Saat Mila hendak dilepaskan terlihat pakaian Mila bagian bawah nampak basah. "Siapa yang menyiram kamu? Kok basah semua baju kamu?" gumam Joko.Bu Widia yang menyadari kalau Mika hendak melahirkan justru mendorong tubuh Joko dan membantu Mila Melepaskan semua tali yang menempel pada tubuhnya. "Cepat buka mobil dan angkat Mila ke dalam mobil!" perintah nya.Rian segera mengangkat tubuh istrinya ke dalam mobil. Dan mobil pun dengan cepat melaju dan hampir saja menabrak beberapa pengendara lain. Tetapi berhasil sampai di rumah sakit dengan selamat. Rian segera membawa Mila ke ruang UGD dan melihat kondisi Mila begitu lemah. Rian menemani Mila, ia ingin menepati janjinya ketika melahirkan nanti ia akan menemani Mila di samping nya. "Pak, ini air ketubannya sudah habis. Jadi nggak memungkinkan untuk melahirkan normal,'' ujar Dokter yang telah melihat kondisi Mila."Lakukan yang terbaik untuk istri saya, Dok!" sahut Rian. Ia sudah cemas melihat Mila dalam kondisi lemas.
Keesokan harinya, Bu Widia mengabarkan kalau akan ada orang yang memantau rumah resto Mila. Karena dirasa tak aman karena adanya anak buah Yana yang berkeliaran. Mila dan Rian cukup berterima kasih karena ternyata ada orang yang masih ada di pihak mereka untuk saat ini. Bu Widia telah menyuruh orang juga untuk mengawasi perusahaan milik keluarga Mila serta rumah Yana juga. Karena Bu Widia benar-benar ingin membantu keluarga teman lamanya. Rian juga fokus mengurus resto saja. Ia juga harus menjadi suami siaga yang menjaga istrinya jika Sewaktu-waktu akan melahirkan. Karena menurut dokter HPL hanya sebagai perkiraan saja. Tetapi yang namanya takdir tidak akan bisa ditentang. Begitu juga kapan anaknya akan lahir. *Satu bulan berlalu.Bu Widia mengabarkan jika Yana telah ditangkap. Rian yang mendapatkan kabar itu langsung meminta izin ke kantor polisi untuk mengecek kebenaran. Mila diminta untuk selalu di rumah serta memegang ponsel jika Sewaktu-waktu ia akan m
"Lalu bagaimana dengan kami? Aku sudah mengatakan yang sebenarnya kepada kalian. Kenapa kalian tega membiarkan aku dan Sera dalam ketakutan," tanya Sera. Wajahnya seperti marah."Kamu bisa istirahat di kamar karyawan. Kan ada beberapa tempat tidur di sana. Kamu bisa pakai satu untukmu dan Sean. Kamu tahu sendiri kalau kamar kami hanya satu di sini. Apa kamu tahu siapa yang membakar rumahku, Sera?" sahut Mila. Ia hanya ingin mengetes Sera saja."Aku benar-benar nggak tahu. Aku juga tahu dari berita kalau rumah kamu kebakaran," jawab Sera. Kemudian Sean menangis. Sera mengatakan kalau Sean mengantuk. Mila kemudian mengantarkan Sera ke kamar khusus karyawan agar Sean bisa tidur dengan nyaman. Sementara itu Rian membawa rekaman pembicaraan nya dengan Sera ke kantor polisi. Beberapa kali Rian menoleh ke arah belakang mobil yang sejak awal tadi seperti mengikuti nya. Ia kemudian melewati jalanan yang selalu ramai kendaraan. Meskipun agak jauh. Agar ia merasa aman sepanjang p
Kenapa Yana melakukan semua itu? Dugaannya memang sangat tepat. Tetapi bagaimana menolong orang yang telah menjadi suruhan Yana begitu juga dengan istrinya. Ia harus berhati-hati karena Yana bukanlah manusia yang memiliki hati manusia. Hatinya sudah seperti iblis. Mungkin karena dia terlahir dari orang tua yang tidak memberikan dia kasih sayang. Sehingga ia seperti kurang kasih sayang dan tak ada yang mengarahkan dalam kebaikan. Itulah tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak agar bisa berfikir jernih dan juga bisa dihargai oleh orang lain.Rian juga harus berhati-hati. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kantor polisi dan telah membuat kesepakatan kalau pelaku tadi tidak memberitahukan kepada Rian. Seperti yang dikatakan oleh pelaku, kalau Rian sebenarnya sudah diikuti oleh orang suruhan Yana. Sehingga Rian juga harus santai seperti tak tahu apa-apa. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah resto. Ia menyampaikan hal yang ia dapatkan dari kantor polisi. "Hah? Teg