Mobil Leo kembali memasuki tempat parkir hotel. Dia melihat Michael yang langsung turun dari mobil dan berjalan menuju kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Pria itu berbaring di atas tempat tidur, matanya menatap pada langit-langi kamar yang dihiasi lampu Kristal. Wajah Fahima seakan menari-nari di sana, senyuman, tawa dan marah membuat pria dengan wajah Chines itu tersenyum.
“Apakah aku harus menyusulnya ke Serang?” tanya Michael pada dirinya.
Ini adalah perjalanan pertama Fahima keluar dari Pulau Bangka. Pertama kalinya wanita itu melakukan penerbangan dnegan pesawat. Mata bulat dan indah melihat sekeliling melihat keluar jendela menikmati pemandangan dari ketinggian. Lima puluh menit berada di udara dan pesawat Garuda telah mendarat di bandara Soekarno Hatta.
“Alhamdulilah ya Allah.” Fahima turun dengan perlahan dari pesawat. Dia mengikuti orang-orang untuk mengambil barang bawaan.
Michael Hardianto duduk di sofa dan memperhatikan guci yang akan diberikan kepada mamanya. Dia melihat boneka benang jodoh yang berdiri di atas meja. Pria itu melamun dengan pikiran yang cukup kacau. Dia seakan tidak berani ke luar dari kamar karena takut dengan kesialan yang mungkin akan menimpanya.“Berapa lama dia di Serang?” tanya Michael pada dirinya sendiri.“Satu hari.” Tangan kekar Michale menggenggam patung jodoh.“Ah.” Benang dari kaki patung melukai jari Michael.“Sial.” Pria itu ingin melempar patung ke tempat sampah, tetapi tidak jadi karena ingat perkataan Pak Wang yang mengatakan pasangan patung itu ada pada Fahima. Dia meletakkan patung wanita di atas meja dan mengambil tisu untuk mengeringkan darah.“Apa?” Michael terkejut karena darah dari jarinya telah terserap oleh benang merah yang melekat pada patun
Michael duduk masih di bandara. Dia tidak peduli dengan mobil mewah yang telah datang menjemputnya untuk pulang ke rumah. Pria itu menyilangkan kaki duduk dengan elegan di kursi tunggu dan terlihat sedang berpikir. Fendy hanya diam menunggu tuanya membuat keputusan untuk tujuan selanjutnya.“Dimana posisi Fahima?” tanya Michael pada Fendy.“Saya tidak tahu, Tuan.” Fendy gugup.“Apa aku harus bertanya padanya?” Michael menatap tajam pada Fendy yang terdiam.“Apa saya boleh meminta nomor ponsel nona Fahima?” tanya Fendy pelan.“Aku bisa menghubunginya.” Michael mencari nomor ponsel Fahima yang telah dia simpan dan melakukan panggilan. Tidak ada jawaban dan pria itu bukanlah orang yang sabar. Dia segera mematikan panggilan.“Bagaimana, Tuan?” tanya Fendy.“Apa kita
Mobil hitam dan tinggi memasuki tempat parkir khusus di kawasan perkantoran milik keluarga Hardianto. Pria tampan dan tinggi dengan setelan jas biru berjalan tegak penuh wibawa. Semua orang membungkuk menyambut kedatangan bos besar. Langkah panjang memasuki lift tanpa mempedulikan orang lain.“Selamat datang, Tuan.” Fanny mengikuti Michael masuk ke ruangannya.“Di mana Fendy?” tanya Michael menghempaskan bokongnya di kursi kerja.“Saya datang, Tuan.” Fendy masuk dengan tergesa-gesa.“Apa kamu sudah menghubungi bibi Rara?” tanya Michael.“Sudah, Tuan. Hari ini bibi Rara akan ke rumah keluarga Nona Fahima,” jawab Fendy. Fanny menaikkan alinya. Dia sangat penasaran dengan wanita bernama Fahima yang disebutkan Fendy.“Aku mau hasil lebih cepat dan kamu siapkan tiket ke Serang,” tegas Michael.
Kunday, Bangka.Rara bersiap untuk pergi ke rumah Fahima. Wanita cantik dan tinggi dengan kulit putih bersih berjalan menuju kamar menemui orang tuanya untuk meminta izin. Bibi dari Michael harus mencari informasi tentang jodoh keponakannya di Serang.“Kamu mau kemana?” tanya Oma.“Ke Sinjay,” jawab Rara duduk di tepi kasur.“Kenapa?” tanya Opa.“Michael mau aku mencari wanita bernama Fahima di sana,” ucap Rara.“Kamu harus cari tahu dengan jelas latar belakang keluarga wanita itu,” tegas Oma.“Ma, cukup.” Rara menatap Oma.“Michael tidak akan suka,” ucap Rara.“Rara. Michael harus mendapatkan istri yang sederajat dengannya,” tegas Oma.“Ma. Apa kalian mau dibenci Michael selamanya? Dia bah
Mobil hitam dan tinggi dengan harga selangit itu sudah memasuki halaman depan kampus Untirta yang berada di Ciwaru. Mesin telah dimatikan dan pria tampan masih duduk diam di kursinya. Mata tajam memperhatikan sekeliling dan melihat beberapa mahasiswa yang berjalan menuju gerbang untuk pulang.“Wah, mobil mahal. Punya siapa ya?” tanya orang-orang yang lewat dan memperhatikan mobil Michael.“Di mana dia?” Michael mengambil ponsel dan menghubungi nomor Fahima. Pria itu tidak bergerak sama sekali dari kursinya. Dia tidak mau menjadi pusat perhatian kauh hawa dengan kesempurnaan yang dimilikinya.Fahima yang baru saja selesai membereskan laptop dan buku. Dia bersiap pulang bersama teman sekelas dan satu kosan melihat ponsel berdering dengan nomor tidak dikenal muncuk di layar.“Siapa ini?” Fahima menatap layar ponsel.“Imah, yuk pulang. Kita m
Mobil Michael berhenti tepat di depan masjid. Pria itu menoleh pada Fahima yang masih menunggu dan duduk diam.“Apa kamu tidak mau turun?” tanya Michael.“Apa kamu tidak berniat mengembalikan tasku?” Fahima balas bertanya.“Ah.” Michael segera memberikan ransel pada Fahima.“Tunggu.” Fahima ingin membuka patung jodoh yang tergantung di tasnya.“Apa yang kamu lakukan?” Michael menggenggam tangan kecil Fahima dan dengan cepat wanita itu tarik.“Bukankah kamu meminta patung ini?” Fahima menggeserkan duduknya. Beberapa temannya mengintip dari pintu gerbang kosan.“Kamu harus menyimpan patung itu dengan baik,” tegas Michael.“Untuk apa?” tanya Fahima heran.“Jangan sampai hilang!” Michael menatap Fahima.
Setelah mengantarkan Fahima, Jordan langsung kembali ke hotel tempatnya menginap selama mengawasi proyek di kota Serang. Pria tampan dan tinggi itu tersenyum memasuki kamar khusus yang hanya digunakan oleh Michael.“Apa kamu sudah tidur?” Jordan langsung masuk ke kamar Michael karena di tahu kode kunci pintu.“Kenapa kamu sangat lama?” Michael menatap Jordan. Pria tanpa baju itu duduk di sofa dengan elegan ditemani segelas angaur merah.“Aku sedang mendekati seorang wanita yang special dan ini untuk pertama kalinya aku bertemu dengan gadis cantik, ceria dan baik.” Jordan menghempaskan tubuhnya di sofa depan Michael.“Pertama kali? Bukannya kamu sudah bertemu puluhan wanita dan gadis sejak sekolah?” Michael tersenyum sinis.“Hey, El. Ini berbeda. Usiaku sudah dewasa dan aku ingin menjalin hubungan serius hingga jenjang pernikah
Pagi Minggu yang sepi untuk Fahima. Dia sendirian di kosan. Semua teman pulang ke rumah masing-masing di akhir pekan agar bisa berkumpul dengan sanak saudara, keluarga dan orang tercinta. Wanita cantik dan masih lajang itu telah selesai membersihkan kamar dan halaman. Terlihat cantik dengan gamis jeans biru langit dan hijab segiempat berwarna merah muda dan tas punggung hitam.“Hm, aku akan pergi jalan-jalan ke mall.” Fahima melangkahkan kaki ke depan gerbang.“Sekalian beli hadiah untuk mama sama nenek.” Fahima membuka aplikasi grab. Dia lebih nyaman dengan mobil sehingga tidak berdekatan dengan sopir.“Tin.” Sebuah klakson mobil mengejutkan Fahima. Dia segera mendongak dan melihat pria tampan sudah berdiri di depannya.“Kamu mau pergi?” tanya Jordan dengan senyuman paling menawan.“Ya,” jawab Fahima bingung. D
Pesawat Sriwijaya Air telah mendarat di bandara Depati Amir Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Senyuman manis terlihat jelas di bibir mungil seorang guru muda yang lebih terlihat seperti gadis remaja. Wajah yang imut membuatnya awet muda dan menggemaskan. Dia menunggu semua orang turun dengan sabar. Lima puluh menit berada di udara dan ia sangat bahagia memijakkan kaki di tanah kelahiran yang dicintainya.“Alhamdulilah ya Allah. Aku bisa sampai dengan selamat.” Gadis itu mengambil koper dan berjalan menuju pintu keluar.“Tidak ada bus ataupun angkot.” Fahima berdiri di pinggir jalan. Ada banyak kendaraan rental yang menunggu penumpang.“Aku tidak mau merepotkan Leo.” Fahima melihat layar ponselnya.“Mau kemana, Neng?” tanya seorang pria berdiri di samping Fahima.“Sungailiat,” jawab Fahima.“Dua ratus lima puluh ribu rupiah. Saya antar sampai depan rumah,” ucap pria paruh baya itu dengan ramah.“Apa?” Fahima berpikir. Hari itu tanggal satu dan gajinya belum masuk rekening. Uang di dompet
Michael membuka mata dari tidur lelapnya. Dia tidak akan pergi bekerja dan sudah memberikan semua tugasnya kepada Jordan. Pria yang terbiasa tidur telanjang itu tersenyum menatap langit kamar. Dia memiringkan tubuh di balik selimut dan melihat patung kayu yang terjaga di dalam kotak kaca yang terletak di atas meja samping tempat tidurnya.“Ah, aku sangat merindukannya. Hari ini kita akan bertemu.” Michael mengambil patung kayu seorang gadis dan mengeluarkan dari kotak kaca. Dia mencium wajah patung kayu dan tersenyum lebar.“El, apa kamu sudah bangun?” Mama mengetuk pintu kamar.“Ya,” jawab Michael.“Apa Mama boleh masuk?” tanya Nyonya Li.“Ya.” Michael masih membungkus diri di dalam selimut putih yang bersih.“Hey, kenapa belum mandi? Semua orang sudah menuggu di ruang makan untuk sarapan.” Nyonya Li tersenyum melihat Michael yang masih berbaring di atas kasur.“Aku akan bersiap. Mama kembalilah.” Michael kembali menyimpan patung ke dalam kotak kaca.“Baiklah.” Nyonya Li memperhatikan
Malam datang dengan cepat. Mahasiswa penghuni kos Emapang telah berkumpul di depan kamar mereka. Sebuah bangunan yang ada di atas air sungai. Mereka masak bersama untuk makan malam terakhir karena besok Fahima akan terbang ke Bangka karena pendidikan dan pelatihan mereka di kampus UNTIRTA Serang, Banten sudah selesai.“Ah, aku tidak bisa menahan air mata,” ucap Bu Sri memeluk Fahima.“Ayolah, Bu Rt. Aku menunggu makan malam dengan sambal terasi yang enak.” Fahima tersenyum. Gadis itu sangat cantik dan manis. Dia berusaha menahan air mata karena kebersamaan mereka akan selesai di kosan dan kampus.“Gadis ini. Kamu membuat aku semakin kesulitan memasak.” Bu Sri yang biasa disapa bu Rt kembali bergerak untuk membuat makan malam sederhana mereka. Semua saling membantu mempersiapkan bahan makanan dan menyajikan di atas karpet dengan piring, cangkir dan sedong seadanya.“Aku harap suatu saat nanti kita semua bisa berkumpul lagi,” ucap Bu Sri menghapus air matanya.“Ya.” Semua mengangguk.“Im
Michael melepaskan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya dan membuang ke dalam tempat pakaian kotor. Pria itu masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Dia menikmati waktu yang cukup lama bersama air dan perlengkapan merawat diri dengan sempurna. Lelaki itu keluar dengan tubuh yang masih basah. Handuk putih melingkar di pinggang sebatas paha. Perut rata dengan otot-otot indah dan dada bidang serta pundak lebar. Ciptaan Tuhan yang paling mempesona di mata kaum hawa dan adam.“Ah.” Michael mengambil handuk lain dan mengeringkan rambutnya. Air yang mengalir pada tubuh membuatnya semakin tampak seksi dan menggoda.“Fahima, aku benar-benar merindukan wajah marah dan senyumannya.” Michael tersenyum. Dia mengambil ponsel di atas meja dan duduk di sofa berwarna putih. Pria itu benar-benar bersih dan harum. Aroma maskulin menyegarkan penciuman telah memenuhi ruangan pribadinya.“Aku harus menunggu hingga besok. Dia benar-benar mampu mengubah diriku yang tidak pernah menunggu siapa pun. Tid
Hari ujian pengetahuan telah tiba. Fahima mendapatkan season pertama di pagi hari pukul sembilan. Dia berangkat dengan kendaraan milik teman satu kelasnya. Mereka pergi bersama-sama menuju kampus Untirta yang lain. Gadis itu terlihat semangat dan tersenyum lebar. Di dalam hati terus memanjatkan doa untuk dimudahkan menjawab soal ujian dan lulus.“Imah, apa kamu deg degan?” tanya Vina.“Bismilah aja. Kita harus tenang.” Fahima tersenyum.“Kamu belajar dengan sangat giat dan juga pintar. Pasti lulus,” ucap Vina.“Aamin ya rabbal alamin. Semoga kita semua lulus karena belajar bersama-sama.” Fahima tersenyum.“Kita sarapan dulu yuk,” ajak Dhetia.“Ayok.” Fahima dan Vina beranjak dari kursi mereka.“Imah, aku ada hadiah buat kamu.” Dhetia.“Apa ini?” Fahima menerima hadiah dari Dhetia.“Semoga kamu suka dan jangan lupa dipakai ya,” ucap Dhetia.“Terima kasih.” Fahima tersenyum.“ Hari ini hanya kita berempat yang ujian di season yang sama,” ucap Vina.“Ya. Besok aku langsung pulang ke Bangk
Ketika azan asar berkumandang Jordan mengantarkan Fahima kembali ke kosan dan pria itu pergi ke hotel untuk beristirahat dan makan malam. Dia harus kembali ke rumah karena ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di perusahaan. Di tolak oleh Fahima yang tidak memiliki kekasih tidak mmebuat Jordan sakit hati. Itu membuatnya ingin lebih kuat lagi untuk mendapatkan cinta wanita muda itu.Pagi hari Jordan kembali ke Jakarta karena Fahima akan menyelesaikan masa kuliahnya di kampus UNTIRTA. Wanita muda itu akan pulang ke Bangka setelah selesai Ujian Pengetahuan dan dia tidak akan mengabari siapa pun termasuk Michael. Itu adalah caranya lari dari lelaki yang mulai posesif padanya.Hari-hari Fahima dan rekan-rekannya dilewati dengan menyelesaikan semua tugas kampus. Membuat laporan akhir hingga mendapatkan nilai dan bisa mengikuti Ujian Pengetahuan yang menjadi akhir dari perjuangan selama delapan bulan itu. Mereka benar-benar fokus agar tidak gagal dan harus mengulang. Itu akan membuat b
Jordan mendapatkan libur dari Michael dan pria itu langsung mengendarai mobilnya menuju Serang. Dia ingin bertanya pada Fahima alasan wanita itu memblokir nomor ponselnya. Mobil putih tinggi dengan ban besar telah berhenti di depan masjid kosan. “Di mana dia? Apa di kampus?” Jordan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu pagar.“Permisi,” sapa Jordan.“Ada apa, Pak?” tanya petugas keamanan.“Maaf, Pak. Apa Fahima ada di dalam?” tanya Jordan.“Oh, mereka semua pergi ke kampus,” jawab petugas keamanan.“Kapan dia kembali?” tanya Jordan.“Siang nanti setelah salat zuhur,” jawab pria itu.“Tidak lama lagi.” Jordan tersenyum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,” ucap Jorda.“Iya, sama-sama,” balas petugas keamanan.Jordan kembali ke mobil dan mengendarinya menuju ke kampus UNTIRTA. Pria itu menunggu di depan pintu gerbang kampus dengan tetap duduk di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, wanita yang ditunggu berjalan santai bersama den
Malam hari mereka tiba di depan musalah yang berhadapan dengan kosan Fahima. Wanita cantik dan masih sangat muda itu masih duduk diam di kursi. Michael membuka sabuk pangaman dan menoleh pada Fahima.“Apa aku harus membukakan sabuk pengaman untukmu?” tanya Michael tersenyum.“Tidak.” Fahima segera melepaskan sabuk pengaman.“Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini.” Fahima menoleh pada Michael.“Hanya dalam satu minggu,” tegas Michael.“Tidak ada pesan dan panggilan,” ucap Fahima meyakinkan.“Aku janji.” Michael menatap Fahima dan wanita itu segera memalingkan wajahnya.“Aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.” Michael memperhatikan lekukan wajah Fahima dari samping.“Terima kasih untuk hari ini dan hadiahnya,” ucap Fahima tanpa menoleh lagi. Dia sadar pria di sampingnya memang sangat tampan, tetapi keturunan dan asal Michael membuatnya tidak tertarik sama sekali pada lelaki itu. Masa lalu memang menjadi bayangan yang selalu mengikutinya karena tidak mampu untuk melupakan walaupun te
Mobil Michael berhenti di tempat parkir sebuah restaurant yang ada di Banten. Fahima menurut saja, karena dia kasihan pada orang kaya yang sudah terlambat makan siang karena buru-buru datang ke Serang.“Aku salat dulu,” ucap Fahima melihat musalah yang ada di samping restaurant.“Salat apa?” tanya Michael.“Asar,” jawab Fahima.“Aku akan menemani kamu.” Michael menatap Fahima.“Kamu masuk dan pesan makanan. Aku akan menyusul,” ucap Fahima.“Tidak,” tegas Michael memegang tas Fahima.“Kenapa?” Fahima menaikkan alisnya heran.“Kamu akan lari dariku,” jawab Michael menatap tajam pada Fahima yang tersenyum lucu melihat ketakutan pria di depannya. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Michael.“Bawa tas aku bersama kamu.” Fahima melepaskan tali tas dan memberikan pada Michael.“Pergi dan makanlah!” Fahima berjalan menuju musalah.“Hm, aku tidak bisa memesan makanan,” ucap Michael menghentikan langkah kaki Fahima.“Apa?” Fahima menoleh.“Ya. Aku tidak pernah memesan makanan sendiri,” ucap Michael