Baca "TERPERANGKAP JADI IBU SUSU BAYI PRESDIR" TERIMA KASIH
Mobil hitam dan tinggi melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan menuju Serang. Pikiran Michael selalu tertuju pada Fahima. Ada magnet yang terus menarik dirinya ingin melihat dan bersama dengan wanita muda itu. Dia tidak mengerti otak cerdas seakan tidak berfungsi, tetapi hati dan jantung yang terus mengontrol diri.“Apa dia di kampus?” Michael menghentikan mobil di depan masjid yang berhadapan langsung dengan pintu pagar kosan Fahima. Pria itu melacak lokasi dengan ponselnya dan melihat bahwa sang pemilik gawai ada di dekatnya.“Dia tidak pergi ke kampus.” Michael memperhatikan pintu pagar yang tertutup rapat.“Apa kampus libur?” tanya Michael pada dirinya dengan mata terus tertuju pada pintu pagar dan berharap wanita yang ingin dia lihat membuka pintu pagar agar bisa melepaskan sedikit rindu di dalam hatinya. Pria itu benar-benar tidak sadar dengan perasaannya pada Fahima.“Kenapa aku sangat ingin melihat wanita itu? Apa patung kayu ini benar-benar mengingkat kami?” Michael me
Pintu ruang pemeriksaan terbuka. Dokter dan perawat keluar bersama dengan membawa Michael yang bebering di tempat tidur pasien. Pria itu masih belum sadarkan diri karena kepala yang terbentur. Tangan dan kaki lecet.“Dok, bagaimana kondisi El?” tanya Jordan yang langsung berdiri di hadapan dokter.“Terjadi benturan dikepala untungnya tidak keras. Sepertinya tangga di rumah kalian berlapis dengan lembut,” jelas Dokter.“Anda benar, Dok. Tangga kami dilapisi permadani lembut,” ucap Jordan melihat Michael.“Dia hanya mengalami sedikit lecet di tangan dan kaki karena tergores dinding,” jelas dokter lagi.“Kenapa, El belum bangun?” tanya Jordan sangat khawatir.“Karena terguling dan rasa pusing yang membuatnya sulit membuka mata. Dia seperti tidur,” jawab dokter.“Kami akan membawa Tuan Michael ke ruang perawatan untuk beristirahat,” lanjut Dokter.“Pilih ruangan terbaik,” tegas Jordan memperhatikan Michael.“Tentu saja.” Dokter paruh baya itu tersenyum. Mereka membawa Michael ke sebuah rua
Pesta akhir tahun di hotel milik Michael sangat meriah tanpa kehadiran Michael dan Jorda. Para tamu undangan mencari dua sosok makhluk tampan dan terkenal itu, tetapi tidak juga ditemukan. Tidak ada yang berani bertanya langsung pada Tuan Hardianto dan istrinya. Mereka hanya bisa menikmati pesta dengan tenang.Cleya yang datang bersama dengan papa dan mamanya mulai mencari Michael. Dia memakai tas mahal dengan gantungan yang tidak cocok karena terlihat kumuh boneka kayu milik Fahima yang diminta dengan alas an sebagai kekasih Michael. Mata indah bersama dengan senyuman lebar terus mencari keberadaan sang tokoh utama yang selalu menjadi perbincangan di dunia bisnis.“Pa, aku tidak melihat El,” bisik Cleya pada Rudi Hartono.“Kamu benar. Malam sudah sangat larut dan pesta dansa terlewatkan begitu saja, tetapi dua putra Hardianto tidak terlihat,” ucap Meylan˗istri Rudi Hartono.“Aku akan bertanya pada Hardianto.” Rudi Hartono berjalan mendekati Hardianto dan istrinya.“Selamat malam,” sal
Nyonya Li menaiki tangga kamar Michael. Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu putra tertuanya. Dia sangat mengkhawtirkan El.“El, apa kamu di kamar?” Nyonya Li mengetuk pintu kamar Michael.“Hm,” jawab Michael malas.“Sayang, Cleya datang mengunjungi kamu.” Nyonya Li membuka pintu.“Tidak ada yang boleh masuk kamarku!” tegas Michael melihat pada pintu yang terbuka.“Cleya masih di bawah bersama Jordan,” ucap Nyonya Li yang sangat mengerti putranya.“Aku baru saja naik.” Michael memperhatikan Nyonya Li yang sudah berganti pakaian dengan wajah alami tanpa makeup seperti tadi malam.“Baiklah. Kamu bisa turun jika merasa lebih baik.” Nyonya Li mengusap rambut Michael dan mencium dahi pria itu.“Mama akan temani Cleya.” Nyonya Li berjalan keluar kamar meninggalkan Michael yang terlihat tidak akan turun dari tempat tidur.Cleya duduk di ruang tamu. Wanita cantik dan seksi itu memeluk tas di pangkuan paha putihnya. Dia sengaja memperlihatkan patung kayu yang tergantung pada tali tas b
Bab 33 Sepasang Patung JodohTangan Jordan menggengam erat patung kayu. Dia sulit untuk membuat dirinya percaya dengan yang dilihat. Pikirannya kacau untuk menebak cara berpindahnya boneka itu kepada Cleya. Mata tajam terus memperhatikan benda yang sangat istimewa dengan banyak keajaiban yang sulit diterima oleh akal sehat manusia.“Berikan padaku!” Michael menatap tajam pada Jordan dengan dengan menadahkan tangannya.“Aku akan mengembalikan pada pemilik asli patung ini.” Jordan menaruh boneka kayu ke dalam saku celananya.“Siapa pemilik boneka itu?” Michael berjalan mendekat.“Aku….” Jordan menghentikan kalimatnya. Dia berharap pria di depannya belum bertemu dengan Fahima.“Patung itu milikku,” tegas Michael.“Patung kamu pria sedangkan ini wanita,” ucap Jordan mundur.“Itu patung milik pasanganku!” Michael mencengram tangan Jordan. Pria itu mengambil patung kayu dari saku celana Jordan.“Bagaimana kamu yakin itu adalah pasangan milikmu?” tanya Jordan melihat patung kayu yang sudah be
Bab 34 kekesalan MichaelJordan memperhatikan wajah kecewa Susanti karena ditolak langsung oleh Michael. Wanita itu sudah susah payah mengajukan diri untuk menjadi dokter pribadi di keluarga Hardianto agar bisa merawat Michael yang sedang membutuhkan dokter kulit, tetapi belum juga memeriksa dia sudah mendapatkan penolakan.“Dok, maafkan El. Saya akan menghubungi dokter Chandra langsung agar mengirimi dokter pria,” jelas Nyonya Li.“Saya adalah dokter terbaik di rumah sakit,” ucap Susanti dengan penuh percaya diri.“Anda tidak usah khawatir. Jika Michael tidak suka, dia akan mencari dokter lain di seluruh dunia,” tegas Jordan dengan senyuman sinis karena mendengar perkataan Susanti yang terlalu percaya diri. Pria itu berjalan meninggalkan mama dan dokter Susanti.“Dokter, saya mohon maaf,” ucap Nyonya Li.“Tidak apa, saya akan melaporkan diri pada dokter Chandra. Saya permisi.” Dokter Susanti pamit pulang.“Terima kasih sudah datang.” Mama mengantar Susanti ke depan. Wanita dewasa itu
Bab 37 Pergi ke Desa MandalawangiSerang, Banten.Fahima telah memblokir semua nomor yang tidak ada hubungan dengan dirinya termasuk Michael dan Jordan. Dia hanya bisa dihubungi keluarga dan teman-teman terdekat saja. Wanita itu hanya mau focus dengan pendidikan di kampus Untirta. Mengerjakan semua tugas dan melaksanakan ujian kinerja di Sekolah Dasar Negeri 15 Banten. Setiap hari dia menaiki grab bersama teman-teman ke sekolah tempat praktik mengajar. Setiap pulang dari mengajar, Fahima dan teman-teman makan di warung sate dan sop kambing depan simpang sekolah.Cantik, berhijab, cerdas dan masih lajang membuat Fahima menjadi pusat perhatian. Gadis yang ramah dengan senyuman manis itu disukai banyak orang. Dia sangat suka membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Sangat mudah dekat dengan orang baru tanpa khawatir. Selalu berpikiran baik terhadap semua orang.“Imah,” sapa dosen yang menjadi pembimbing Fahima dalam melaksanakan ujian kinerja.“Ya.” Fahima menghentikan langkah ka
Bab 36 Menjemput FahimaSatu Minggu Michael berada di dalam kamar dan tidak pergi kemana pun. Semua urusan pekerjaan diselesaikan oleh Jordan dibantu Fendy dan Fanny. Pria tampan dan tinggi itu hanya ingin sembuh total tanpa meninggalkan bekas agar dia memiliki kepercayaan diri untuk bertemu dengan Fahima.“Dia memiliki libur tiga hari.” Michael yang duduk di balkon kamarnya melihat jadwa Fahima yang ada di tangannya.“Aku akan pergi ke Serang.” Michael melihat jam di tangan yang menunjukkan pukul Sembilan pagi. Pria itu segera berganti pakaian. Dia mengambil kunci mobil dan memasukan patung jodoh ke dalam tas kecil yang dijinjingnya. Langkah kaki panjang dan santai menuruni tangga.“El, mau kemana?” tanya Nyonya Li melihat Michael berjalan menuju garasi mobil.“Memarahi seseorang,” jawab Michael masuk ke dalam mobil.“El, kamu tidak pergi ke luar kota kan?” tanya Nyonya Li lagi.“Aku ke Serang. Mama tidak perlu khawatir.” Michael masuk ke dalam mobil hitam dan tinggi. Dia menyalakan
Pesawat Sriwijaya Air telah mendarat di bandara Depati Amir Pangkal Pinang, Bangka Belitung. Senyuman manis terlihat jelas di bibir mungil seorang guru muda yang lebih terlihat seperti gadis remaja. Wajah yang imut membuatnya awet muda dan menggemaskan. Dia menunggu semua orang turun dengan sabar. Lima puluh menit berada di udara dan ia sangat bahagia memijakkan kaki di tanah kelahiran yang dicintainya.“Alhamdulilah ya Allah. Aku bisa sampai dengan selamat.” Gadis itu mengambil koper dan berjalan menuju pintu keluar.“Tidak ada bus ataupun angkot.” Fahima berdiri di pinggir jalan. Ada banyak kendaraan rental yang menunggu penumpang.“Aku tidak mau merepotkan Leo.” Fahima melihat layar ponselnya.“Mau kemana, Neng?” tanya seorang pria berdiri di samping Fahima.“Sungailiat,” jawab Fahima.“Dua ratus lima puluh ribu rupiah. Saya antar sampai depan rumah,” ucap pria paruh baya itu dengan ramah.“Apa?” Fahima berpikir. Hari itu tanggal satu dan gajinya belum masuk rekening. Uang di dompet
Michael membuka mata dari tidur lelapnya. Dia tidak akan pergi bekerja dan sudah memberikan semua tugasnya kepada Jordan. Pria yang terbiasa tidur telanjang itu tersenyum menatap langit kamar. Dia memiringkan tubuh di balik selimut dan melihat patung kayu yang terjaga di dalam kotak kaca yang terletak di atas meja samping tempat tidurnya.“Ah, aku sangat merindukannya. Hari ini kita akan bertemu.” Michael mengambil patung kayu seorang gadis dan mengeluarkan dari kotak kaca. Dia mencium wajah patung kayu dan tersenyum lebar.“El, apa kamu sudah bangun?” Mama mengetuk pintu kamar.“Ya,” jawab Michael.“Apa Mama boleh masuk?” tanya Nyonya Li.“Ya.” Michael masih membungkus diri di dalam selimut putih yang bersih.“Hey, kenapa belum mandi? Semua orang sudah menuggu di ruang makan untuk sarapan.” Nyonya Li tersenyum melihat Michael yang masih berbaring di atas kasur.“Aku akan bersiap. Mama kembalilah.” Michael kembali menyimpan patung ke dalam kotak kaca.“Baiklah.” Nyonya Li memperhatikan
Malam datang dengan cepat. Mahasiswa penghuni kos Emapang telah berkumpul di depan kamar mereka. Sebuah bangunan yang ada di atas air sungai. Mereka masak bersama untuk makan malam terakhir karena besok Fahima akan terbang ke Bangka karena pendidikan dan pelatihan mereka di kampus UNTIRTA Serang, Banten sudah selesai.“Ah, aku tidak bisa menahan air mata,” ucap Bu Sri memeluk Fahima.“Ayolah, Bu Rt. Aku menunggu makan malam dengan sambal terasi yang enak.” Fahima tersenyum. Gadis itu sangat cantik dan manis. Dia berusaha menahan air mata karena kebersamaan mereka akan selesai di kosan dan kampus.“Gadis ini. Kamu membuat aku semakin kesulitan memasak.” Bu Sri yang biasa disapa bu Rt kembali bergerak untuk membuat makan malam sederhana mereka. Semua saling membantu mempersiapkan bahan makanan dan menyajikan di atas karpet dengan piring, cangkir dan sedong seadanya.“Aku harap suatu saat nanti kita semua bisa berkumpul lagi,” ucap Bu Sri menghapus air matanya.“Ya.” Semua mengangguk.“Im
Michael melepaskan semua pakaian yang melekat pada tubuhnya dan membuang ke dalam tempat pakaian kotor. Pria itu masuk ke kamar mandi dan membersihkan diri. Dia menikmati waktu yang cukup lama bersama air dan perlengkapan merawat diri dengan sempurna. Lelaki itu keluar dengan tubuh yang masih basah. Handuk putih melingkar di pinggang sebatas paha. Perut rata dengan otot-otot indah dan dada bidang serta pundak lebar. Ciptaan Tuhan yang paling mempesona di mata kaum hawa dan adam.“Ah.” Michael mengambil handuk lain dan mengeringkan rambutnya. Air yang mengalir pada tubuh membuatnya semakin tampak seksi dan menggoda.“Fahima, aku benar-benar merindukan wajah marah dan senyumannya.” Michael tersenyum. Dia mengambil ponsel di atas meja dan duduk di sofa berwarna putih. Pria itu benar-benar bersih dan harum. Aroma maskulin menyegarkan penciuman telah memenuhi ruangan pribadinya.“Aku harus menunggu hingga besok. Dia benar-benar mampu mengubah diriku yang tidak pernah menunggu siapa pun. Tid
Hari ujian pengetahuan telah tiba. Fahima mendapatkan season pertama di pagi hari pukul sembilan. Dia berangkat dengan kendaraan milik teman satu kelasnya. Mereka pergi bersama-sama menuju kampus Untirta yang lain. Gadis itu terlihat semangat dan tersenyum lebar. Di dalam hati terus memanjatkan doa untuk dimudahkan menjawab soal ujian dan lulus.“Imah, apa kamu deg degan?” tanya Vina.“Bismilah aja. Kita harus tenang.” Fahima tersenyum.“Kamu belajar dengan sangat giat dan juga pintar. Pasti lulus,” ucap Vina.“Aamin ya rabbal alamin. Semoga kita semua lulus karena belajar bersama-sama.” Fahima tersenyum.“Kita sarapan dulu yuk,” ajak Dhetia.“Ayok.” Fahima dan Vina beranjak dari kursi mereka.“Imah, aku ada hadiah buat kamu.” Dhetia.“Apa ini?” Fahima menerima hadiah dari Dhetia.“Semoga kamu suka dan jangan lupa dipakai ya,” ucap Dhetia.“Terima kasih.” Fahima tersenyum.“ Hari ini hanya kita berempat yang ujian di season yang sama,” ucap Vina.“Ya. Besok aku langsung pulang ke Bangk
Ketika azan asar berkumandang Jordan mengantarkan Fahima kembali ke kosan dan pria itu pergi ke hotel untuk beristirahat dan makan malam. Dia harus kembali ke rumah karena ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di perusahaan. Di tolak oleh Fahima yang tidak memiliki kekasih tidak mmebuat Jordan sakit hati. Itu membuatnya ingin lebih kuat lagi untuk mendapatkan cinta wanita muda itu.Pagi hari Jordan kembali ke Jakarta karena Fahima akan menyelesaikan masa kuliahnya di kampus UNTIRTA. Wanita muda itu akan pulang ke Bangka setelah selesai Ujian Pengetahuan dan dia tidak akan mengabari siapa pun termasuk Michael. Itu adalah caranya lari dari lelaki yang mulai posesif padanya.Hari-hari Fahima dan rekan-rekannya dilewati dengan menyelesaikan semua tugas kampus. Membuat laporan akhir hingga mendapatkan nilai dan bisa mengikuti Ujian Pengetahuan yang menjadi akhir dari perjuangan selama delapan bulan itu. Mereka benar-benar fokus agar tidak gagal dan harus mengulang. Itu akan membuat b
Jordan mendapatkan libur dari Michael dan pria itu langsung mengendarai mobilnya menuju Serang. Dia ingin bertanya pada Fahima alasan wanita itu memblokir nomor ponselnya. Mobil putih tinggi dengan ban besar telah berhenti di depan masjid kosan. “Di mana dia? Apa di kampus?” Jordan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu pagar.“Permisi,” sapa Jordan.“Ada apa, Pak?” tanya petugas keamanan.“Maaf, Pak. Apa Fahima ada di dalam?” tanya Jordan.“Oh, mereka semua pergi ke kampus,” jawab petugas keamanan.“Kapan dia kembali?” tanya Jordan.“Siang nanti setelah salat zuhur,” jawab pria itu.“Tidak lama lagi.” Jordan tersenyum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,” ucap Jorda.“Iya, sama-sama,” balas petugas keamanan.Jordan kembali ke mobil dan mengendarinya menuju ke kampus UNTIRTA. Pria itu menunggu di depan pintu gerbang kampus dengan tetap duduk di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, wanita yang ditunggu berjalan santai bersama den
Malam hari mereka tiba di depan musalah yang berhadapan dengan kosan Fahima. Wanita cantik dan masih sangat muda itu masih duduk diam di kursi. Michael membuka sabuk pangaman dan menoleh pada Fahima.“Apa aku harus membukakan sabuk pengaman untukmu?” tanya Michael tersenyum.“Tidak.” Fahima segera melepaskan sabuk pengaman.“Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini.” Fahima menoleh pada Michael.“Hanya dalam satu minggu,” tegas Michael.“Tidak ada pesan dan panggilan,” ucap Fahima meyakinkan.“Aku janji.” Michael menatap Fahima dan wanita itu segera memalingkan wajahnya.“Aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.” Michael memperhatikan lekukan wajah Fahima dari samping.“Terima kasih untuk hari ini dan hadiahnya,” ucap Fahima tanpa menoleh lagi. Dia sadar pria di sampingnya memang sangat tampan, tetapi keturunan dan asal Michael membuatnya tidak tertarik sama sekali pada lelaki itu. Masa lalu memang menjadi bayangan yang selalu mengikutinya karena tidak mampu untuk melupakan walaupun te
Mobil Michael berhenti di tempat parkir sebuah restaurant yang ada di Banten. Fahima menurut saja, karena dia kasihan pada orang kaya yang sudah terlambat makan siang karena buru-buru datang ke Serang.“Aku salat dulu,” ucap Fahima melihat musalah yang ada di samping restaurant.“Salat apa?” tanya Michael.“Asar,” jawab Fahima.“Aku akan menemani kamu.” Michael menatap Fahima.“Kamu masuk dan pesan makanan. Aku akan menyusul,” ucap Fahima.“Tidak,” tegas Michael memegang tas Fahima.“Kenapa?” Fahima menaikkan alisnya heran.“Kamu akan lari dariku,” jawab Michael menatap tajam pada Fahima yang tersenyum lucu melihat ketakutan pria di depannya. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Michael.“Bawa tas aku bersama kamu.” Fahima melepaskan tali tas dan memberikan pada Michael.“Pergi dan makanlah!” Fahima berjalan menuju musalah.“Hm, aku tidak bisa memesan makanan,” ucap Michael menghentikan langkah kaki Fahima.“Apa?” Fahima menoleh.“Ya. Aku tidak pernah memesan makanan sendiri,” ucap Michael