Baca juga "TERPERANGKAP JADI IBU SUSU BAYI PRESDIR" TERIMA KASIH.
Pesta akhir tahun di hotel milik Michael sangat meriah tanpa kehadiran Michael dan Jorda. Para tamu undangan mencari dua sosok makhluk tampan dan terkenal itu, tetapi tidak juga ditemukan. Tidak ada yang berani bertanya langsung pada Tuan Hardianto dan istrinya. Mereka hanya bisa menikmati pesta dengan tenang.Cleya yang datang bersama dengan papa dan mamanya mulai mencari Michael. Dia memakai tas mahal dengan gantungan yang tidak cocok karena terlihat kumuh boneka kayu milik Fahima yang diminta dengan alas an sebagai kekasih Michael. Mata indah bersama dengan senyuman lebar terus mencari keberadaan sang tokoh utama yang selalu menjadi perbincangan di dunia bisnis.“Pa, aku tidak melihat El,” bisik Cleya pada Rudi Hartono.“Kamu benar. Malam sudah sangat larut dan pesta dansa terlewatkan begitu saja, tetapi dua putra Hardianto tidak terlihat,” ucap Meylan˗istri Rudi Hartono.“Aku akan bertanya pada Hardianto.” Rudi Hartono berjalan mendekati Hardianto dan istrinya.“Selamat malam,” sal
Nyonya Li menaiki tangga kamar Michael. Wanita paruh baya itu berdiri di depan pintu putra tertuanya. Dia sangat mengkhawtirkan El.“El, apa kamu di kamar?” Nyonya Li mengetuk pintu kamar Michael.“Hm,” jawab Michael malas.“Sayang, Cleya datang mengunjungi kamu.” Nyonya Li membuka pintu.“Tidak ada yang boleh masuk kamarku!” tegas Michael melihat pada pintu yang terbuka.“Cleya masih di bawah bersama Jordan,” ucap Nyonya Li yang sangat mengerti putranya.“Aku baru saja naik.” Michael memperhatikan Nyonya Li yang sudah berganti pakaian dengan wajah alami tanpa makeup seperti tadi malam.“Baiklah. Kamu bisa turun jika merasa lebih baik.” Nyonya Li mengusap rambut Michael dan mencium dahi pria itu.“Mama akan temani Cleya.” Nyonya Li berjalan keluar kamar meninggalkan Michael yang terlihat tidak akan turun dari tempat tidur.Cleya duduk di ruang tamu. Wanita cantik dan seksi itu memeluk tas di pangkuan paha putihnya. Dia sengaja memperlihatkan patung kayu yang tergantung pada tali tas b
Bab 33 Sepasang Patung JodohTangan Jordan menggengam erat patung kayu. Dia sulit untuk membuat dirinya percaya dengan yang dilihat. Pikirannya kacau untuk menebak cara berpindahnya boneka itu kepada Cleya. Mata tajam terus memperhatikan benda yang sangat istimewa dengan banyak keajaiban yang sulit diterima oleh akal sehat manusia.“Berikan padaku!” Michael menatap tajam pada Jordan dengan dengan menadahkan tangannya.“Aku akan mengembalikan pada pemilik asli patung ini.” Jordan menaruh boneka kayu ke dalam saku celananya.“Siapa pemilik boneka itu?” Michael berjalan mendekat.“Aku….” Jordan menghentikan kalimatnya. Dia berharap pria di depannya belum bertemu dengan Fahima.“Patung itu milikku,” tegas Michael.“Patung kamu pria sedangkan ini wanita,” ucap Jordan mundur.“Itu patung milik pasanganku!” Michael mencengram tangan Jordan. Pria itu mengambil patung kayu dari saku celana Jordan.“Bagaimana kamu yakin itu adalah pasangan milikmu?” tanya Jordan melihat patung kayu yang sudah be
Bab 34 kekesalan MichaelJordan memperhatikan wajah kecewa Susanti karena ditolak langsung oleh Michael. Wanita itu sudah susah payah mengajukan diri untuk menjadi dokter pribadi di keluarga Hardianto agar bisa merawat Michael yang sedang membutuhkan dokter kulit, tetapi belum juga memeriksa dia sudah mendapatkan penolakan.“Dok, maafkan El. Saya akan menghubungi dokter Chandra langsung agar mengirimi dokter pria,” jelas Nyonya Li.“Saya adalah dokter terbaik di rumah sakit,” ucap Susanti dengan penuh percaya diri.“Anda tidak usah khawatir. Jika Michael tidak suka, dia akan mencari dokter lain di seluruh dunia,” tegas Jordan dengan senyuman sinis karena mendengar perkataan Susanti yang terlalu percaya diri. Pria itu berjalan meninggalkan mama dan dokter Susanti.“Dokter, saya mohon maaf,” ucap Nyonya Li.“Tidak apa, saya akan melaporkan diri pada dokter Chandra. Saya permisi.” Dokter Susanti pamit pulang.“Terima kasih sudah datang.” Mama mengantar Susanti ke depan. Wanita dewasa itu
Bab 37 Pergi ke Desa MandalawangiSerang, Banten.Fahima telah memblokir semua nomor yang tidak ada hubungan dengan dirinya termasuk Michael dan Jordan. Dia hanya bisa dihubungi keluarga dan teman-teman terdekat saja. Wanita itu hanya mau focus dengan pendidikan di kampus Untirta. Mengerjakan semua tugas dan melaksanakan ujian kinerja di Sekolah Dasar Negeri 15 Banten. Setiap hari dia menaiki grab bersama teman-teman ke sekolah tempat praktik mengajar. Setiap pulang dari mengajar, Fahima dan teman-teman makan di warung sate dan sop kambing depan simpang sekolah.Cantik, berhijab, cerdas dan masih lajang membuat Fahima menjadi pusat perhatian. Gadis yang ramah dengan senyuman manis itu disukai banyak orang. Dia sangat suka membantu siapa saja yang membutuhkan bantuannya. Sangat mudah dekat dengan orang baru tanpa khawatir. Selalu berpikiran baik terhadap semua orang.“Imah,” sapa dosen yang menjadi pembimbing Fahima dalam melaksanakan ujian kinerja.“Ya.” Fahima menghentikan langkah ka
Bab 36 Menjemput FahimaSatu Minggu Michael berada di dalam kamar dan tidak pergi kemana pun. Semua urusan pekerjaan diselesaikan oleh Jordan dibantu Fendy dan Fanny. Pria tampan dan tinggi itu hanya ingin sembuh total tanpa meninggalkan bekas agar dia memiliki kepercayaan diri untuk bertemu dengan Fahima.“Dia memiliki libur tiga hari.” Michael yang duduk di balkon kamarnya melihat jadwa Fahima yang ada di tangannya.“Aku akan pergi ke Serang.” Michael melihat jam di tangan yang menunjukkan pukul Sembilan pagi. Pria itu segera berganti pakaian. Dia mengambil kunci mobil dan memasukan patung jodoh ke dalam tas kecil yang dijinjingnya. Langkah kaki panjang dan santai menuruni tangga.“El, mau kemana?” tanya Nyonya Li melihat Michael berjalan menuju garasi mobil.“Memarahi seseorang,” jawab Michael masuk ke dalam mobil.“El, kamu tidak pergi ke luar kota kan?” tanya Nyonya Li lagi.“Aku ke Serang. Mama tidak perlu khawatir.” Michael masuk ke dalam mobil hitam dan tinggi. Dia menyalakan
Michael terus menarik tangan Fahima hingga di atas gedung hotel. Wanita itu takjub dengan pemandangan yang dilihatnya. Angin bertiup lembut menyapu wajah dan hijab merah muda. Gamis katun ikut melambai-lambai. Dia berdiri sendirian, ada kesejukan yang menyapa dirinya begitu damai di atas sana.“Kenapa masih berdiri di sana?” tanya Michael yang sudah duduk di bawah pohon jeruk dengan buah kecil, tetapi sudah menguning.“Tidak ada dinding,” ucap Fahima.“Kenapa?” tanya Michael menaikkan alisnya.“Aku takut ketinggian,” jawab Fahima.“Apa?” Michael menatap Fahima.“Kamu terlalu tepi. Aku takut.” Fahima berjongkok di atas lantai.“Hey, itu akan membuat gaun kamu kotor.” Michael berjalan mendekati Fahima.“Di sini juga sudah gelap.” Fahima memeluk lututnya.“Sebentar lagi….” Belum selesai kalimat Michael lambu di atas gedung itu menyala dengan warni indah. Berkerlip memberikan nuansa romatis untuk pasangan kekasih.“Hey,buka mata kamu!” Michael ikut berjongkok di depan Fahima yang menyembun
Michael terkejut, wanita yang lembut itu benar-benar marah padanya. Dia merasa sangat bersalah, tetapi ego yang selama ini mendarah daging tidak akan terkalahkan oleh siapa pun. Di matanya Fahima telah mengacaukan hidup yang sempurna sehingga berantakan dan membuat dirinya menjadi sial. Dari kecil sudah tinggal di kamar atas dan untuk pertama kalianya jatuh dari tangga di usia tiga puluh tiga tahun.“Akulah aturan itu!” Michael menggenggam kedua tangan Michael.“Lepaskan aku! Aku sangat membenci kamu,” tegas Fahima.“Kenapa? Kenapa kamu membenciku?” Michael menekan tangan Fahima di dinding kursi.“Ahh, kamu menyakitiku!” teriak Fahima berontak.“Dengar, kamu masih ada waktu dua minggu untuk menyelesaikan pendidikan ini.” Michael menatap wajah cantik yang meringis menahan cengkraman tangannya.“Aku akan memberikan kamu ketenangan selama dua minggu itu dengan syarat, selalu menerima panggilanku dari ponsel.” Michael mendekatkan wajahnya pada Fahima. Dia bisa merasakan hangat napas wanita
Jordan mendapatkan libur dari Michael dan pria itu langsung mengendarai mobilnya menuju Serang. Dia ingin bertanya pada Fahima alasan wanita itu memblokir nomor ponselnya. Mobil putih tinggi dengan ban besar telah berhenti di depan masjid kosan. “Di mana dia? Apa di kampus?” Jordan turun dari mobil dan berjalan menuju pintu pagar.“Permisi,” sapa Jordan.“Ada apa, Pak?” tanya petugas keamanan.“Maaf, Pak. Apa Fahima ada di dalam?” tanya Jordan.“Oh, mereka semua pergi ke kampus,” jawab petugas keamanan.“Kapan dia kembali?” tanya Jordan.“Siang nanti setelah salat zuhur,” jawab pria itu.“Tidak lama lagi.” Jordan tersenyum melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.“Terima kasih, Pak. Saya pamit dulu,” ucap Jorda.“Iya, sama-sama,” balas petugas keamanan.Jordan kembali ke mobil dan mengendarinya menuju ke kampus UNTIRTA. Pria itu menunggu di depan pintu gerbang kampus dengan tetap duduk di dalam mobil. Tidak butuh waktu lama, wanita yang ditunggu berjalan santai bersama den
Malam hari mereka tiba di depan musalah yang berhadapan dengan kosan Fahima. Wanita cantik dan masih sangat muda itu masih duduk diam di kursi. Michael membuka sabuk pangaman dan menoleh pada Fahima.“Apa aku harus membukakan sabuk pengaman untukmu?” tanya Michael tersenyum.“Tidak.” Fahima segera melepaskan sabuk pengaman.“Kita tidak akan bertemu lagi setelah ini.” Fahima menoleh pada Michael.“Hanya dalam satu minggu,” tegas Michael.“Tidak ada pesan dan panggilan,” ucap Fahima meyakinkan.“Aku janji.” Michael menatap Fahima dan wanita itu segera memalingkan wajahnya.“Aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.” Michael memperhatikan lekukan wajah Fahima dari samping.“Terima kasih untuk hari ini dan hadiahnya,” ucap Fahima tanpa menoleh lagi. Dia sadar pria di sampingnya memang sangat tampan, tetapi keturunan dan asal Michael membuatnya tidak tertarik sama sekali pada lelaki itu. Masa lalu memang menjadi bayangan yang selalu mengikutinya karena tidak mampu untuk melupakan walaupun te
Mobil Michael berhenti di tempat parkir sebuah restaurant yang ada di Banten. Fahima menurut saja, karena dia kasihan pada orang kaya yang sudah terlambat makan siang karena buru-buru datang ke Serang.“Aku salat dulu,” ucap Fahima melihat musalah yang ada di samping restaurant.“Salat apa?” tanya Michael.“Asar,” jawab Fahima.“Aku akan menemani kamu.” Michael menatap Fahima.“Kamu masuk dan pesan makanan. Aku akan menyusul,” ucap Fahima.“Tidak,” tegas Michael memegang tas Fahima.“Kenapa?” Fahima menaikkan alisnya heran.“Kamu akan lari dariku,” jawab Michael menatap tajam pada Fahima yang tersenyum lucu melihat ketakutan pria di depannya. “Kenapa kamu tersenyum?” tanya Michael.“Bawa tas aku bersama kamu.” Fahima melepaskan tali tas dan memberikan pada Michael.“Pergi dan makanlah!” Fahima berjalan menuju musalah.“Hm, aku tidak bisa memesan makanan,” ucap Michael menghentikan langkah kaki Fahima.“Apa?” Fahima menoleh.“Ya. Aku tidak pernah memesan makanan sendiri,” ucap Michael
Jane sangat kecewa dengan perlakukan dua bersaudara yang telah menolaknya setelah mendapatkan tanda tangan kontrak kerja sama, tetapi dia cukup senang karena bisa bertemu dengan pria yang cerdas dan tidak mudah di dekati khususnya Michael.“Sepertinya aku akan betah berada di sini.” Jane dengan pakai renang seksi keluar dari air.“Silakan Nona.” Sekretaris Jane memberikan baju handuk kepada Jane.“Selidiki kekasih Michael dan Jordan!” perintah Jane.“Baik, Nona.” Assisten Jane membungkuk. Jane masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Wanita itu lebih terpesona pada Michael dari pada Jordan yang lebih mudah didekati.Michael terlihat sibuk dengan pekerjaanya. Dia harus menandatangan banyak berkas kerja sama dan hasil laporan dari karyawan setiap awal tahun. Pekerjaan cukup bisa membuat pria itu lupa pada Fahima karena dia tipe orang yang sangat fokus. Pria itu tidak sadar dengan pesan yang telah masuk ke dalam ponsel khususnya.“Permisi, Pak.” Fendy berdiri di
Fahima dan rekannya pulang ke Serang dengan tumpangan dari dosen Reno. Tidak ada yang bisa menolak dan itu menjadi keberuntungan bagi mereka karena tidak mengeluarkan biasa untuk ojek online. Dosen Reno selalu mengantarkan Pak Dedy dan Pak Mer terlebih dahulu dengan alasan tidak perlu mengitari komplek perumahan. Padahal mereka tahu dosen tampan dan masih muda itu ingin mempunyai kesempatan untuk bersama Fahima.“Terima kasih, Pak. Maaf merepotkan,” ucap Pak Mer.“Sama-sama,” balas dosen Reno.“Dadah.” Fahima melambaikan tangannya. Dia duduk di samping dosen Reno karena tidak mungkin berdempetan dengan dua rekannya yang laki-laki.“Hati-hati ya!” teriak Pak Dedy tersenyum.“Ya.” Fahima balas tersenyum. Mereka sudah seperti keluarga karena suka duka bersama dan saling membantu sebagai anak rantai di tempat orang.“Apa kamu mau langsung pulang?” tanya dosen Reno mengendarai mobilnya.“Ya, hari sudah sangat sore,” jawab Fahima.“Bagaimana dengan pertanyaanku?” tanya dosen Reno lagi.“Pert
Michael tiba di perusahaannya. Dia menghentikan mobil di tempat parkir khusus. Pria dewasa itu berjalan memasuki lift yang akan mengantarkan dirinya langsung ke ruangan kerja. Wajah tampan, putih dan tubuh tinggi dengan setelan jas biru terlihat sempurna membuat semua kaum hawa menjadi terpana akan pesona yang tidak bisa digapai.“Selamat datang, Pak.” Para karyawan menyambut kedatangan Michael yang sudah cukup lama tidak muncul sejak kecelakaan jatuh dari tangga.“Selamat datang, Pak.” Mereka menyambut Jirdan yang berjalan tepat di belakang Michael dan masuk ke dalam lift bersama.“Siapa yang datang hari ini?” tanya Michael.“Miss Jane,” jawab Jordan.“Kenapa seorang wanita? Apa dia pemilik perusahaan A****n?” tanya Michael lagi.“Putrinya,” jawab Jordan tersenyum.“Apa arti senyuman itu? Aku tidak suka.” Michael menatap Jordan.“Dia suka. Apa kamu akan menikah dengan gadis Amerika, Eropa atau Inggris?” Jordan tersenyum lepas.“Aku suka wanita Indonesia,” jawab Michael keluar dari lif
Fahima masuk ke dalam mobil Michael yang berada tepat di depan rumah makan. Mereka melewati jalan raya dan mengitari komplek perumahan. Keduanya hanya diam hingga mobil berhenti di depan masjid. Michael masih mengunci pintu sehingga Fahima tidak bisa keluar.“Apa lagi?” tanya Fahima yang paham benar pria itu masih belum mengizinkannya turun dari mobil.“Besok aku akan kembali ke Jakarta,” ucap Michael.“Lalu?” Fahima merapikan duduknya untuk mendengarkan pria itu berbicara.“Kamu harus menerima panggilan dariku, membalas pesanku dan tidak boleh dekat dengan pria mana pun!” Michael menatap Fahima.“Kamu siapa?” Fahima menoleh dan mata mereka bertemu.“Calon suami kamu,” tegas Michael.“Aku tidak suka dengan wanita gampangan yang sangat mudah disentuh oleh pria lain.” Michael memperhatikan Fahima.“Aku senang karena kamu selalu menjaga jarak itu.” Michael tersenyum.“Kenapa kamu menjadi halu yang seharusnya dilakukan pemuja seorang Ceo seperti di dalam novel romansa?” Fahima tersenyum si
Waktunya makan malam para anak kosan empang. Nama itu mereka berikan karena kamar kos berada di atas air sungai yang kadang pasang dan surut. Cukup sering melihat hewan yang masuk seperti ular, biawak dan ikan. Tiga wanita siap pergi ke rumah makan Pemadam Kelaparan dengan berjalan kaki melewati gang perumahan yang padat. Dibandingkan dengan Bangka di Serang makanan di jual dengan harga yang murah.“Berangkat”! teriak Bu Sri semangat dengan menggandeng tangan Fahima dan Vina di kiri dan kanannya.“Hey, hey mau kemana?” tanya Susi yang baru saja datang bersama Eni. Dua orang itu baru pulang dari rumah keluarga yang ada di Banten.“Makan malam dong. Nanti mati tak makan sekalipun,” jawab Bu Sri mengedipkan matanya.“Tunggu dong, Bu Rt. Kita juga mau makan bersama,” ucap Eni.“Ya udah, cepetan. Kita tunggu di sini.” Bu Sri melotot.“Siap.” Susi dan Eni berlari ke kamar untuk mengantarkan barang bawaan mereka dan kembali secepat kilat agar tidak tertinggal.Seorang pria mempehatikan para w
Mobil Michael berhenti di depas Masjid. Pria itu menoleh pada Fahima yang tertidur. Dia benar-benar lelah dengan kegiatan yang padat dan malam hari kurang tidur.“Kamu sangat tidak waspada.” Michael memperhatikan wajah cantik yang terlelap. Pria itu sangat ingin menyentuhnya. Alis tebal berpadu dengan bulu mata lentik dan panjang. Hidung mancung dan bibir mungil tetapi penuh begitu menggoda.“Hm.” Fahima membuka matanya dan Michael menjauh.“Aw!” Kepala Michael terpantuk pintu.“Ada apa?” Fahima menatap Michael.“Tak apa. Kita sudah sampai,” ucap Michael mengusap kepalanya.“Ah, iya.” Fahima membuka pintu dan turun dari mobil tinggi itu.“Aku akan berada di Serang selama kamu ujian kinerja.” Michael sudah berdiri di depan Fahima.“Kenapa memberitahukan kepadaku?” Fahima melihat sekilas pada Michael.“Karena aku di Serang untuk menunggu kamu menyelesaikan PPG ini,” jawab Michael.“Apa urusannya denganku?” Fahima menaikan alisnya.“Setelah kamu menyelesaikan pendidikan ini. Kita akan ke