"Kebohongan bisa menjadi pilihan yang mudah, tetapi harga yang dibayarnya adalah kehilangan integritas dan kepercayaan." - Magnus Elverum -
“Kenapa mommy belum pulang juga, Auntie?” tanya Samuel begitu mereka sampai di apartment Chloe. “Mungkin mommy kamu masih dalam perjalanan pulang, sayang. Kita tunggu sebentar lagi, ya.” “Aku boleh pinjam ponsel Auntie, tidak?" "Untuk apa? Kamu mau menelpon mommy?" "Iya, Auntie. Aku mau menelpon mommy.” Chloe yang menyadari kecemasan Samuel akan mommy-nya, bergegas mengambil ponsel dari tas kerjanya. Gadis itu segera mencari nama Freya di daftar kontaknya. Setelah Chloe dan Samuel mencoba untuk menghubungi Freya berkali-kali, gadis itu sama sekali tidak mengangkat panggilan telepon itu. ‘Ada apa dengan Freya?' batin Chloe was-was. “Mommy selalu mengangkat telepon, apalagi telepon dari Auntie Chloe,” celetuk Samuel yang mengagetkan Chloe dari lamunan singkatnya. “Mungkin mommy kamu dalam perjalanan sehingga dia tidak mendengarkan dering ponselnya,” ucap Chloe menenangkan Samuel. “Aku kangen mommy, Auntie.” Samuel melompat ke atas sofa. Dia duduk sambil mengusap-usap kedua bol
Albert memeriksa pesan dari Chloe yang sebenarnya sudah masuk dalam inboxnya sejak tadi siang. Tapi berhubung dia sangat sibuk dengan casting model-model baru, Albert tidak men-cek hapenya selama berjam-jam. “Hmm, ternyata Chloe sudah menyebar undangan pesta tersebut. Aku akan meng-forward isi pesan ini kepada partner-partner bisnisku.” Albert tersenyum gembira. Dia sudah membayangkan uang milyaran dollar yang akan masuk ke dalam rekening perusahaannya sebentar lagi.“Semoga banyak yang datang pada acara pesta besok. Aku sudah tidak sabar lagi untuk memamerkan calon istriku yang cantik di depan semua klien dan teman-teman seprofesiku.” Albert meng-forward pesan itu kepada kurang lebih dua puluh lima orang.Selain rekan bisnisnya, Albert juga meng-forward pesan tersebut kepada klien-klien barunya. Dia berharap agar klien-kliennya belum memberikan jawaban mereka nanti. Atau mungkin langsung menandatangani kontrak perjanjian dengan perusahaan miliknya.Beberapa dari mereka sudah berja
Merasa kesal karena digantung seperti itu, Albert mencekal tangan Audrey dan mendorong gadis itu di atas sofa sampai ia jatuh terjungkal. "Kau yang memulai semua kegilaan ini! Sekarang, mari kita tuntaskan permainan ini." Sebuah senyum sadis bertengger di wajah mesum Albert. Dia melepas dasinya dengan pelan. Audrey yang tadinya terjungkal di atas sofa, malah tersenyum kesenangan. Dia memang sengaja membuat Albert marah tadi, karena saat marah, permainan Albert akan lebih terasa nikmat dari biasanya. Gadis itu berdiri dengan perlahan dan mulai melepas helai demi helai pakaian di tubuhnya. Albert yang awalnya hanya ingin melampiaskan kemarahan kini terperangkap. Dia sebenarnya sudah tidak mau melayani gadis itu lagi. Albert menelan salivanya beberapa kali. Dia laki-laki normal yang diberikan pemandangan menggoda di depan matanya. Audrey menyeringai dan beranjak dari sofa. Dia berjalan ke arah Albert sambil membelai-belai tubuhnya sendiri di depan pria itu. Albert menegang dan amarah
Camilie tertidur dengan nyenyak di samping Freya. Dia begitu lelah setelah menjaga dan menemani Freya yang beberapa kali menjerit-jerit dalam tidurnya karena mimpi buruk yang datang silih berganti. “Camilie,” panggil Freya lembut berusaha membangunkan sahabatnya yang tertidur lelap di sampingnya. Rupanya Freya sudah sadar. Awalnya dia bingung dan tidak tahu di mana dia berada, tapi melihat ruangan yang serba putih dan aroma khas yang ada, dia langsung sadar bahwa dia sedang berada di rumah sakit. “Hmm,” desah Camilie pelan. Setelah mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali, Camilie pun terbangun. “Hi, babe,” sapa Camilie sambil menggenggam tangan Freya yang terlihat masih lemah. Beruntungnya selang infus sudah dilepaskan dari tubuh Freya dua jam yang lalu. “Can we go home now? Aku kangen sekali sama Samuel, dan kasihan Chloe yang harus menemaninya.” “Ssshhh…. Don’t think about it. Tadi Chloe sudah menelpon aku pas kamu masih tertidur.” “Apakah Samuel baik-baik saja?” “Samuel i
“Kita akan jebak pria itu. Aku yakin, dia sedang merencanakan sesuatu yang besar untuk menghancurkanmu untuk yang kesekian kalinya.” Freya menatap Chloe dengan mata yang terbelalak. Dia menelan salivanya berkali-kali. “A-aku takut kalau dia sampai tahu bahwa Samuel adalah anaknya,” bisik Freya. Sekarang wajahnya memancarkan sinar ketakutan dan kecemasan yang luar biasa. “Kita akan menyewa pengacara terbaik kalau dia sampai tahu kalau Samuel adalah anaknya. "Dia pasti akan membawa hal ini ke pengadilan. Kita harus ingat, dia adalah pria yang berduit. Dia bisa menyewa pengacara terhebat di kota ini." "Aku mengerti. Tapi aku percaya, kebenaran akan selalu menang, walaupun itu harus melalui berbagai macam hambatan dan rintangan." "Oh, Tuhan. Aku takut! Aku tidak mau kehilangan hak asuhku," isak Freya perlahan. Hatinya tiba-tiba terasa sakit. Chloe menggenggam tangan Freya dengan erat. “Aku janji, tidak akan ada seorang pun yang mengambil Samuel dari kehidupanmu atau pun dari kehi
Jason berjalan mondar-mandir di balik bilik jeruji besi yang mengurungnya untuk sementara waktu, sampai dia bisa mengambil hari cuti berharga miliknya. Tiga kali dalam sebulan, selama masa percobaan, ternyata tidak cukup baginya. Dia tidak sabar menunggu tiga bulan berikutnya untuk mengajukan proposal penambahan hari cuti. “Kenapa pihak rumah sakit belum menghubungiku juga? Anak itu adalah kunci kebebasanku. Begitu aku mendapatkan bukti bahwa Samuel adalah anakku, maka aku akan segera mengambil alih hak asuh dari Freya. Gadis itu tidak layak mendidik anakku yang cerdas dan tampan,” racau Jason sambil menjambak-jambak rambutnya yang sudah mulai panjang. “Akan aku buat hidupmu menderita karena telah menjebloskan aku dalam bilik brengsek dan pengap ini,” erang Jason penuh dendam. Suasana malam yang sepi tidak membuat Jason mengantuk. Entah kenapa, otaknya berputar-putar memikirkan banyak hal. Dia menggenggam jeruji besi di depannya dan mulai menggoyang-goyangkan jeruji itu dengan kedu
Chloe bergegas berangkat ke rumah Albert begitu menyelesaikan tugas mengajar jam terakhir. Waktu baru menunjukkan pukul dua belas siang. Tak lupa Chloe mengirim pesan untuk Freya sekedar memberitahu gadis itu kalau dia sedang dalam perjalanan menuju rumah Albert. “Aku hanya punya waktu hari ini sebelum tamu-tamu berdatangan dan pesta dimulai,” gumam Chloe sambil mempercepat langkah kakinya. Udara dingin menerpa wajahnya seperti ribuan jarum yang menusuk-nusuk kulitnya. “Bbbrrr, kok bisa dingin sekali hari ini?” gerutu Chloe sambil merapatkan tutupan jaketnya. Dia tiba-tiba ingin minum coklat panas dan meringkuk di bawah selimut kesayangannya. Chloe merapatkan syal yang dikenakannya. Hari ini dia terlihat sangat cantik dan mengenakan gaun yang warnanya hampir menyerupai warna-warna daun musim gugur. “Kenapa kamu tidak membalas pesanku?” ucap seseorang dari arah samping Chloe. Gadis itu hampir melompat kaget dengan kehadiran Mateo yang tiba-tiba. “Ngapain kamu di sini?” sentak C
“Apa rencanamu sekarang, Chloe?” tanya Mateo sambil mengikuti langkah Chloe yang mulai melangkah pelan. Tanpa ragu-ragu, pria itu meraih tangan Chloe dan menggenggamnya. “Apa rencanaku?" tanya Chloe pada dirinya sendiri. “Katakan saja padaku. Aku akan membantumu.” “Baiklah. Kamu bisa membantuku dengan menjadi penonton dari jauh.” “Seberapa jauh?” tantang Mateo. “Kamu boleh ikut ke pesta itu, tapi jadilah penonton setia dan jangan tunjukkan kedekatan kita.” “Itu susah! Bagaimana kalau mereka mencelakaimu? Aku tidak akan pernah memaafkan dirimu sendiri kalau sampai terjadi apa-apa denganmu." “Tidak akan ada yang mencelakakan aku, Mateo.” Mateo mengikuti langkah Chloe dengan gelisah. Jujur, dia tidak mau melakukan permintaan Chloe yang menurutnya.... cukup gila. Tapi kalau itu adalah satu-satunya cara dia bisa bersama Chloe besok malam, maka dengan terpaksa, dia harus menyetujuinya. “Okay. Aku akan mencoba unt…” “Bukan mencoba, tapi kamu harus berjanji dan tidak akan mengingkar
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat