"Setiap patroli dan setiap tindakan, semuanya dilakukan demi menjaga perdamaian dan keamanan." - Magnus Elverum _
“Aku butuh ponsel karena kode untuk membuka pintu terhubung dengan data pribadi milik pemuda itu. Aku harus meretas sistem datanya ke dengan mengirim virus. Dan begitu tautan tersambung ke sistem, maka semua data yang dia miliki, akan kita gunakan sebagai bukti."“Ini, kamu pakai saja ponselku.”Magnus menyerahkan ponsel miliknya untuk dipakai Eddy. Tak lama kemudian, Eddy sibuk meretas data milik William. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat grup sindikat pelec*h*an seksu*l anak-anak di bawah um**.Magnus yang sudah banyak menangani kasus berbagai macam kasus, sampai bergidik ngeri melihat sepak terjang William selama.Ternyata video rekamannya saat dia sedang asik bermain-main dengan gadis-gadis itu, di posting ke beberapa privat grup yang benar-benar canggih dan tidak bisa dideteksi oleh website biasa. Hanya orang yang berani membayar ribuan dolar yang bisa mengakses website milik mereka.“Got it!” seru Eddy begitu dia menemukan nomor pin pintu rahasia itu. Tanpa menunggu lama,
“Aurora! Aurora! Apakah kamu di dalam sana, sayang?” teriak Ella nyaring.Mendengar suara Ella, Aurora langsung terbangun.“Kak Ella? Hah? Ya, itu suara Kak Ella,” pekik Aurora dari dalam kamar. Gadis remaja itu langsung melompat dari atas tempat tidur dan berlari menuju pintu keluar. Dia menggoyang-goyangkan gagang pintu dan ikut berteriak dengan kencang.“Kak, itu Kak Ella ya? Aku di sini, Kak. Tolong!!!” teriak Aurora dengan penuh semangat. Dadanya dipenuhi dengan kelegaan yang teramat sangat.Dia menggoyang-goyangkan gagang pintu dan ikut berteriak dengan kencang.“Dia di dalam!!!” teriak Ella. “Cepat keluarkan adik-ku dari sana.”Karena tidak sabar, Ella ikut menggoyang-goyangkan gagang pintu dengan keras.“Aurora! Aurora! Kakak di sini, Dek. Kami akan segera menyelamatkanmu.”“Kak Ella! Aku takut!” tangis Aurora dalam kelegaan. Semua perasaan cemas, takut, khawatir dan resah, kini berganti rasa lega yang tidak pernah ia alami selama ini.“Segera cari kunci dari kamar ini!” perint
Kring, kring, kring…Telepon Mateo terus berdering dengan nyaring.“Arghh! Mengganggu saja!” gerutu Mateo sambil berguling ke samping. Namun, bukannya meraih telepon yang berada di atas nakas, Mateo malah mengecup puncak dada Chloe dan menggodanya. Sontak saja Chloe kegelian dan langsung meremas rambut Mateo yang tebal dan halus. “Kamu tidak mau angkat telepon dulu?” rintih Chloe sambil memejamkan mata menikmati godaan Mateo. Rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh suaminya membuat Chloe menggeliat manja. Bahkan sisa-sisa kenikmatan dari permainan tadi, masih terasa menggelitik.“Mmmm, hmmm, mmmm,” gumam Mateo tidak jelas karena mulutnya sedang sibuk melakukan hal lain yang lebih penting dari apa pun juga.“Masih belum puas juga?” goda Chloe dengan mata berkilat. Dia tidak pernah menyangka suaminya yang baru habis tempur, akan memulai ronde baru lagi. Chloe memperdalam remasan tangannya karena ciuman Mateo kembali membangkitkan hasratnya.Mateo menghentikan aksinya, dan meraih tanga
“Kita harus mencari cara agar kau tetap diam, Mateo,” ucap Chloe sambil menatap Mateo, sedangkan bibirnya mengecup ujung tombak itu dengan cara yang Mateo tidak pernah bayangkan sebelumnya.Mateo melenguh dengan liar. Chloe menghentikan ciuman panas di bawah sana. Dia hanya ingin menggoda Mateo dan membuat pria itu melayang sebentar tanpa benar-benar memberikan apa yang dia inginkan.“Chloe, please! Berhentilah menyiksaku,” ucap Mateo tak berdaya. Dia benar-benar kalah telak kali ini. Chloe membuat seluruh saraf-sarafnya terbangun.“Jadi kamu ingin aku berhenti sekarang?” goda Chloe menghentikan permainannya.“Bukan, bukan itu maksudku,” keluh Mateo.“Jadi aku teruskan saja?”Mateo menatap Chloe dengan gemas. Tangannya terulur hendak meraih tubuh Chloe, tapi Chloe langsung memberikan pandangan tajam kepadanya, sehingga Mateo terpaksa harus menahan diri lagi.Chloe kembali mencium kulit Mateo dan ciuman itu menjalar sampai ke perut pria itu, lalu lidahnya turun ke pusarnya. Kemudian dia
Freya berdiri dengan gelisah di ruang tamu. Dia meremas surat yang ada dalam genggamannya dengan kuat. Rasa amarah membakar dadanya. Dia berencana untuk menghubungi Magnus dan meminta perlindungan khusus dari pihak kepolisian. Sudah cukup Jason mengusik hidupnya selama ini.“Dia tidak akan pernah bisa mengambil Samuel dari hidupku,” geramnya.“Mommy, siapa yang akan mengambil aku?” Tiba-tiba Samuel muncul dari arah belakang Freya dengan mata yang masih terlihat berat dan mengantuk.Glek! Freya berdiri tegang. Dia bingung harus memberikan jawaban apa pada bocah tampan itu.“Mommy, are you alright?” tanya Samuel sambil mendekati Freya dan memeluk wanita yang telah melahirkan dan membesarkannya selama ini.“Hmm, mommy baik-baik saja, sayang.”“Siapa yang mau mengambil aku, Mommy?”Samuel menatap Freya lekat-lekat dengan bola matanya yang bulat menggemaskan. Bocah itu memang selalu bisa membuat siapa saja luluh saat melihat bola matanya yang indah. “Emm, tidak ada yang mengambil Samuel,
“Mommy, kenapa hidung Mommy berdarah?” tanya Samuel kaget. Wajahnya memucat dan dia berdiri membeku di depan sang ibu.Freya menyentuh hidungnya. Dia tersentak kaget begitu melihat banyak darah di sana. Bahkan darahnya sampai menetes di baju kaos yang dikenakannya.Samuel yang sudah diajari di sekolah tentang bagaimana menghungi pertolongan saat keadaan terdesak, melompat dan meraih ponsel Freya yang terletak di atas nakas di ruang tamu.Bocah itu segera menelpon satu satu tiga (113) untuk meminta pertolongan para medis dan ambulance. Begitu Samuel selesai menelpon, Freya sudah tergeletak tak berdaya di atas lantai.“Mom! Aku sudah menelpon ambulance,” lapor Samuel dan segera menghampiri Freya yang sudah tidak sadarkan diri.“Mommy, mommy! Wake up! Bangun, Mommy!” Namun, percuma saja. Sekuat apa pun Samuel berteriak, Freya tidak bergerak sedikit pun. Dengan wajah sedih dan kebingungan, Samuel kembali meraih ponsel Freya dan hendak menelpon Chloe.“Please, auntie, diangkat panggilanku,
“Mom, Dad, aku rindu kalian.”“Kami juga merindukanmu, sayang.”Mrs. Kellie ingin sekali memeluk anak laki-lakinya yang biasanya berpenampilan rapi. Namun, kini penampilan Albert terlihat begitu kumal dan kucel, padahal baru satu malam dia berada di penjara.“Mom, Dad, tolong bebaskan aku dari sini.”Mr. Ragnar menatap putranya dengan pandangan miris.“Kasus yang kamu hadapi ini cukup berat, tapi daddy akan berusaha untuk mencari jalan keluar.”“Tapi aku tidak membunuh siapa pun!” ketus Albert. Wajahnya terlihat mengeras dan kaku. Dia tidak suka ketika orang-orang yang seharusnya berpihak padanya, malah menyudutkannya seperti itu.“Albert! Kendalikan dirimu,” sentak Mr. Ragnar. Pria itu lalu menggenggam tangan istrinya dan mengajak wanita itu untuk keluar.“Berbicaralah dengan putraku. Semoga kita mendapatkan jalan keluar.”Albert yang masih tidak mengerti dengan perubahan sikap kedua orang tuanya, langsung berdiri dan hendak menahan mereka.“Mommy dan Daddy mau ke mana? Masa baru data
Mobil Mateo terus mengikuti mobil ambulance di depannya. Tak lama kemudian mereka pun tiba di rumah sakit.“Apakah mommy akan baik-baik saja?” tanya Samuel yang masih terus menangis. Dia menggenggam tangan Chloe dengan erat dan mengikuti langkah kaki Chloe dengan cepat.“Mommy pasti baik-baik saja,” ucap Chloe lembut. Dia berusaha sekuat mungkin untuk kuat di depan Samuel, walaupun hatinya cemas.Sementara mereka menunggu, Freya mulai menjalani serangkaian pemeriksaan oleh tim medis.“Aku cari minum dulu untuk kalian,” bisik Mateo sambil mengecup kening Chloe. Dia segera menuju lobby rumah sakit dan membeli minuman dari lemari pendingin. Mesin pendingin itu terbuat dari gelas, sehingga Mateo bisa melihat bayangan orang yang lewat. Dia memicingkan mata ketika dia menangkap bayangan seseorang yang lewat dan berjalan ke arah lorong rumah sakit. Pikirannya langsung tertuju kepada orang yang telah menguntit mereka tiga hari yang lalu. Tanpa mengambil minuman yang sudah keluar dari mesin p
“Ssst,” bisik Chloe begitu melihat Mateo yang masuk ke dalam kamar bayi. Rupanya si kembar tiga baru saja mulai tertidur setelah rewel karena rebutan ASI. Chloe bertekad untuk memberikan asi kepada ketiga junior tercintanya. Dia menolak dengan tegas untuk memberikan susu formula.“Kamu terlihat sangat lelah, sayang,” bisik Mateo yang tiba-tiba menggendong istrinya dan membawanya keluar dari kamar bayi. Chloe hampir saja memekik karena kaget, tapi akhirnya dia merangkul leher suaminya dan menikmati perlakuan mesra darinya.“Aku harus memompa air susuku dulu sayang, karena kalau tidak, maka mereka akan rewel lagi saat bangun nanti.”“Tenang saja, aku akan menemanimu memompa susu untuk bayi-bayi kita.”Chloe mengangguk riang. Sudah beberapa malam dia tidak bisa tertidur lelap. Mengurus satu bayi saja sudah sangat melelahkan, apalagi tiga bayi sekaligus. Kadang dia sampai kelelahan dan bisa ketiduran saat sedang makan atau menyusui si kembar.Setelah tiba di kamar, Mateo segera meminta be
“Bolehkah aku meminta selembar kertas lagi?” pinta Jason begitu menyerahkan surat yang sudah dia tulis untuk Samuel.“Untuk apa?” tanya petugas penjara dengan alis bertaut itu sambil menerima surat dari tangan Jason. Baginya, memberikan selembar kertas kepada seorang tahanan adalah ide yang paling buruk. Sudah kejadian beberapa kali para tahanan memakai hal itu untuk melukai tubuh mereka. Bahkan ada yang bisa memotong urat nadi mereka dengan sebuah pulpen atau selembar kertas.“Aku akan menulis sebuah surat lagi,” ucap Jason dengan wajah memelas. Dia sudah capek bermain sandiwara sekarang. Semua usahanya sia-sia.“Hmm, kamu boleh mendapat selembar kertas lagi tapi, tapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya?”“Kamu tulis di sel khusus saja karena aku tidak mengizinkan kamu untuk sendirian di dalam sel-mu.”“Baiklah,” balas Jason pasrah. Dia sudah tidak punya energi lagi untuk berdebat dengan petugas penjara.“Di mana aku akan menulis surat ini?” tanya Jason.“Ikut aku.”Jason mengikuti
Albert duduk terpekur menunggu sang pengacara menghampirinya. Sidang keputusan akhir yang dijadwalkan hari ini, menentukan berapa lama ia akan mendekam dalam penjara.“Ke mana daddy dan mommy?” tanya Albert begitu Mr. Edward, pengacara keluarganya muncul dari balik pintu.Mr. Edward menarik napas panjang, lalu dengan wajah sedih, dia menceritakan tragedi yang telah terjadi di mansion keluarganya. Albert hanya bisa mencengkram pinggiran meja mendengar penuturan pengacaranya.“Sampai saat ini, kami masih terus mencari jejak Mr. Ragnar. Semoga beliau segera ditemukan.”“Siapa yang telah melakukan perbuatan terkutuk itu?” dengus Albert dengan wajah memerah. Selama beberapa hari dia menantikan kabar dari kedua orang tuanya, tapi ternyata mereka sendiri sedang mengalami musibah.“Kami belum tahu siapa yang melakukan penyerangan tersebut, Tuan.”“Bukankah ada kamera CCTV di setiap sudut mansion milik daddy?”“Benar, Tuan, tapi malam itu, semua CCTV telah dikuasai oleh pihak lawan.”Albert m
“Silahkan tanda tangan di sini, Tuan Jason,” ucap notaris Jason setelah pria itu menulis semua total kekayaan Jason. Semua miliknya akan jatuh ke tangan Samuel saat anak itu berusia delapan belas tahun. “Sebentar, aku akan membaca ulang semuanya terlebih dahulu.” Jason pun membaca surat tersebut dengan serius.“Masih ada satu yang kurang,” cetus Jason sambil mengetuk-ngetuk jari-jarinya di atas meja. “Harta yang mana lagi, Tuan?” tanya sang Notaris yang bernama Mr. Jon“Aku masih mempunyai satu harta lagi yang belum tertera di sini.”Mr. Jon menautkan alisnya dan kembali memeriksa total kekayaan Jason baik harta bergerak maupun tidak bergerak.“Aku masih mempunyai satu rumah di jalan Karl Johan, itu ingin aku wariskan pada Samuel.”“Baiklah, akan saya masukkan ke dalam daftar ini, tapi saya butuh waktu untuk membuat surat wasiat yang baru.”“Bisa selesai besok?”“Bisa, Tuan.”“Hmm, kalau begitu kita buat jadwal untuk besok. Aku juga mau menulis surat untuk anak itu.”Mr. Jon mengangg
“Apa ada apa dengannya?” jerit Chloe semakin panik. Dia sudah tidak memperdulikan lagi dengan perawat dan jarum yang sedang menjahit bagian intimnya yang sudah dilewati tiga kepala bayi beberapa menit yang lalu. Hatinya terasa sakit seperti akan kehilangan sesuatu yang berharga dari hidupnya.Mateo menyerahkan bayi laki-laki yang terlihat seperti tertidur itu, ke dalam gendongan Chloe. “Darling, kamu kenapa? Selamat datang di dunia ini," ucap Chloe lembut. Dia mendekap bayi itu dan mengecup keningnya dengan lembut. Tidak ada reaksi dari bayi itu, bibirnya semakin membiru.“Tolong!” jerit Chloe histeris. “Lakukan sesuatu!” Dia memeluk bayi itu lembut dan menggosok punggung bayi dengan lembut untuk merangsang pernapasan sang bayi. Sambil melakukan hal itu, tak henti-hentinya Chloe menaikkan doa untuk kesembuhan sang putra.“Sepertinya ada sesuatu yang menyumbat hidung dan mulutnya,” celetuk Chloe. Saat hendak membuka mulut sang bayi untuk memberikan napas bantuan, Chloe melihat begitu
Mateo menatap bayi itu dengan mata penuh haru. Namun, kebahagiaannya tertahan oleh kenyataan bahwa Chloe masih dalam proses melahirkan dua bayi lagi. "Sayang, kamu sangat luar biasa …, tapi masih ada dua bayi mungil kita yang bersiap untuk keluar!" bisiknya penuh kekaguman dan ketegangan.Chloe hanya bisa mengangguk lemah, tubuhnya masih bergulat dengan kontraksi berikutnya."T-tolong ..., aku tak tahu bisa berapa lama lagi," ujarnya dengan napas tersengal.“Kamu pasti bisa, sayang. Aku akan berjuang bersamamu.”“Aaaaa, kamu cerewet sekali,” teriak Chloe frustasi. “Coba aja kamu hamil dan melahirkan, biar kamu tahu rasakan sendiri,” tambahnya dengan emosi. Benar juga apa yang dikatakan orang-orang, kalau terlalu cerewet dengan orang hamil yang sedang berjuang untuk melahirkan, yang ada malah didamprat kembali. Mateo hanya bisa nyengir menerima omelan ChloeDengan cepat, Linda membersihkan bayi pertama Chloe dan Mateo, lalu meminta salah satu perawat untuk menyerahkan bayi itu kepada
“Nyonya Chloe akan melahirkan sekarang!” cicit Linda dengan wajah sedikit panik. Tapi dia berusaha menyembunyikan kepanikan-nya agar Mateo tidak ikut-ikutan tegangnya.“Hah? A-aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan bathup,” gagap Mateo. Dari awal kehamilan, Chloe memang sudah merencanakan akan melahirkan di dalam air (water birth). Wanita itu ingin merasakan bagaimana melahirkan secara normal, tapi di dalam air.Sebenarnya, bathup yang Mateo adalah sejenis kolam karena besar yang sudah di siapkan beberapa hari yang lalu. Dia meminta pelayan untuk mengisi kolam itu itu dengan air hangat.Malam itu, langit di luar jendela terasa gelap lebih dari biasanya, seolah turut merasakan ketegangan di dalam mansion Chloe dan Mateo. Cahaya lampu-lampu kecil di ruang kamar mereka yang luas, memberikan penerangan lembut. Namun, suasana di sana jauh dari kata tenang. Beberapa pelayan sibuk membantu dengan menyiapkan barang-barang yang diperlukan. Tak lama kemudian, kolam karet besar sudah terisi
Jason terbaring lemas di ranjang tidurnya yang semakin hari semakin terasa sempit. Dia sudah putus asa karena semua usahanya tidak ada yang berhasil. Dari mulai dengan menipu para sipir penjara dengan pura-pura sakit dan sesak napas, sampai meminta simpati dari dokter penjara. Namun, semua tidak ada yang berjalan sesuai dengan rencana yang telah dia susun dengan matang. Belum lagi dengan tindakannya mengancam Freya di rumah sakit, kini dia terkena pasal baru dan hukumannya diperpanjang karena dianggap sebagai tahanan yang membahayakan orang-orang sekitar. Hak cutinya pun diambil kembali oleh pihak hukum.“Apa yang harus aku lakukan?” bisik Jason dalam kesendiriannya. Dia kesepian, tiba-tiba, dia merindukan wajah Samuel, bocah tampan yang mirip sekali dengannya.“Aku harus melakukan sesuatu,” cetus Jason sambil melompat dari tempat tidurnya, lalu ia berjalan ke arah jeruji penjara, mencoba untuk memanggil seorang petugas yang sedang berjaga-jaga.“Bisakah Anda ke sini sebentar? Ada se
Chloe duduk di sofa bersama teman-temannya. Wajahnya terlihat begitu cantik dan bersinar setelah didandani oleh Hilde.“Coba rasakan ini,” ucap Chloe sambil menarik tangan Freya dan meletakkannya di atas perutnya yang sudah semakin membesar. “Oh, aku merindukan masa-masa seperti ini,” bisik Freya sambil menikmati pergerakan dan tendangan tiga bayi kembar di kulit perut Chloe.“Ini sangat luar biasa, tapi tidak ketika kamu harus bolak-balik kamar mandi karena tendangan mereka,” keluh Chloe dengan wajah konyol.“Hahaha, aku ingat itu,” celetuk Freya. Chloe pun tersenyum lebar, tangan lembutnya mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Matanya berbinar melihat tamu-tamu yang berdatangan, membawa kado-kado berwarna pastel. Baby shower kali ini berbeda dari yang ia bayangkan. Tidak hanya karena kehamilannya yang luar biasa dengan tiga bayi kembar. Tetapi juga karena Mateo, suaminya, yang memutuskan untuk mengambil alih semua persiapan acara gender reveal.Mateo, seperti biasa, terlihat