"Sahabat sejati adalah mereka yang datang ketika seluruh dunia pergi menjauh." - Chloe Adams -
“Silahkan duduk, Mr. Albert,” ucap Magnus sambil meletakkan buku catatan kecil yang selalu setia menemaninya.Dengan wajah gusar, Albert menarik kursi di depannya dan menghempaskan tubuhnya dengan keras sehingga menimbulkan suara berdecit yang cukup keras.“Apakah Anda sudah siap?”Albert tidak menjawab. Dia hanya menaikkan punggungnya dengan sikap acuh tak acuh, lalu menatap Magnus dengan wajah geram.Detektif Rodriguez segera mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum. Lalu tibalah pada pertanyaan inti. Dimulai dari tindakan Albert yang mengancam nyawa para tamu undangan pernikahan Chloe dan Mateo, sampai pembunuhan yang terjadi di Sky pub and hotel.“Apa yang Anda lakukan pada jam sembilan malam?” tanya Magnus mengambil alih interogasi yang berlangsung.“Aku sedang berpesta karena salah satu partner bisnisku berhasil menandatangani kontrak perjanjian.”“Jam berapa tepatnya Anda bersama-sama dengan rekan-rekan kerja Anda?”“Aku tidak bisa mengingatnya lagi. Lagi pula itu sudah sebulan leb
Chloe berusaha menghentikan tangisannya walaupun itu terasa sangat sulit. Dihapusnya air mata yang terus mengalir.“Aku harus kuat demi Samuel,” gumam Chloe kalut. Begitu memikirkan Samuel, semua keberanian yang ia sudah kumpulkan dari tadi, kembali lenyap. Hanya kesedihan yang menguasai hatinya.Kring …, kring …, kring …Gawai milik Chloe berdering dengan nyaring dan ternyata Mateo yang telah menelponnya. Dengan tergesa-gesa, Chloe menyeka air mata dan hidungnya yang sudah memerah dari tadi.“Hello, sayang!” sapa Chloe berusaha untuk terdengar tetap riang.“Where are you?” tanya Mateo dengan nada cemas.Chloe memukul jidatnya. Saking sedihnya, dia sudah menghilang begitu saja tanpa memberitahu sang suami.“Aku masih di kamar mandi, honey. Tunggu sebentar ya.”“Apakah kamu baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja. Sebentar lagi aku akan menemui kalian berdua.”“Ok! Jangan lama-lama. Aku tidak kamu jauh-jauh dariku tanpa memberitahuku terlebih dahulu.”“Iya, darling. Maafkan aku.”Chloe ber
“Silakan duduk, big boy,” sapa dokter Andreas dengan senyumnya yang menyejukkan hati siapa saja yang melihatnya. Pekerjaannya sebagai seorang dokter, menuntutnya untuk selalu tersenyum dan kadang tegas dalam keadaan apa pun. “Thank you,” ucap Samuel malu-malu. Bocah tampan itu segera menduduki kursi di depannya. “How are you, Samuel?” tanya dokter Andreas dengan pelan. “Aku sedih karena mommy sakit.” “Ya, mommymu memang sedang sakit saat ini.” Samuel mengangguk pelan. “Iya, Dokter.” “Apakah kamu pernah melihat mommy mengeluh sakit akhir-akhir ini?” Samuel tertunduk. Dia mencoba untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu. Lalu tiba-tiba dia tersentak kaget. Selama ini dia sering melihat mommy-nya menekan perut seperti sedang menahan rasa sakit. Samuel mengingat saat mereka sedang bermain bersama, mommy sering meringis kesakitan dan saat Samuel bertanya, sang mommy selalu menjawab kalau itu hanya karena dia terlambat makan. Kadang mommy-nya
Jason segera mengganti pakaiannya khusus tahanan yang dikenakannya dengan pakaian kasual yang telah dibawa oleh sopirnya. Hari ini dia mendapat cuti lagi selama lima hari. Betapa bahagianya dia karena minggu ini karena akhirnya kembali mendapatkan cuti bersyarat selama beberapa hari. Dengan senyum angkuh, dia memasuki mobil mewah yang sudah menjemputnya sejak jam delapan pagi.“Antar aku ke alamat ini,” perintah Jason. Dia lalu membuka jendela mobilnya dan menikmati udara di luar jeruji besi. Walaupun udaranya terasa dingin menggigit, tapi Jason begitu menikmati kebebasan yang didapatnya. Dia sudah menyusun rencana apa saja selama dia berada di luar penjara.“Ini alamat yang waktu lalu, Tuan?” tanya sopir itu sambil melirik pada kaca spion di depannya.“Tidak perlu banyak tanya. Kamu tugasnya hanya mengantarkan aku ke mana pun aku mau.”Sang supir langsung membungkam mulutnya. Dia sangat mengenal temperamen tuannya itu.Setelah menyetir kurang lebih dua puluh menit, mereka pun tiba
Chloe melangkah mundur begitu melihat sosok pria dari balik lubang kecil yang terletak di tengah daun pintu. “Apakah itu uncle Mateo?” tanya Samuel penasaran. Namun, begitu melihat wajah Chloe, anak itu segera menyadari bahwa orang yang berdiri di balik pintu bukanlah Mateo.“Ssshhh,” bisik Chloe sambil menarik Samuel mendekat kepadanya.“What happened, Auntie?” bisik Samuel yang berusaha keras untuk tidak mengeluarkan bunyi atau suara yang keras.“Ada seseorang di balik pintu. Kita tidak boleh berisik.”Samuel mengangguk dengan cepat. Dipegangnya tanya Chloe dan mengajak Chloe untuk menjauh dari pintu.“Aku akan menjaga Auntie,” janji Samuel sungguh-sungguh dengan gaya yang menggemaskan.“Really?” tanya Chloe sambil tersenyum geli. Ingin rasanya dia menggelitik Samuel sampai puas.“Aku kan sudah besar, Auntie. Tugasku menjaga mommy dan Auntie.”Chloe hanya bisa tersenyum lebar sambil mengacak-acak rambut Samuel.Kraaak …, kraaak …, kraaak!Terdengar suara pegangan pintu yang hendak d
“Aku mau ke kamar mandi dulu. Bisakah kamu menemaniku, Chloe?” pinta Freya sambil berusaha melengkungkan sebuah senyuman di wajahnya.“Sure!” Dengan cekatan, Chloe membantu Freya.Begitu sampai di kamar mandi, Freya menutup pintu dengan rapat dan bersandar di pintu kamar mandi.“Aku tidak akan bertahan lama lagi, Chloe. Tolong jaga Samuel. Aku menitipkan Samuel padamu.”“M-maksud kamu apa? No! Kamu akan sembuh,” sentak Chloe dengan wajah pucat.Tangan Freya yang gemetar, terulur ke depan dan membelai wajah Chloe.“K-kamu tahu hal apa yang paling indah di hidupku?” bisik Freya dengan suara tersendat-sendat.Chloe menatap Freya. Air matanya mengalir begitu saja. Hatinya sakit. Andai saja dia bisa mengambil semua sakit Freya, dia rela.“Katakan padaku, Freya. Please…”“Kamu dan Samuel, adalah hal terindah yang pernah terjadi di hidupku selama ini.”Chloe harus menggigit punggung tangannya untuk menahan suara isakan yang keluar dari bibirnya. Dia tidak kuat lagi. Entah apa yang akan dia la
Setelah selesai membersihkan wajahnya yang sembab, Chloe pun segera keluar dari kamar mandi. Ternyata Samuel dan Mateo harus keluar karena Freya sedang diperiksa oleh dokter Andreas.Chloe berdiri di pojokan dan mengikuti semua proses pemeriksaan.“Nona Chloe!” panggil dokter Andreas. Dokter muda itu terlihat begitu bersih dalam balutan jubah putih. “Ada yang bisa aku bantu, Dokter?” “Freya akan mendapatkan treatment pertamanya dalam bentuk operasi. Kami ingin segera melakukan operasi ini untuk mengangkat sel-sel kanker dalam lambung.”“Kenapa tidak kemoterapi dulu, Dokter?”“Kemoterapi akan kami lakukan setelah operasi karena kanker lambung yang diderita Nona Freya sudah memasuki stadium tiga. Jadi, operasi adalah jalan terbaik yang bisa kami lakukan saat ini untuk mencegah penyebaran sel kanker ke berbagai tempat.”Chloe mengangguk dan menghampiri sahabatnya. Dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi. Sekarang dia harus kuat dan tegar demi Freya.“Kamu pasti bisa, babe. Kita aka
Detektif Rodriguez menyatukan potongan rekaman video yang sudah dia pisahkan sebelum. Kini kepingan puzzle yang hilang mulai bermunculan dan mengarahkannya kepada satu jawaban yang mereka cari selama ini.“Martin, tolong periksa histori panggilan terakhir yang dilakukan oleh Paul Stone, korban dari pembunuhan,” pinta Detektif Rodriguez sambil mencatat timeline dalam video sesuai dengan kesaksian para korban.“Baik, aku akan memeriksanya sekarang.”Martin mulai sibuk menghubungkan kartu sim korban yang bernama Paul dengan provider dan satelit terakhir yang digunakan pria itu.“Lihat!” teriaknya tanpa sadar. Di layar laptopnya terpampang dua nomor terakhir yang menghubungi pria itu.“Coba periksa siapa pemilik nomor tersebut,” ucap Magnus yang baru saja keluar dari kamar mandi.Dengan gesit, Martin mengetik nomor telepon tersebut dan mencari siapa pemilik nomor tersebut di beberapa situs website.“Audrey?” gumam Martin.“Siapa?” tanya Magnus yang langsung melompat dari kursi kerja yang