Home / Romansa / Terjebak Dua Hati / BAB 22 – Cemburu  

Share

BAB 22 – Cemburu  

Author: Irma Sofia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hari sudah cukup siang saat Braden membuka mata. Dia tidak turun untuk sarapan, karena ingin tidur lebih lama. Sinar matahari menerobos sela-sela tirai yang tidak tertutup rapat, membuatnya mengernyitkan dahi saat seberkas sinar jatuh ke matanya yang terpejam.

Braden selalu menghabiskan pagi akhir pekan dengan tidur, karena semalaman begadang atau pergi nongkrong bersama teman-temannya. Dia berguling miring dan mengerjapkan mata. Menggeliat untuk melemaskan otot lalu menguap.

Setelah mandi singkat baru dia turun ke bawah mencari sesuatu yang bisa dimakan. Di dalam lemari penyimpanan makanan Braden mengambil sepotong roti bakar yang kini sudah dingin.

Lalu sepotong ayam goreng yang dimakannya sambil berjalan ke arah kulkas untuk menuang segelas susu putih rendah kalori dari kotak karton. Braden mendapati rumah kosong dan sepi, tidak seperti biasanya.

Ke mana orang-orang?

Setelah menelan beberapa teguk susu dingin, Braden mulai mendapatkan kesadaran penuh. Dan samar-samar dia mendengar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terjebak Dua Hati   BAB 23 – Rahasia yang Terbongkar

    Braden mencium aroma harum saat memasuki rumah. Aroma itu bahkan samar-samar sudah tercium dari halaman depan saat dia baru datang. Dan di dapur Braden mendapati ibunya dan Alana sedang berkutat dengan adonan krim. Mereka berdua mengenakan celemek berenda bermotif bunga-bunga yang feminim.Di atas kabinet terdapat berbagai bahan dan cetakan kue, membuat dapur terlihat berantakan. Sudah sangat lama Braden tidak melihat ibunya memanggang kue. Ada seloyang brownis yang baru saja dikeluarkan dari cetakan dan masih menguarkan aroma wangi mentega.Mungkin itu salah satu alasan ibunya sangat mendambakan anak perempuan. Ada seseorang yang bisa diajaknya memanggang kue dan berbagi resep. Bukannya anak lelaki yang gemar berbuat onar dan hanya akan membuatnya sakit kepala.“Braden, kamu sudah pulang?” Sherly melirik sekilas putranya dan kembali meneruskan pekerjaannya.“Heemm ... “ gumam Braden sebagai jawaban.Braden bertemu pandang dengan Alana dan gadis itu memalingkan wajah, berpura-pura sib

  • Terjebak Dua Hati   BAB 24 – Teman-teman yang Menyebalkan

    “Jadi, itu alasanmu tidak memberi tahu kami selama ini? Kau tidak ingin semua orang tahu bahwa kau memiliki seorang saudara tiri?” tanya Jonathan.Braden menatap ketiga orang temannya yang berbaring telentang di tempat tidur seperti paus terdampar setelah makan seperti orang kesurupan.“Padahal kalau aku punya adik seperti Alana, aku akan memamerkannya pada semua orang. Aku akan membuat semua orang iri,” timpal Fero.“Kalau kau tidak mau, biar Alana jadi adikku saja. Aku sama sekali tidak keberatan memiliki adik seperti dia.” David menanggapi sambil menyalakan televisi.“Kalian tidak tahu saja. Dia itu menyebalkan. Dan dia juga manipulatif. Dia menggunakan wajah polos dan lugunya untuk memikat semua orang. Lihat saja diri kalian. Baru juga bertemu, kalian sudah menyukainya.” Ucap Braden uring-uringan.“Itu karena dia begitu manis dan menyenangkan. Ayolah, buka matamu kawan. Kau terlalu membenci ayah tirimu, sehingga kau juga membenci Alana.” Kata David sambil memindah-mindah saluran t

  • Terjebak Dua Hati   BAB 25 - Sisi Lain Braden

    Hari sudah hampir malam jadi Alana bergegas untuk pulang. Kuliahnya sudah selesai dari siang, tetapi ada tugas kelompok yang harus dia kerjakan bersama teman-temannya. Salah seorang teman menawarkan diri untuk mengantarnya pulang, namun dia menolak karena tidak ingin merepotkan.Dia juga menolak dijemput karena tidak ingin merepotkan orang rumah. Alana membalas pesan masuk dari Sherly dan Adrian yang khawatir karena dia belum pulang hingga hampir malam.Ada juga tiga panggilan tak terjawab dari papanya. Alana tersenyum mengingat kekhawatiran mereka yang sedikit berlebihan.Saat dia sedang berjalan tiba-tiba sebuah mobil tipe hatchback berwarna putih melintas dan berhenti tepat di sampingnya. Dia terus saja melangkah sampai perlahan kaca pintu mobil terbuka dan menampakkan wajah David dan Fero yang berada di bagian kemudi.“Lana ... “ sapa mereka.“Ayo, masuklah. Biar aku antar kau pulang.” Kata Fero.“Ah, tidak usah, Kak. Biar aku naik ojek saja.” Tolak Alana dengan melambaikan tangan

  • Terjebak Dua Hati   BAB 26 - Perseteruan

    Membuang sampah adalah tugas para lelaki di rumah itu. Semua sampah dari sepenjuru rumah dikumpulkan dalam sebuah bak sampah plastik besar beroda yang ditaruh di pekarangan sebelah dapur.Karena semua lelaki sedang tidak ada di rumah kecuali Braden, maka Mbok Ijah menyuruhnya untuk membuang sampah ke bak sampah di depan rumah karena kondisinya yang sudah penuh.Braden menarik kantung plastik besar berwarna hitam berisi sampah dan memindahkannya ke bak luar. Dia sedikit mengernyitkan hidung untuk menahan aroma tidak sedap yang menguar. Baru saja dia hendak berbalik saat sebuah mobil berwarna putih berhenti tidak jauh darinya.Dia mengenali mobil itu sebagai milik Fero, sahabatnya. Dia sampai harus melihat plat di bagian belakang mobil untuk memastikan hal itu. Tetapi Braden merasa heran karena mobil itu tidak langsung masuk ke halaman, seperti yang biasa teman-temannya lakukan saat berkunjung.Tidak lama kemudian dia melihat Alana keluar dari mobil tersebut. Dia terlihat was-was sepert

  • Terjebak Dua Hati   BAB 27 – Menangis Dalam Hati

    Alana mencoba merenungkan semuanya. Di malam Braden berbicara dengannya dia tidak bisa berhenti menangis sampai hampir pagi. Karena matanya yang bengkak dan merah dia berusaha menghindari semua orang di rumah.Dia tidak ingin mereka bertanya-tanya. Dia tidak sarapan, lagi pula dia memang sedang tidak berselera untuk makan. Dia juga tidak bertemu Braden, dan dia bersyukur untuk itu.Di kampus, sepanjang jalan semua orang memandanginya. Sangat kentara kalau dia baru menangis. Alana mengeluarkan kacamata baca dari dalam tas dan mengenakannya. Setidaknya benda itu akan menyamarkan bekas air mata, pikirnya.Karena jadwal kelas pertamanya masih satu jam lagi, Alana memutuskan untuk duduk di bangku taman kampus. Dia memilih area yang tersembunyi, sebuah bangku yang tertutup pohon besar serta tanaman tinggi. Matanya sakit, begitu juga kepalanya. Terlebih lagi hatinya. Dia sudah merasa cukup menangis, tetapi rasa sakit itu masih ada. Dia harus segera pergi dari rumah itu, tetapi dia bingung

  • Terjebak Dua Hati   BAB 28 – Apartemen

    Selama berhari-hari Alana menunggu jawaban dari papanya. Namun pria itu tidak kunjung memberikan jawaban. Hal itu membuat Alana makin gelisah, terutama saat dia bertemu dengan Braden.“Papa akan pertimbangkan dulu,” jawab pria itu mengelak, yang lalu akan diikuti dengan rengekan manja putrinya.Alana merasa aktingnya makin bagus. Dia belajar merengek seperti anak manja yang menginginkan mainan. Hal itu membuat papanya jengkel namun juga tidak berdaya.“Kalau kamu pergi, bagaimana dengan Tante?” Tanya Sherly yang mendatanginya sesaat setelah Alana berbicara dengan papanya untuk pertama kali.Mereka duduk di tempat tidur Alana dengan Sherly yang merangkul bahunya. Mata wanita itu terlihat berkaca-kaca. Melihat itu Alana jadi makin sedih.“Apa kamu tidak betah tinggal dengan Tante?” Sherly bertanya dengan suara yang makin serak menahan air mata.Dia ingin menjawab betapa dia ingin tetap tinggal di sana dan menjadi bagian dari keluarga itu, namun nyatanya dia tidak bisa. Alana merasakan s

  • Terjebak Dua Hati   BAB 29 – Tempat Tinggal Baru  

    Sejak pulang dari apartemen Alana langsung bersiap-siap. Dia mengemas baju-baju serta barang-barangnya yang tidak seberapa banyak. Ayahnya melarang Alana membawa banyak barang, untuk melihat sampai seberapa lama gadis itu akan bertahan tinggal sendirian.“Bawa barang seperlunya saja. Kita akan lihat sampai satu minggu ke depan. Kalau sekiranya kamu betah, kamu bisa ambil lebih banyak barang. Dan kalau kamu tidak betah, kamu bisa kembali ke rumah dengan barang-barangmu masih di sini.” Kata Steve yang menyangsikan putrinya.Yang dia tidak tahu, betah atau tidak betah, Alana akan tetap tinggal di sana. Alana bertekad tidak akan kembali tinggal di rumah papanya, apa pun yang terjadi.Jadi sejak pagi semua orang sibuk membantu Alana, kecuali Braden tentunya. Tidak seperti biasa pemuda itu ada di rumah pada hari minggu pagi. Dia bahkan bangun pagi seakan ingin memastikan Alana benar-benar pergi sesuai keinginannya.Sebuah mobil pick up berwarna silver dengan logo perusahaan keluarga mereka

  • Terjebak Dua Hati   BAB 30 – Rasa Hampa

    Braden memijat pelipisnya yang berdenyut. Tidurnya tidak nyenyak, semalaman dia hanya berguling-guling gelisah di tempat tidur. Dia tidak tahu mengapa. Dia merasa resah.Sehari sebelumnya dia merasa sangat senang karena Alana, saudara tirinya, sudah pergi. Dia menikmati kesendiriannya di rumah, karena semua orang pergi untuk membantu kepindahan gadis itu. Dia tidak keberatan mereka semua pergi.Dia mengabaikan rasa gelisah yang pada saat itu mulai muncul. Dia juga mengabaikan ajakan teman-temannya untuk nongkrong dan lebih memilih untuk tidur. Saat dia bangun menjelang sore, ada perasaan aneh menyelimuti hatinya.Rasa hampa yang dirasakannya makin kuat. Sore itu juga rumah terasa jauh lebih sepi daripada biasanya. Tidak terdengar suara aktivitas apa pun. Dia bangun dan menyadari semua orang belum pulang.Dia hanya mendapati dua asisten rumah tangga mereka di dapur yang sedang membersihkan sayuran dengan hening. Padahal biasanya mereka akan bekerja dengan mulut yang terus berbicara, me

Latest chapter

  • Terjebak Dua Hati   BAB 122 – Dusta dan Pengkhianatan

    Adrian hanya bisa terdiam, saat mendapati bukti-bukti perselingkuhan kekasihnya. Namun, meski semua bukti itu terpampang nyata, pemuda itu masih menolak untuk memercayainya. Dia harus memastikan hal itu secara langsung. Dia harus menemui Greta.Pemuda itu mencari Greta di tempat kerjanya, dan mendapati bahwa gadis itu sedang libur. Dari sini, perasaan Adrian sudah berubah tidak nyaman. Kemudian Adrian pergi menuju rumah gadis itu, berharap dia akan bertemu Greta di sana.Dan betapa hancur hati Adrian, saat mendapati kekasihnya tengah bersama seorang laki-laki yang dilihatnya dalam foto. “A-Adrian!” Greta terkejut dengan kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba.“Kau tidak bekerja?” tanya Adrian, masih mencoba untuk berpikir positif.“Aku baru saja pulang,” jawab gadis itu.“Benarkah? Aku baru saja dari tempat kerjamu. Dan mereka bilang hari ini kau sedang libur.”“Ah, i-itu..” Greta menjawab dengan gugup. “Aku—““Siapa kau? Ada perlu apa kau dengan kekasihku?” pria di samping Greta berta

  • Terjebak Dua Hati   121 – Menjadi Detektif

    Alana dan Braden mampir ke sebuah tempat yang menjadi pusat street food sebelum pulang. Meski Alana bilang sedang ingin diet, nyatanya mata gadis itu seketika melebar saat melihat aneka jajanan serta mengendus aroma makanan yang menguar di udara sekitar mereka.“Waah, semuanya terlihat enak.” Alana menatap sekelilingnya dengan mata berbinar.“Bukankah tadi kau bilang sedang ingin diet?” Sindir Braden.“Kita kan sudah terlanjur sampai di sini. Jadi, ayo kita keliling,” Alana berjalan di depan dengan diikuti Braden yang membawakan bonekanya.Alana bingung menentukan pilihan, karena semua makanan terlihat sama enaknya. Setelah berkeliling dan melihat sana-sini, akhirnya gadis itu menjatuhkan pilihan pada corndog isi sosis dan keju berukuran besar, souffle cake mini dengan aneka toping, dan segelas boba cokelat.Mereka berjalan sambil menyesap minuman dingin, sedang mencari tempat duduk untuk makan. “Sepertinya itu Kak Greta. Apa aku salah lihat?” Alana berhenti untuk memperhatikan seoran

  • Terjebak Dua Hati   BAB 120 – Musuh Bebuyutan

    “Alana―” Braden menyaksikan mata Alana berkilat saat gadis itu menatap Leona dengan tajam. Leona mendongak, menatap Alana tidak kalah sengit. Melihat itu Braden buru-buru berdiri dan menempatkan dirinya di antara kedua gadis itu. “Lana, ayo kita pergi saja. Aku baru ingat ada kedai es krim yang lebih enak.” Alana menepis tangan Braden yang tengah memegangi lengannya. “Kenapa kita harus pergi? Kita duluan yang menempati meja ini. Kalau ada yang harus pergi, itu adalah dia!” Alana menunjuk Leona. “Bagaimana kalau aku tidak mau pergi?” Leona menyialngkan kaki dan mengibaskan rambutnya yang kini pendek sebahu. “Ayo kita cari meja lain.” Braden membujuk. “TIDAK!” Kata Alana tegas, masih sambil menatap Leona tanpa berkedip. Will menyadari ketegangan yang mulai terbentuk. “Leona, ayo kita kembali ke meja kita.” “Meja kita sudah ditempati oleh orang lain. Lagi pula aku lebih suka duduk di sini.” Leona berbicara tanpa repot-repot menoleh pada Will. Alana tersenyum miring. “Baiklah kala

  • Terjebak Dua Hati   BAB 119 – Benar-benar Cemburu

    Braden sangat kesal ketika melihat Alana yang terus saja tersipu saat mereka makan bersama malam itu. Gadis itu mengaduk-aduk makanan di piringnya dengan pandangan mata menerawang, dengan senyum samar yang terus saja tersungging di wajahnya.“Lana, jangan mainkan makananmu.” Tegur Sherly, membuat Lana bergegas menghabiskan sisa makanannya.‘Apa yang sudah dilakukan bajingan tengik itu? Dia pasti sudah mencekoki Alana dengan omong kosongnya!’ Braden membatin dengan kesal.Saat akhirnya kembali ke kamarnya, Braden menjadi makin kesal. Senyum konyol Alana benar-benar mengganggunya. “Argh, sialan!” Braden mengacak rambutnya. Dia benar-benar ingin menghajar Eric.Dia keluar dan pergi ke kamar Alana. Dia masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu. Didapatinya gadis itu mendongak terkejut dengan kedatangannya. “Kenapa kau tidak mengetuk pintu? Benar-benar kebiasan!” Alana tengah duduk di meja belajarnya sambil memangku boneka beruang bertuksedo pemberian Eric.Braden melirik boneka itu dengan ke

  • Terjebak Dua Hati   BAB 118 – Tersipu Malu

    “Kenapa kau terus memandangiku?” tanya Alana, karena Eric berkali-kali mencuri pandang ke arahnya.Pemuda itu hanya tersenyum. “Aku hanya senang karena akhirnya bisa pergi denganmu.”Alana jadi salah tingkah. “Fokuslah mengemudi. Kau harus memperhatikan jalan dengan baik.”Akhirnya Eric menuruti apa kata Alana. Alana memperhatikan Eric yang sedikit tegang, berbeda dari biasanya. “Eric, apa kau baik-baik saja? Kau tampak tegang.”“Hahaha. Aku baik-baik saja.” Eric melirik Alana kembali. “Emm, Lana. Bisakah kau bukakan laci itu untukku?” Eric menunjuk laci dashboard yang berada tepat di depan Alana.“Yang ini?” Alana menunjuk.“Ya, benar. Yang itu. Bukalah.”Alana membukanya, dan menemukan sebatang cokelat dengan hiasan pita pink. Alana menatap Eric dengan pandangan bertanya. “Itu untukmu.” Ucap Eric, tanpa berani menatap Alana kali ini.Seketika Alana merasakan panas yang menjalar di leher dan wajahnya. Dia merasa kepanasan, padahal AC tengah menyala. ‘Astaga, ini cuma cokelat. Ada apa

  • Terjebak Dua Hati   BAB 117 – Cemburu

    Saat sampai di rumah, Alana menumpahkan kekesalannya pada boneka beruang pemberian Adrian. Alana memukul-mukul kepala beruang malang itu, kemudian menutupnya dengan kantong keresek agar mukanya yang imut itu tidak terlihat oleh pandangan matanya.“Kau memang menyebalkan! Mudah sekali kau meminta maaf. Kau pikir aku bisa melupakannya begitu saja?” Alana meninju beruang itu beberapa kali lagi hingga dia merasa puas. Sebenarnya dia merasa kasihan pada si beruang, tetapi benda itu selalu saja mengingatkannya pada Adrian.Seperti yang dijanjikan pemuda itu, keesokan harinya Greta benar-benar datang ke rumah dan meminta maaf pada Alana. “Maafkan aku, Lana. Aku menyesal, sungguh.” Permintaan maaf Greta tampak tulus, tetapi kini Alana tidak akan tertipu lagi.“Bisakah kita memulai semua kembali dari awal? Sebagai sahabat?” Greta tersenyum manis, seakan mereka berdua benar-benar bisa menjadi sahabat.‘Apa? Sahabat? Cuiih...’ Batin Alana. Dia menduga-duga, pasti Adrian harus menyuap Greta denga

  • Terjebak Dua Hati   BAB 116 – Permintaan Maaf

    “Tidak―” Braden menjatuhkan handphonenya, membuat Adrian makin panik.“Braden, Braden ada apa? Apa Alana baik-baik saja? Halo? Braden, jawab Aku!” Adrian terus berteriak menuntut jawaban, tetapi kini dia sudah diabaikan sepenuhnya oleh sang adik.Braden berlari menyeberangi ruangan, tempat Alana terbaring di lantai dengan muka pucat. Kini ketakutannya benar-benar menjadi nyata. Hal seperti inilah yang dia takutkan sejak awal.“Lana! Lana, bangun!” Braden mengguncang tubuh lemas Alana dengan putus asa dan air mata tertahan. “Kumohon, bangunlah! Lana!”Braden sudah menyelipkan sebelah lengan ke punggung gadis itu dan bersiap mengangkatnya saat Alana membuka mata dan melotot, membuat Braden terperanjat kaget. “Apa yang kau lakukan?” Alana duduk dan menggeliat, kemudian melepas headshet yang menempel di telinganya.“K-Kau tidak pingsan?”“Kau pikir aku pingan? Aku baik-baik saja.”“Astaga, kau membuatku khawatir! Kau tidak tahu betapa khawatirnya aku tadi. Jantungku hampir lepas saat meli

  • Terjebak Dua Hati   BAB 115 – Sakit Hati

    “Apa? Minta maaf?” Alana tertawa. “Dia yang salah kenapa aku yang harus meminta maaf?”“Berhentilah bersikap kekanak-kanakan!”“Kakak menyebutku kekanak-kanakan? Kekasih Kakak yang tidak tahu diri itulah yang bersikap kekanakan. Dia tidak bisa bersikap layaknya orang dewasa! Asal Kakak tahu saja, dia tidak sebaik yang Kakak kira. Kakak hanya sudah terperdaya oleh perangkap busuknya, sehingga tidak bisa melihat seperti apa dirinya yang sesungguhnya!”“Hentikan, Lana. Cukup! Aku tidak akan membiarkan siapa pun berbicara buruk mengenai Greta. Bahkan jika itu adalah kau!”Alana tersentak. Tidak pernah sekali pun Adrian membentaknya. Adrian yang begitu lembut dan baik hati, kini membentak Alana demi membela gadis seperti Greta.“Aku akan mengatakannya sekali lagi padamu. Kau harus meminta maaf pada Greta. Kau harus meminta maaf atas semua tuduhanmu dan karena kau sudah membuat dia menangis karena keisenganmu.”“Tidak!” kata Alana. “Aku tidak akan pernah meminta maaf padanya!”Adrian terlih

  • Terjebak Dua Hati   BAB 114 – Pembalasan

    Mereka pergi ke sebuah restoran seafood yang berada di tepi pantai. Mereka semua bergembira, menikmati makanan enak serta pemandangan laut yang indah. Bahkan untuk sekali ini Steve tidak mempedulikan tingginya kandungan kolestrol dalam makanannya.Semua orang senang kecuali Greta. Gadis itu makan dalam diam, tampak tidak antusias seperti yang lainnya. Dia juga sesekali melirik Alana dengan penuh kebencian, namun tidak mengatakan apa pun. Setelah makan, mereka mengunjungi dermaga kecil yang berada tidak jauh dari sana.Mengabadikan momen dengan berfoto dan menikmati semilir angin yang sejuk di hari yang cerah itu. “Sayang, bajumu kotor. Kau pasti bersandar entah di mana tadi.” Sherly berusaha menghilangkan noda di baju putih Greta yang bagian punggungnya kotor.“Ah, biar saja Tante. Mungkin karena aku baru saja bersandar di pagar.” Greta tersenyum pada Sherly, tetapi saat dia kembali sendirian, Greta kembali menunjukkan kekesalannya.Mereka kembali ke villa ketika hari sudah malam. Mer

DMCA.com Protection Status