โGood morning, sayang,โ bisik Zayden di telinga Aara. Saat ini posisi mereka masih sama seperti semalam, Aara yang tidur membelakangi Zayden dan Zayden yang tidur dengan terus memeluk Aara dari belakang.Deg!Aara terkejut karena mendengar suara yang dia kenal tapi mengatakan ucapan yang aneh yang tidak mungkin pemilik suara itu katakan. Aara pun membuka matanya, suara aneh yang dia dengar itu pasti hanyalah mimpi. Tidak mungkin kan Zayden masih berada di sini.โSudah bangun?โ bisik Zayden lagi yang kini benar-benar menyadarkan Aara bahwa dia memang masih ada di sana. Dan Aara juga baru menyadari sentuhan hangat di bagian perutnya, dia menyurukan kepalanya melihat pada perutnya itu. Dan benar saja, di sana ada tangan besar dan kekar tengah mengusap-usap perut buncitnya.Dengan sudah berdebar-debar, Aara mencoba menolehkan wajahnya ke arah belakangnya.Deg!Dia kembali terkejut, saat dia benar-benar melihat Zayden yang tidur di belakangnya. โApa itu artinya, semalam kita tidur be
Zion tampak berdiri di balkon mansionnya seorang diri, dia menatap ke arah depannya dengan tatapan seperti tengah memikirkan sesuatu yang begitu penting.Sesekali dia menghela nafasnya, kala hatinya bertanya-tanya perihal yang dia pikirkan saat ini.โAku tidak mungkin salah lihat, jelas-jelas itu Aland. Tapi, apa yang sedang dia lakukan di rumah sakit jiwa seperti itu. Aku sudah cukup lama menjadi pemasok dana di sana, dan aku tidak pernah mendengar jika Aland juga menjalin kerja sama dengan rumah sakit itu. Jadi, apakah ada seseorang yang dia temui di sana. Tapi siapa?โZion menggenggam pagar besi di depannya itu dengan cukup kuat karena rasa penasaran yang saat ini menggebu-gebu di dalam hatinya.โTidak mungkin dia sedang merencanakan sesuatu, bukan. Apa aku harus bertanya pada direktur rumah sakit, sepertinya aku memang harus menanyakan hal ini.โโMenanyakan apa?โDeg!Zion terkejut dengan suara yang tiba-tiba terdengar itu. Dia pun menoleh, dan mendapati Alya yang datang me
Sarapan sudah selesai, bahkan Sam pun sudah berada di sana bersiap untuk menjemput Zayden berangkat ke kantornya. Tampak Zayden yang baru saja meminum air putihnya dan mengelap mulutnya dengan serbet yang sudah disiapkan di sana.Zayden berdiri hendak keluar dari ruang makan, namun tanpa disangka Aara juga mengikutinya dari belakang. Dia terus mengikuti Zayden sampai Zayden berada di depan pintu utama. Awalnya Zayden menyangka bahwa Aara hanya akan mengantar keberangkatannya saja. Namun, saat di depan pintu. Dia menyempatkan untuk berbalik sebentar dan melihat Aara. โAku berangkat ya,โ pamitnya. Zayden tersenyum, dia pun kembali berbalik dan hendak melanjutkan langkahnya. Namun tiba-tiba langkahnya itu terhenti, saat dia merasakan ada seseorang yang menarik jas bagian belakangnya. Dia pun kembali menoleh dan mendapati Aara yang ternyata tengah menarik jasnya.Zayden mengernyit, merasa bingung dengan sikap Aara saat ini. โAda apa? Apa ada hal yang ingin kau sampaikan?โ tanyanya.A
Zayden yang tengah sibuk di ruang kerjanya itu tampak mengambil ponselnya yang berbunyi.Dia lalu melihat pesan yang dikirimkan oleh Lucas padanya. Keningnya mengernyit, kala membaca pesan itu.[Tuan, nyonya bilang beliau ingin jalan-jalan di luar. Apa Anda mengizinkan?]โJalan-jalan? Dia mau kemana?โ gumamnya. Yang kemudian menghubungi Lucas.โTuan,โ jalan Lucas dari seberang telepon.โKau bilang Aara ingin jalan-jalan?โโBenar Tuan.โโKemana?โโNyonya bilang ingin ke supermarket. Katanya beliau ingin belanja.โโBelanja?โโBenar Tuan, apakah Anda ingin mengizinkan?โZayden terdiam, dia sebenarnya khawatir jika Aara akan melarikan diri lagi seperti dulu. Tapi, sekarang dia tidak bisa pulang dan menemaninya. Karena sebentar lagi ada pertemuan penting lainnya yang harus dia datangi.โKalau begitu kau yang akan mengawalnya Lucas,โ ucapnya kemudian.โSesuai perintah Anda Tuan.โSetelah itu sambungan pun terputus, setidaknya Lucas bisa dia percayai. Karena jika dia mengirimka
Zayden lalu menyendoki makanan yang sudah dia siapkan untuk Aara dan menyuapkannya padanya. โEnak?โ tanyanya. Aara terdiam, mencoba mengunyah makanan itu. Satu kunyah, dua kunyah. Wajahnya sudah memucat setelah melakukan dua kali kunyahan pada makanan itu. Dan tanpa bisa dia tahan lagi, Aara pun menyemburkan makanannya. Bbbrrrrrhh! Dia mengeluarkan semua makanan yang tadi berada di mulutnya, dia lalu mengelap mulutnya dan melihat kembali kepada Zayden. Namun ... โHah!โ Aara terkejut, dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya saat matanya itu melihat hal yang seharusnya tidak terjadi. Ya, makanan yang dia semburkan tadi, mengenai wajah Zayden yang memang berada di depannya. Aara terkejut bukan main, dia melihat Zayden yang menutup matanya karena semburan makanannya. โMa-maafkan aku, aku ... aku tidak sengaja. Aku akan bersihkan.โ Aara mengambil tisu yang ada di sampingnya dan membersihkan wajah Zayden dengan sebersih mungkin. Namun, tangannya yang tengah membersihkan wajah Zayden
Aara menatap jauh pada bola mata cokelat milik Zayden, mencari alasan yang tepat kenapa dia bisa sampai seperti ini bahkan sampai mengeluarkan air matanya.โJawab Aara! Setakut itukah kau padaku, dan sebenci itukah kau padaku. Aku benar kan, tidak ada niat sama sekali dalam dirimu untuk mempertemukanku dengan anakku?!โโKau bertanya kenapa aku ada di sana, dan kau pikir aku sedang mengantarkan wanita lain memeriksa kandungan! Aku hanya bisa memberikanmu satu jawaban, aku tidak pernah mengantarkan siapa pun. Tidak pernah!โ tegasnya.Zayden berbalik, kenapa hatinya terasa sakit. Dia tahu Aara seperti itu karena sikapnya dulu yang sekejam iblis, dia bahkan telah menghabisi ayahnya dan secara tidak langsung membuat ibunya juga meninggal. Dia juga sudah menghancurkan hidupnya. Sikap bencinya ini, memang pantas dia dapatkan. โTapi, kenapa hatiku sesakit ini,โ batinnya.Zayden menyeka air matanya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Aara yang masih diam mematung di tempatnya.Clakkk!
Saat masuk ke dalam rumah sakit, Aara mengedarkan pandangannya. โIni bukan rumah sakit yang waktu itu. Ini rumah sakit milik dokter David, tapi ....โ Aara menoleh ke arah Zayden yang berjalan di sampingnya, dia memperhatikan tangannya yang digenggam erat oleh Zayden, juga ekspresi Zayden yang begitu tenang, seakan tidak terjadi apa pun. Padahal, baru saja dia mengeluarkan air mata di hadapannya dan seperti melampiaskan semua isi hatinya.'Kenapa waktu itu dia datang ke rumah sakit City? Kenapa dia berada di depan ruang pemeriksaan kandungan dan berdampingan dengan Serira, dan waktu itu bukankah dia berbicara dengan dokter, aku memang tidak tahu apakah yang berbicara dengannya waktu dokter kandungan atau bukan. Tapi melihatnya berbicara di depan ruang pemeriksaan kandungan, bukankah seharusnya dokter itu adalah seorang dokter kandungan? Tapi, kenapa dia bilang dia tidak pernah mengantarkan Serira memeriksakan kandungan, apa maksudnya itu. Aku sungguh tidak mengerti,' batinnya.โAku s
Glek!Aara menelan salivanya berkali-kali, dia juga terus menatap Zayden yang saat ini tengah menyetir mobil. Aara masih memikirkan ucapan Zayden pada dokter tadi. Dia masih tidak mengerti, kenapa Zayden menanyakan hal itu, apa sungguh karena dia ingin meminta jatah padanya. Apa dia akan memaksanya lagi seperti dulu? Pikirnya.Kedua tangan Aara sudah terpaut satu sama lain saat ini, terlihat juga remasan-remasan pada kedua tangannya itu. 'Aku harus bagaimana, jika dia nanti meminta haknya? Dan juga, bagaimana jika dia memaksaku untuk tetap melakukan hal itu. Tapi, dia tidak akan memaksa dan bertindak kasar, kan. Karena saat ini aku sedang mengandung calon anaknya, bukankah ucapan dokter tadi juga sudah jelas. Bahwa hal itu tidak boleh dilakukan dengan berlebihan atau bahkan terlalu kuat. Karena ini semua demi keselamatan bayi di dalam kandunganku,โ batinnya.Zayden yang mengetahui bahwa Aara dari tadi terus menatap padanya pun, hanya tersenyum diam-diam. Dia juga tahu bahwa sebenar
Aara sudah berada di ruang perawatan VVIP sekarang. Di sana juga sudah ada Zayden, Alya dan Zion yang menemaninya. Setelah 3 jam tertidur, akhirnya Aara membuka matanya. Dan sekarang dia tengah memakan makanan yang disiapkan rumah sakit untuknya.Tampak Zayden dengan telatennya menyuapi makanan itu pada Aara. Walaupun Aara terus menolaknya, namun Zayden tetap memaksanya untuk memakan makanan itu.Aara terus menolak karena makanan rumah sakit itu tidak enak menurutnya. Rasanya hambar dan membuatnya mual.โSayang sudah cukup, aku tidak mau makan lagi,โ ucap Aara.โSedikit lagi, lihat. Sebentar lagi makanannya habis. Ayo paksakan sedikit lagi ya,โ jawab Zayden.Dengan bibir cemberutnya, Aara pun membuka mulutnya dan memakan yang terus Zayden sodorkan ke bibirnya itu.โKamu memang anak yang baik,โ puji Zayden.โBesok kita sudah bisa pulang, kan?โ tanya Aara.โIya sayang, sekarang kau perlu dirawat dulu karena kelelahan.โโApa putra dan putri kita baik-baik saja? Aku belum melihat
Ketika sampai di rumah sakit, Zayden langsung bergegas keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah sakit. Dia berlari dengan tergesa-gesa menuju ruang persalinan. Hingga sampai di ruang persalinan itu, mereka melihat Alya dan juga Zion yang sudah berada di sana dengan raut gelisah yang terlihat jelas di wajah mereka. โMama, Papa,โ panggilnya.Sontak, Alya dan juga Zion langsung melihat ke asal suara. โZay,โ jawab Alya.Tampak Zayden terus berlari menghampiri Alya dengan keringat yang sudah bercucuran di keningnya. โBagaimana hah hah keadaannya, Ma? Apa hah bayinya sudah lahir?โ tanyanya dengan nafasnya yang terengah-engah.โBelum sayang, dari tadi Aara terus memanggil-manggil kamu. Tapi kamu masih belum datang. Masuklah, dia membutuhkanmu,โ ujar Alya.Zayden pun mengangguk, dia berjalan ke arah pintu ruang persalinan. Glek! Zayden menelan salivanya, tidak bisa dia ungkiri saat ini dia merasa gugup dan juga takut. Menemani istrinya melahirkan adalah suatu impiannya. Tapi, saat hari
Sejak Aara memaafkan Zayden dan melupakan semua perbuatan yang telah Zayden lakukan padanya, kehidupan mereka berubah. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi perasaan tertekan. Mereka seperti mendapatkan kehidupan baru dan memulai semuanya dari awal.Zayden semakin memperhatikan Aara, begitu pun dengan Alya dan Zion. Mereka juga sangat menyayangi Aara layaknya putri mereka sendiri, saat ini mereka semua sangat menantikan lahirnya penerus keluarga Tan yang tak lain adalah Zevan Rionard Tan dan Zayna Audrey Tan, yang tak lama lagi akan segera hadir ke dunia ini.Waktu terus berjalan, kebahagiaan demi kebahagiaan terus Aara dan keluarga Tan rasakan. Seperti semuanya berjalan dengan lancarnya tanpa hambatan apa pun. Sepertinya saat ini Tuhan sedang berbaik hati kepada mereka, setelah banyak cobaan dan ujian yang diberikannya, akhirnya semua itu bisa mereka lewati dan mereka bisa menikmati yang namanya kebahagiaan. Hingga 1 bulan pun berlalu, kandungan Aara sudah menginjak 9 bulan se
Zayden saat ini telah dipindahkan ke atas ranjangnya, tampak di sana sudah ada Alya, Zion, Aara dan juga dokter David.Ekspresi wajah Alya dan Zion tampak begitu tegang, karena sudah 2 jam berlalu tapi Zayden tak kunjung sadar.โDavid sebenarnya apa yang terjadi, kenapa Zayden bisa tiba-tiba pingsan seperti ini. Katamu kondisinya sudah semakin membaik, tapi apa ini?โ tanya Zion.โSepertinya ini memang disebabkan oleh luka di kepalanya, mungkin ada sesuatu yang membuat luka itu kembali terasa sakit,โ jawabnya.โApa itu berbahaya, apa Zayden akan baik-baik saja?โ kali ini giliran Alya yang bertanya. Suaranya begitu bergetar, karena rasa kekhawatiran yang begitu besar pada putranya itu.โSaya rasa ini tidak akan berdampak buruk, wajar bagi pasien yang memiliki luka cukup parah di kepala untuk sesekali merasakan sakit kepala. Tapi, jika hal ini terus berlanjut di kemudian hari. Tentu saja harus ada penanganan,โ jawab David.Mendengar semua penjelasan David, Aara semakin merasa bersa
Zayden kembali melepaskan paksa pelukan yang Naura lakukan padanya. Dia lalu memegang kedua bahu Naura, dan menatapnya dengan begitu dingin.โTidak ada, aku tidak merasakan apa pun lagi. Karena seperti yang kubilang, itu hanyalah masa lalu. Jadi tolong pergilah!โAir mata Naura turun semakin deras, dia sungguh tidak menyangka jika Zayden akan melupakan seperti ini.Dia menunduk. โBaiklah, maafkan aku Zay. Karena aku telah menggangguku, dan membuatmu tidak nyaman. Tapi, aku merasa senang karena kita bisa bertemu lagi. Karena dengan begitu, aku bisa meminta maaf padamu.โ Naura tersenyum, dan senyum itu tampak tulus.โAku akan pergi, semoga kau selalu bahagia,โ lanjutnya. Seraya menyeka air matanya, Naura pun melangkah keluar.Tampak Zayden yang langsung menarik nafasnya, dia lalu memegangi keningnya. Tapi syukurlah, masalah ini sudah selesai. Dan Naura tidak akan menemuinya lagi.Ya, ini semua sudah selesai. โSekarang fokusku hanya kepada Aara dan calon anak kami. Aku akan berusah
โZay,โ ucap Naura yang baru saja dipersilakan masuk ke ruangan Zayden setelah mendapat izin darinya.Zayden pun mengangkat wajahnya, dia melihat Naura yang berdiri di depan pintu ruangannya.Entah kenapa, penampilan Naura saat ini mengingatkannya pada 10 tahun lalu. Dia tidak menyangka setelah selama itu, mereka akan bertemu lagi.Zayden lalu berdiri, keluar dari meja kerjanya menuju sofa. โMasuk dan duduklah,โ ucapnya.โSilakan Nona,โ ucap Sam yang kemudian memandu Naura untuk masuk dan duduk di sana.Sam kemudian membungkuk, dia keluar dari sana, memberi ruang untuk tuannya berbicara dengan tamunya ini.Tampak Zayden kemudian duduk, dia menatap Naura sebentar sebelum akhirnya dia pun membuka mulutnya.โApa yang ingin kau sampaikan?โ tanyanya.Naura yang tadi hanya menunduk, akhirnya mengangkat wajahnya itu. Kedua tangannya tampak saling meremas satu sama lain. Dia menelan salivanya, dengan air matanya yang tampak menetes.โAku ingin meminta maaf atas kejadian kemarin, tidak
Zayden baru saja keluar dari dalam kamar mandi. Tampak dia yang hanya memakai jubah mandinya, dengan handuk kecil yang dia gunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.Zayden melirik Aara yang saat ini kembali duduk di sofa, dia menatapnya kesal. Karena merasa jika Aara sama sekali tidak peduli padanya.Hal itu semakin membuatnya ragu, jika mereka memang benar-benar suami istri.โAku tahu hubungan kami mungkin buruk, tapi sebagai suami istri. Harusnya dia kan punya rasa penasaran. Tapi, dia justru hanya diam saja seakan tidak peduli. Apa dia benar-benar tidak marah?โ batinnya.โHei!โ panggilnya yang sontak membuat Aara menoleh.โI-iya Tuan?โ jawab Aara.Zayden lalu melempar handuk kecil itu pada Aara, sedangkan dia duduk di samping Aara.โKeringkan rambutku!โ serunya.Aara yang memang sudah mengerti pun lantas berdiri dan berjalan ke belakang Zayden.Dengan telatennya, dia lalu mengeringkan rambut basah Zayden. Dia melakukannya selembut mungkin, agar Zayden merasa nyaman.
Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 19.15. malam. Zayden yang awalnya hendak pulang itu akhirnya ter-urung kala dia melihat papanya yang datang ke ruangannya.โZay,โ ucapnya.Zayden pun keluar dari meja kerjanya dan berjalan ke arah sofa. โDuduklah Pa,โ ujarnya.Dengan senang hati, Zion pun menghampiri dan duduk di sana. Begitu pun dengan Zayden, kini posisi mereka saling berhadapan satu sama lain dan hanya terhalang oleh meja yang ada di depan mereka.โApa yang mau Papa bicarakan?โ tanyanya to the point.โKau ingat, Aland yang sudah menyerangmu saat di rumah sakit?โ tanya balik Zion.Mendengar itu, Zayden pun mengangguk. โKenapa? Bukankah sekarang dia sudah di penjara?โKali ini, giliran Zion yang mengangguk. Namun, ekspresi wajahnya itu masih terlihat janggal. Tampak jelas, sesuatu yang saat ini sangat ingin dia katakan.โBenar, Aland sudah mendapatkan hukumannya sekarang. Tapi meskipun begitu, perasaan papa masih tetap tidak merasa tenang.โAlis Zayden mengerut, dia mas
Zayden yang awalnya marah pun ikut terdiam saat melihat siapa pelayan itu.โKau ....โ pekiknya.Dia seketika berdiri, lalu menatap lekat pelayan wanita di depannya itu yang kini juga terus menatapnya.Di sana, Aara yang sebenarnya juga terkejut juga ikut berdiri. Dia memandang dengan bingung Zayden juga pelayan itu yang saling menatap satu sama lain.Seketika, Aara pun terdiam. Kini, tatapannya itu hanya fokus pada Zayden. Ekspresi wajahnya berubah, dan kenapa tiba-tiba bertanya ini memanas.Kenapa hatinya berdebar keras, hingga terasa begitu sakit. Perasaan khawatir apa ini.โNaura,โ ujar Zayden.โTernyata benar, itu kau Zay.โ Bruk! Tiba-tiba Naura memeluk Zayden, dan berhasil membuat Aara terkejut begitu pun dengan Zayden.Dia mematung, tanpa membalas pelukan Naura padanya.โHiks, aku tidak menyangka jika kita akan bertemu lagi.โ Naura semakin mengeratkan pelukannya, dia bahkan seperti tidak peduli bahwa ada banyak orang yang saat ini melihatnya.Clakkk! Di sisi lain, air