Tiga hari berlalu dalam sekejap mata. Starla mulai merasa sedikit kesepian ketika malam tiba. Dia mengalami mimpi buruk berkali-kali dan membuatnya kurang tidur.Pada jam lima sore, Starla kembali ke kediaman Sylvester. Wanita itu mengistirahatkan tubuhnya sejenak sampai akhirnya dia mendekat ke jendela saat rintik hujan mulai turun.“Hujan.” Dia mengangkat tangannya, merasakan rintik hujan melaluli telapak tangannya.Starla selalu menyukai hujan. Di mana pun dia berada, jika dia bisa keluar untuk menikmati hujan maka dia pasti akan berlarian dan membiarkan tetesan hujan membasahi tubuhnya.Tanpa memikirkan apapun, Starla berlarian keluar dari kamar. Wanita itu tampak seperti anak kecil sekarang. Dia pergi ke taman belakang, menerobos hujan.Starla mengangkat wajahnya, ia menutup matanya dengan bibir yang membentuk senyuman. Hujan selalu memberikan Starla perasaan yang lebih baik.Aroma hujan menyegarkan Starla. Dia benar-benar betah berlama-lama di bawah hujan.Tidak ada alasan khusu
Kening Starla berkerut saat dia melihat nomor tidak dikenal di layar ponselnya. Wanita itu dengan malas menjawab panggilan yang entah dari siapa itu.Dia biasanya tidak memberikan nomor ponselnya pada orang asing. Selain itu orang-orang yang memiliki nomor ponselnya hanya bisa dihitung dengan jari, dan mereka tidak akan memberikan nomornya tanpa izin darinya.Jadi, mungkin saja orang yang menghubunginya merupakan orang yang ia kenal.“Halo.” Starla bersuara pelan. Dia masih demam dan tidak memiliki cukup tenaga untuk bicara seperti biasanya.“Ini aku.”Starla tentu mengenal suara pria yang menelponnya. Suara itu sudah melekat di pendengaran dan hatinya. “Sylvester?”“Ya.”Starla tersenyum kecil. “Ada apa menelponku?” Wanita itu menjadi sedikit lebih bertenaga. Dia yang tadinya berbaring di ranjang kini mengubah posisinya menjadi duduk.“Apakah kau sudah meminum obatmu?”“Belum.” Starla tahu sudah waktunya minum obat, tapi dia berniat untuk melewatkan obatnya. Dia benar-benar benci oba
Kondisi Starla sudah jauh lebih baik setelah ia beristirahat penuh selama dua hari. Wanita itu bisa kembali keluar dari kediaman Sylvester dan melakukan kegiatannya seperti biasa.Starla pergi ke toko bunga ibunya yang saat ini sudah kembali seperti semula.“Putriku.” Fleur segera mendekati Starla. “Apakah pekerjaanmu sudah selesai?”“Sudah, Bu.” Starla berbohong. Dia tidak ingin membuat ibunya cemas dengan mengatakan bahwa dia demam, jadi dia berbohong dan mengatakan dia memiliki pekerjaan selama dua hari dan tidak bisa datang ke toko bunga ibunya.“Kenapa tidak beristirahat saja? Kau pasti lelah.” Fleur menyentuh lembut pipi putrinya.“Aku sudah memiliki istirahat yang cukup, Bu.” Starla tersenyum ringan. Keduanya melangkah menuju ke meja kerja sang ibu. “Apakah toko kita masih sepi?”Sejak penyerangan oleh orang-orang Marcus, toko bunga ibu Starla menjadi sepi pengunjung. Starla tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia pikir pasti ada hubungannya dengan Marcus.Dengan latar
Seorang pria muda berusia lebih dari seperempat abad saat ini baru saja tiba di toko bunga ibu Starla. Pria dengan penampilan baik dan wajah yang sangat tampan itu mulai melangkah masuk ke dalam toko bunga. Dia adalah pengunjung pertama toko itu pagi ini. Fleur segera menyapa pria itu. “Selamat pagi, Tuan. Jenis bunga apa yang Anda cari?” tanya Fleur dengan sopan. “Bibi Fleur?” Pria itu menatap wanita paruh baya di depannya dengan lembut. Fleur mengerutkan keningnya. Dia tidak mengenali pemuda di depannya. “Apakah Tuan muda mengenal saya?” “Bibi, ini aku Christopher Holland.” Pria itu memperkenalkan dirinya agar wanita di depannya mengingat dirinya. Fleur diam beberapa saat sampai akhirnya wanita itu bereaksi. “Apakah kau putra Jimmy dan Asley?” “Benar, Bibi.” “Astaga, kau sudah sangat dewasa. Bibi benar-benar tidak mengenalimu.” Fleur mulai bicara dengan santai. Pria muda di depannya adalah anak laki-laki yang
“Christopher, keluarga Starla sudah bangkrut. Jangan mencarinya lagi.” Asley, ibu Christopher memberitahu Christopher sedikit tegas. Ia tidak suka putranya menemui Starla.“Bu, aku tidak peduli tentang hal itu. Sekarang kita sudah kembali ke sini, pertunangan antara aku dan Starla yang sudah direncanakan oleh kakekku dengan kakek Starla ketika kami masih kecil bisa dilaksanakan.” Christopher berkata keras kepala. Dia tidak ingin kehilangan Starla, jadi dia tidak akan menyerah terhadap satu-satunya cinta yang ia miliki.“Putraku, kau sudah mencapai posisi ini dengan kerja kerasmu, tapi sekarang kau ingin menghancurkannya hanya karena seorang wanita. Dengar, Christopher, sepupumu saat ini akan bertunangan dengan keluarga Meier untuk memperkuat kekuasaannya, dan itu akan membahayakan posisimu jika kau tidak menikah dengan wanita yang berasal dari keluarga kaya untuk memperkuat posisimu saat ini.”“Aku bisa mempertahankan po
“Pertunangan Starla dan Christopher tidak bisa dilanjutkan, Fleur. Situasi saat ini sudah berbeda.” Asley bicara dengan tenang, dia tidak ingin menyinggung Fleur, karena bagaimana pun dahulu dia dan Fleur berhubungan dekat sebelum pindah ke luar negeri.Fleur tidak menyangka jika Asley akan membicarakan tentang hal ini. Sejujurnya dia bahkan sudah lupa bahwa kakek Starla dan kakek Christopher memiliki janji untuk menjodohkan mereka.Dia beranggapan bahwa kata-kata dua tetua yang sudah tiada itu hanya perjanjian ketika Starla dan Christopher masih kecil dan tidak menganggapnya serius.“Aku tidak bermaksud untuk menghinamu ataupun Starla, tapi kami akan memberikan kompensasi yang cukup sebagai ganti pembatalan pertunangan yang dijanjikan dahulu.” Asley menambahkan.Fleur menatap Asley dengan cara berbeda saat ini. Apakah orang-orang berubah ketika sudah tidak bertemu untuk waktu yang lama. Apakah Asley berpikir bahwa ia dan putrinya menginginkan uang mereka?“Asley, aku dan putriku tida
“Wanita mana yang kau pelihara di kediamanmu?” Vendros Axelton, ayah Sylvester menatap putranya dengan tegas seperti biasanya.Pria berusia lima puluhan tahun itu sengaja mengunjungi kantor putranya untuk membahas mengenai apa yang ia dengar dari kepala pelayan di kediaman Sylvester.“Ayah tidak perlu mencampuri kehidupan pribadiku.” Sylvester berkata dengan acuh tak acuh. Pria ini selalu menghormati ayahnya, tapi cara bicaranya pada orangtuanya hampir sama dengan cara bicaranya terhadap orang lain.Sylvester tahu bahwa sebelum ayahnya datang untuk bertemu dengannya, pria itu pasti sudah lebih dahulu menyelidiki tentang Starla, jadi dia tidak perlu menjelaskan lebih banyak karena dia yakin seratus persen bahwa tidak ada satu informasi pun yang tidak ditemukan ayahnya tentang Starla.“Aku tidak memiliki keinginan untuk ikut campur dalam kehidupan pribadimu, Sylvester. Hanya saja aku ingin mengingatkanmu bahwa wanita vulgar seperti itu tidak akan pernah bisa menjadi menantu di keluarga
“Terima kasih telah membantuku.” Starla mengucapkannya dengan tulus pada Lucian.“Itu bukan apa-apa. Segeralah pulang dan obati luka-lukamu.” Lucian melihat ke sudut bibir Starla yang berdarah. Ia tahu bahwa wanita itu juga mendapatkan pukulan di bagian tubuhnya yang lain.“Kalau begitu aku akan segera pergi.”“Ya, hati-hati di jalan, Starla.” Lucian tersenyum ringan. Tatapannya kemudian beralih pada Reverie yang berada di sebelah Starla.Setelah melihat mobil Starla meninggalkan parkiran, Lucian mendengkus. Dunia benar-benar sempit, siapa yang mengira bahwa wanita Sylvester merupakan teman dari mantan kekasihnya, Reverie.Lucian sebenarnya sudah melihat keberadaan Reverie di klub malam, tapi pria itu hanya memperhatikan dengan dingin. Sejujurnya jika Starla tidak datang, Lucian yang akan mengantarkan Reverie kembali ke kediamannya.Reverie, Lucian pikir dia sudah melupakan wanita y