“Apakah kau Starla?” Kimmy, ibu Marcus mendatangi toko bunga ibu Starla.Starla menatap wanita yang tampak seumuran dengan ibunya. Dia tidak mengenal wanita ini sama sekali. “Ya, benar. Siapa Anda?”“Aku adalah ibu Marcus.” Kimmy membalas dengan arogan. Wanita itu menatap Starla mencela. Ia sedang menahan keinginannya untuk merobek wajah Starla karena ingin memenjarakan putranya.Starla mendengkus, jadi rupanya wanita di depannya adalah ibu bajingan itu. Tidak heran jika Marcus tumbuh menjadi pria menjijikan, lihat saja bagaimana cara ibunya memandang orang lain.“Saya tidak memiliki waktu bicara dengan Anda. Segera tinggalkan tempat ini!” Starla membalas dingin. Untuk apa ibu Marcus datang, apakah wanita itu ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi toko bunga ibunya saat ini.“Ckck! Pelacur sepertimu berani bertingkah di depanku.” Kimmy menghina Starla. “Siapa yang memberimu hak untuk menyakiti putraku!”“Nyonya, saya pikir ada yang salah dengan kepala Anda. Apak
“Terima kasih.” Starla mengatakannya dengan tulus. Sylvester telah membantunya tanpa ia minta terlebih dahulu.“Daripada mengucapkan dengan kata-kata, aku lebih menghargai perbuatan.” Sylvester menggigit cuping telinga Starla. Matanya penuh gairah dan keinginan.Starla sudah kehabisan tenaga dan dia baru saja merasa sedikit lebih baik. Wanita itu memiringkan wajahnya dan menatap Sylvester. “Bagaimana dengan besok?”“Bisa, tapi berbunga.” Sylvester membelai rambut Starla lembut.Starla bergidik mendengar kata-kata Sylvester, tapi pada akhirnya dia menganggukan kepalanya. Dia benar-benar tidak bisa melanjutkan lagi, jika diteruskan mungkin dia tidak akan bisa berjalan besok.Sylvester membungkus tubuh Starla dengan handuk, lalu kemudian membawa wanita itu keluar dari kamar mandi. Dari bawah Starla bisa melihat bentuk wajah Sylvester yang sempurna. Pria itu benar-benar memikat.“Mengagumi ketampananku, Starla?” Sylvester mengalihkan pandangannya ke bawah, iris birunya bertemu dengan mani
Keberadaan Nick membuat Fleur bingung, dia segera menarik putrinya dan menanyakan tentang siapa pria yang datang bersama putrinya. Dia pikir mungkin saja itu kekasih putrinya.Melihat dari penampilan Nick yang baik, Fleur menyukai pria muda itu. Namun, jawaban Starla membuat kesenangan Fleur lenyap.Pria bernama Nick itu bukan kekasih putrinya, tapi pengawal putrinya. Namun, dia tidak sepenuhnya kecewa. Ia pernah meminta putrinya untuk memiliki pengawal, putrinya seorang wanita yang bekerja di dunia malam dengan banyak pria nakal mengelilinginya. Itu bukan sesuatu yang aman untuk Starla. Dan syukurlah sekarang Starla akhirnya memiliki pengawal, itu akan membuatnya lebih tenang.Starla dan Fleur keluar dari ruang kerja Fleur. Starla membawa ibunya ke Nick dan memperkenalkan mereka berdua.“Nick, ini adalah ibuku,” seru Starla.“Selamat pagi, Nyonya. Saya Nick, pengawal Nona Starla.” Nick berkata dengan sopan.“Selamat pagi, Nick. Tolong jaga putriku dengan baik.” Fleur kembali menyayan
Percakapan Starla dan Reverie terhenti saat Emma dan Megan mendatangi mereka. Kedua mantan teman sekelas Starla dan Reverie itu memasang wajah sinis.“Starla, kau benar-benar wanita jalang!” Emma langsung mengatakan kata-kata makian.“Emma, perhatikan kata-katamu!” Reverie menatap Emma tajam.“Kau diam saja, Reverie! Aku tidak ada urusan denganmu! Daripada kau menikmati makan siangmu di sini, lebih baik kau memikirkan bagaimana nasib perusahaan keluargamu yang mungkin akan segera menyatakan kebangkrutan.” Emma membalas kata-kata Reverie disertai dengan ejekan.Reverie ingin membalas kata-kata Emma lagi, tapi Starla memberi isyarat agar Reverie tetap tenang.“Apa urusan yang kau miliki denganku, Emma? Seingatku kita tidak memiliki urusan apapun.” Starla bertanya dengan tenang.“Aku di sini untuk mewakili Celine dan Marcus yang sudah kau aniaya,” balas Emma. “Kau benar-benar tidak tahu malu, kau gagal merayu Marcus dan kau memukul kepalanya! Setelah itu kau masih tidak cukup dan membuat
Tiga hari berlalu dalam sekejap mata. Starla mulai merasa sedikit kesepian ketika malam tiba. Dia mengalami mimpi buruk berkali-kali dan membuatnya kurang tidur.Pada jam lima sore, Starla kembali ke kediaman Sylvester. Wanita itu mengistirahatkan tubuhnya sejenak sampai akhirnya dia mendekat ke jendela saat rintik hujan mulai turun.“Hujan.” Dia mengangkat tangannya, merasakan rintik hujan melaluli telapak tangannya.Starla selalu menyukai hujan. Di mana pun dia berada, jika dia bisa keluar untuk menikmati hujan maka dia pasti akan berlarian dan membiarkan tetesan hujan membasahi tubuhnya.Tanpa memikirkan apapun, Starla berlarian keluar dari kamar. Wanita itu tampak seperti anak kecil sekarang. Dia pergi ke taman belakang, menerobos hujan.Starla mengangkat wajahnya, ia menutup matanya dengan bibir yang membentuk senyuman. Hujan selalu memberikan Starla perasaan yang lebih baik.Aroma hujan menyegarkan Starla. Dia benar-benar betah berlama-lama di bawah hujan.Tidak ada alasan khusu
Kening Starla berkerut saat dia melihat nomor tidak dikenal di layar ponselnya. Wanita itu dengan malas menjawab panggilan yang entah dari siapa itu.Dia biasanya tidak memberikan nomor ponselnya pada orang asing. Selain itu orang-orang yang memiliki nomor ponselnya hanya bisa dihitung dengan jari, dan mereka tidak akan memberikan nomornya tanpa izin darinya.Jadi, mungkin saja orang yang menghubunginya merupakan orang yang ia kenal.“Halo.” Starla bersuara pelan. Dia masih demam dan tidak memiliki cukup tenaga untuk bicara seperti biasanya.“Ini aku.”Starla tentu mengenal suara pria yang menelponnya. Suara itu sudah melekat di pendengaran dan hatinya. “Sylvester?”“Ya.”Starla tersenyum kecil. “Ada apa menelponku?” Wanita itu menjadi sedikit lebih bertenaga. Dia yang tadinya berbaring di ranjang kini mengubah posisinya menjadi duduk.“Apakah kau sudah meminum obatmu?”“Belum.” Starla tahu sudah waktunya minum obat, tapi dia berniat untuk melewatkan obatnya. Dia benar-benar benci oba
Kondisi Starla sudah jauh lebih baik setelah ia beristirahat penuh selama dua hari. Wanita itu bisa kembali keluar dari kediaman Sylvester dan melakukan kegiatannya seperti biasa.Starla pergi ke toko bunga ibunya yang saat ini sudah kembali seperti semula.“Putriku.” Fleur segera mendekati Starla. “Apakah pekerjaanmu sudah selesai?”“Sudah, Bu.” Starla berbohong. Dia tidak ingin membuat ibunya cemas dengan mengatakan bahwa dia demam, jadi dia berbohong dan mengatakan dia memiliki pekerjaan selama dua hari dan tidak bisa datang ke toko bunga ibunya.“Kenapa tidak beristirahat saja? Kau pasti lelah.” Fleur menyentuh lembut pipi putrinya.“Aku sudah memiliki istirahat yang cukup, Bu.” Starla tersenyum ringan. Keduanya melangkah menuju ke meja kerja sang ibu. “Apakah toko kita masih sepi?”Sejak penyerangan oleh orang-orang Marcus, toko bunga ibu Starla menjadi sepi pengunjung. Starla tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia pikir pasti ada hubungannya dengan Marcus.Dengan latar
Seorang pria muda berusia lebih dari seperempat abad saat ini baru saja tiba di toko bunga ibu Starla. Pria dengan penampilan baik dan wajah yang sangat tampan itu mulai melangkah masuk ke dalam toko bunga. Dia adalah pengunjung pertama toko itu pagi ini. Fleur segera menyapa pria itu. “Selamat pagi, Tuan. Jenis bunga apa yang Anda cari?” tanya Fleur dengan sopan. “Bibi Fleur?” Pria itu menatap wanita paruh baya di depannya dengan lembut. Fleur mengerutkan keningnya. Dia tidak mengenali pemuda di depannya. “Apakah Tuan muda mengenal saya?” “Bibi, ini aku Christopher Holland.” Pria itu memperkenalkan dirinya agar wanita di depannya mengingat dirinya. Fleur diam beberapa saat sampai akhirnya wanita itu bereaksi. “Apakah kau putra Jimmy dan Asley?” “Benar, Bibi.” “Astaga, kau sudah sangat dewasa. Bibi benar-benar tidak mengenalimu.” Fleur mulai bicara dengan santai. Pria muda di depannya adalah anak laki-laki yang