Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Tuan Arogan / Bab. 8 Awal Pertemuan

Share

Bab. 8 Awal Pertemuan

Penulis: Guzel Lili
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

  Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa tiba-tiba ada dua lelaki yang menginginkan putri kesayangannya. Apakah sang putri merahasiakan sesuatu darinya? Lalu bunga-bunga itu siapa pengirimnya? Semua pemikiran itu mulai berkecamuk di kepala pria paruh baya itu. 

  Andira yang mendengar perkataan Edgar mulai geram. Bagaimana bisa dengan mudahnya lelaki itu mengatakan ingin menikahinya, padahal dia telah berulangkali menolak pernyataan cinta lelaki di depannya tersebut. 

  “Astaga, Ede. Apa yang kau bicarakan. Jangan bercanda, ini tidak lucu sama sekali,” ucapnya berusaha menyangkal pernyataan lelaki tersebut. 

  “Aku sedang tidak bercanda, Andira. Aku memang sangat mencintaimu,” Edgar berkata dengan ekspresi yang sulit diartikan. Tidak ada senyum yang terlihat dari sudut bibirnya. Lelaki itu menampilkan ekspresi datar di depan gadis yang dia cintai. 

  “Tunggu, tunggu, apa yang sebenarnya terjadi di sini. Kenapa bisa ada dua lelaki yang menikahimu, Andira?” tanya Danu pada sang putri. Lelaki paruh baya itu memijit keningnya yang terasa mulai berdenyut. 

  Andira memegang kepala, dia mendadak pusing. Gadis itu tidak habis pikir, kenapa Edgar bisa senekat itu mengatakan pada sang ayah bahwa dia ingin menikahinya sedangkan, lelaki itu tahu kalau dirinya sudah memiliki kekasih dan berencana untuk menikah. Andira bingung, apa yang harus dilakukan untuk membuat lelaki itu berhenti mengejarnya. 

  “Sebentar, Yah. Nanti Dira jelaskan.” Andira menarik tangan lelaki tersebut menjauh dari toko dan membawanya berjalan menuju mobil milik lelaki tersebut. Sampai di depan mobil, Dira melepaskan tangan lelaki tersebut. 

  “Sudah, cukup. Hentikan semua kegilaan yang kau lakukan itu Ede, jangan memaksakan keinginanmu pada orang yang sudah dengan jelas telah menolak cintamu. Aku akan segera menikah, kau dengar itu!” Andira mulai kehabisan kesabaran. 

  Edgar menyeringai mendengar perkataan gadis yang sangat dicintainya itu. “Lalu, apa kau pikir aku peduli?” tandasnya. 

  “Kau—.” Belum sempat gadis itu melanjutkan ucapannya, Edgar lebih dulu memotong.  

  “Aku tidak akan melepaskanmu, apa pun yang terjadi. Kau akan menjadi milikku, Dira.” Edgar tampak yakin dengan ucapannya itu. Selama ini tidak ada hal yang takbisa dia dapatkan jika dirinya sudah menginginkan. 

  “Kau benar-benar sudah gila, Ede!” bentaknya. Mata Andira memerah dengan dada kembang kempis menahan amarah yang sudah siap meletup. 

   Edgar hanya diam dengan ekspresi datar melihat kemarahan gadis di depannya. Dia telah terobsesi pada gadis cantik itu. Jadi, tidak mungkin baginya untuk melepaskan sesuatu yang dia inginkan dengan mudah. Dia akan melakukan segala cara untuk mewujudkan keinginannya tersebut. 

  Andira yang sudah sangat kesal pada lelaki itu, akhirnya berbalik dan pergi meninggalkannya kembali ke toko sang ayah. 

  Edgar hanya memandang punggung gadis itu yang mulai menghilang masuk ke dalam toko. Dia akhirnya kembali ke mobil dan memutuskan untuk kembali ke kantor. Edgar mulai melajukan mobilnya menjauhi toko milik Ayah Andira. Tiga puluh menit kemudian lelaki tampan itu telah sampai di depan perusahaan miliknya. Setelah memarkirkan mobil, Edgar turun dan berjalan memasuki lobi menuju 𝘭𝘪𝘧𝘵.  Namun, langkahnya terhenti ketika melihat Aldi berjalan terburu-buru ke arahnya. 

  “Tuan, ada Tuan Danish di ruangan Anda,” ucap sang asisten.

  Edgar mengernyitkan kening mendengar apa yang asistennya katakan. “Apa yang membuat papanya datang ke kantor? Apakah ada hal serius yang sedang terjadi?” batinnya.

  Tanpa menjawab perkataan Aldi, lelaki dengan setelan jas berwarna biru itu melanjutkan langkah menuju ruangannya. Tiba di depan pintu ruangan, asistennya membukakan pintu dan Edgar masuk ke dalam. 

  “Kau bisa kembali bekerja, aku akan memanggilmu jika diperlukan nanti,” perintahnya pada sang asisten. 

  Aldi mengangguk dan menutup pintu kemudian berlalu meninggalkan ruangan sang bos dan kembali ke ruangannya. 

  Sementara itu di dalam ruangan, Danish duduk di sofa dan sedang melihat ke arah sang putra dengan tatapan seolah ingin menerkamnya. Namun, sang putra tidak memedulikan tatapan dirinya. 

  Edgar berjalan ke meja kerja dan duduk di kursi kebesarannya.

  “Apa yang membuat Papa datang kemari? Kalau tidak ada yang penting, lebih baik Papa pergi dari sini.”

  “Apa yang kau lakukan Ede?  Kenapa kau mencampuri urusanku? Jangan pernah kau mengganggu dia,” tegas Danish pada sang putra. 

  “Heh … apa maksud Papa? Siapa yang mengganggu siapa?” kilah Edgar. 

  “Kau tidak perlu menyangkal lagi, Ede. Berhenti mencampuri urusanku atau kau akan tau konsekuensinya,” ujar Danish mengancam.

  “Apa Papa pikir aku akan takut? Sungguh hebat sekali, bahkan anakmu sendiri tidak lebih berharga dibandingkan dengan wanita ular itu.” Edgar tertawa getir dengan kenyataan bahwa papanya lebih peduli dengan wanita yang telah membuat ibunya meninggal dibandingkan dengan putranya sendiri, darah dagingnya. Bagaimana bisa lelaki yang telah membesarkannya itu lebih membela selingkuhannya dibanding anak kandungnya. 

  “Jaga ucapanmu, Ede,” bentaknya pada sang putra. 

  “Sudah, cukup, Pa. Aku tidak ingin berdebat hanya karena seseorang yang tidak penting. Jadi, jika Papa tidak ada keperluan lain, lebih baik Papa pergi dari sini, atau Papa ingin aku memanggil security?” ucapnya dengan nada mengejek. 

  “Kau berani—.” Belum sempat dia melanjutkan ucapannya, sang putra sudah lebih dulu memotong. 

  “Pintunya ada di sebelah sana.” Edgar menunjuk ke arah pintu ruangan. 

  “Kita lihat saja nanti, kalau kau masih mengganggu dia, maka kau akan tau akibatnya,” ucapnya pada sang putra kemudian dia berbalik keluar dari ruangan.

  Setelah ayahnya pergi, Edgar mulai menyalakan laptop dan kembali pada kesibukannya dengan file dan tumpukan dokumen di meja kerjanya. Dia tidak peduli dengan apa yang dikatakan sang papa. Yang dia pedulikan sekarang hanyalah semua yang menjadi haknya tidak boleh sampai jatuh ke tangan orang lain. 

  Seminggu telah berlalu semenjak kejadian di toko. Edgar menjadi semakin gusar karena Andira menjadi sangat susah untuk ditemui. Saat dirinya datang ke rumah atau ke toko, orang tuanya selalu mengatakan kalau putrinya tidak ada, bahkan di kafe pun dia terkesan seperti menghindar. Panggilan teleponnya pun selalu ditolak dan bahkan nomornya sekarang diblokir. 

  Lelaki itu menjadi kacau, bahkan pekerjaannya pun di handle oleh Aldi asistennya. Dia tidak tenang jika sehari saja tidak melihat gadis pujaan hatinya tersebut. Seandainya saja dia tidak pernah bertemu dengan gadis yang telah mencuri hatinya itu, mungkin kehidupannya akan seperti biasa yang hanya dihabiskan untuk bekerja tanpa mengenal apa itu cinta.

★★★★★

  Satu bulan yang lalu saat dirinya melakukan janji temu dengan seorang klien di sebuah kafe, tanpa sengaja seorang pelayan menjatuhkan minuman di bajunya. 

  “Ma-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja, biar saya bersihkan baju Anda. Mari ikut saya sebentar,” ucap pelayan itu gelagapan. Andira gugup karena takut kesalahan yang tanpa sengaja dia perbuat akan berimbas pada pekerjaanya. Gadis cantik itu khawatir kalau sampai sang manajer kafe akan marah dan memecatnya. 

  Sementara lelaki yang diajak bicara hanya diam mematung, tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah cantik pelayan tersebut. Edgar seolah terhipnotis dengan kecantikan gadis di hadapannya. 

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 9 Waitress Cantik

    “Tuan.” Gadis itu mengibaskan tangan, tetapi tidak ada respon dari lelaki di depannya. Aldi yang menyadari hal itu menepuk bahu sang bos, membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya. “Eem … iya, kenapa?” tanya Edgar gelagapan. “Mari ikut saya ke belakang, Tuan. Biar saya bersihkan pakaian Anda, mari,” ajak Andira pada lelaki berjas coklat tersebut. Gadis berambut hitam panjang tersebut me mempersilakan Edgar untuk berjalan mengikutinya, tetapi lelaki itu menolak. “Tidak perlu.” Lelaki itu berkata sembari mengibas-ngibaskan tangan pada pakaiannya. “Tapi—.” Andira baru akan melanjutkan ucapannya, tiba-tiba manajer kafe datang menghampiri mereka. Hal itu membuat nyali Andira menciut karena takut jika atasannya itu akan memecat dirinya. “Apa yang terjadi di sini, apa kau yang menumpahkan minuman di pakaian pelanggan kita?” tanya sang manajer pada gadis itu. Andira hanya bisa menunduk dengan kaki gemetaran. “Ma-maaf, Pak. Saya tidak sengaja,” jawabnya dengan bibir ber

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 10 Rasa yang Aneh

    Aldi menoleh. “Apa yang Anda ingin saya lakukan, Tuan?” tanyanya pada sang bos. “Jangan biarkan Cindy kesini lagi, perintahkan petugas keamanan untuk melarang wanita jalang itu masuk,” perintah Edgar pada sang asisten. “Baik, Tuan. Saya akan memberitahu petugas keamanan sekarang,” jawab Aldi. Lelaki itu menutup pintu dan meninggalkan ruangan bosnya. Setelah asistennya pergi, Edgar menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Dia menghela napas berat memikirkan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Entah kenapa, wajah gadis pelayan kafe itu selalu memenuhi isi kepalanya. Ada perasaan hangat saat melihat senyum gadis itu, apalagi setelah melihat kepeduliannya pada orang lain. Seorang gadis sederhana yang mampu menggetarkan hatinya. Edgar berusaha menyangkal sebuah perasaan aneh yang tiba-tiba singgah di hatinya, dia menegakkan tubuh dan mulai berkutat dengan laptop dan tumpukan dokumen di meja. Jari-jemarinya terlihat menari-nari di atas keyboard. Saat sedang serius bekerja,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 11 Mulai Mencari Tahu

    “Ya, Tuan.” Aldi memutar badan kembali mendekat ke arah bosnya. “Cari tahu juga tentang gadis pelayan kafe itu. Aku mau hasilnya, secepatnya! ” perintah Edgar pada Aldi. “Akan saya usahakan, Tuan. Kalau begitu saya permisi dulu.” Aldi menutup pintu dan pergi meninggalkan ruangan bosnya. Setelah Aldi pergi, Edgar menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi sembari mengembuskan napas berat. Di saat hatinya sedang resah, kenapa tiba-tiba muncul masalah berat seperti sekarang. Dia memijat kening, kepalanya terasa sakit saat memikirkan masalah yang terjadi. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk melanjutkan pekerjaannya, kembali berkutat dengan laptop dan tumpukan dokumen di meja kerja. Tanpa terasa pagi telah berganti siang, Edgar melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu menunjukkan sudah saatnya jam makan siang. Awalnya dia sedikit enggan untuk beranjak dari ruangannya, tetapi ada seseorang yang ingin ditemuinya. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruang

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 12 Perjodohan

    Setelah menyelesaikan pekerjaan, Edgar melihat pesan yang dikirimkan sang papa. “Restoran Jepang, apa seleranya telah berubah sekarang? Tapi, baiklah. Mari kita lihat apa yang diinginkan lelaki tua itu,” gumam Edgar. Lelaki itu heran dengan sang papa yang tiba-tiba memintanya datang ke restoran Jepang. Padahal yang dia tahu papanya tidak menyukai masakan Jepang, lalu untuk apa sang papa meminta dia datang ke restoran yang dirinya sendiri tidak menyukai masakan di tempat itu. Dia mulai curiga dengan tujuan sang papa, tetapi itu tidak mengurungkan niat Edgar untuk pergi ke restoran yang papanya pesan. Akhirnya Edgar keluar dari perusahaan dan melajukan mobilnya menuju restoran. Setelah 50 menit berkendara, Edgar tiba di depan restoran, lalu kemudian dia memarkirkan mobilnya. Lelaki itu turun kemudian, masuk ke restoran. Kedatangannya disambut oleh seorang pelayan, lalu mengantarnya ke meja tempat papanya berada. Dia melihat papanya sedang berbicara dengan beberapa yang dikenalnya

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 13 Edgar Murka

    Akhirnya malam itu, dilaluinya dengan perasaan yang sangat kacau. Matanya susah terpejam, apa yang dikatakan Aldi membuatnya tidak tenang. Ditambah lagi, masalah yang ditimbulkan oleh sang papa membuat perasaannya makin tidak karuan. Dia membuka laci nakas mengeluarkan beberapa tablet, kemudian memasukkan ke dalam mulutnya. Edgar sudah sering mengkonsumsi obat tidur, meski dokter sudah melarang lelaki itu untuk terus mengkonsumsinya. Namun, kebiasaan buruk itu tidak bisa terlepas begitu saja. Tanpa terasa, efek dari obat itu mulai bereaksi, membuat lelaki itu perlahan mulai terlelap. Keesokan harinya, lelaki tampan bersetelan jas berwarna hitam itu, turun dari mobil dengan pintu yang dibukakan sang asisten. Dia masuk ke dalam gedung perusahaan dan berjalan menuju ruangannya diikuti Aldi. Sampai di depan ruangan, Aldi membukakan pintu lalu mereka berdua masuk ke ruangan. Edgar duduk di kursi kerjanya seraya menerima berkas yang diserahkan Aldi. Lelaki bersetelan jas hitam

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 14 Permintaan Edgar

    Andira menatap pantulan dirinya di cermin, make-up natural dengan balutan kebaya berwarna ungu membuatnya semakin terlihat cantik. Dia menghela napas kemudian mengembuskannya, berusaha menetralkan perasaan yang sedang gelisah. Hari ini adalah hari penting untuknya, karena Randi dan keluarganya akan datang melamarnya. Senyum terkembang di sudut bibir gadis cantik itu karena sebentar lagi dia akan segera menikah dengan lelaki pemilik hatinya. Namun, lamunannya sirna ketika mendengar pintu kamar diketuk dari luar. Andira berjalan menuju pintu, kemudian membukanya. Terlihat seorang wanita paruh baya yang memakai kebaya dengan warna senada dengannya tersenyum, kemudian memeluknya dengan mata mulai berkaca-kaca. “Akhirnya, kamu akan segera menikah, Nak. Ibu tidak menyangka, hanya tinggal menghitung hari kamu akan segera meninggalkan ibu,” ucap sang ibu dengan memeluk putrinya. Akhirnya, apa yang diharapkan akan segera terwujud, bisa melihat putrinya menikah dengan laki-laki yang dia

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 15 Ancaman Edgar

    “Apa kau pikir, aku akan membiarkanmu menikah dengan lelaki itu, Andira? Tidak akan kubiarkan!” Edgar berteriak. Berharap gadis yang berjalan menjauhi mobilnya kembali dan menerima permintaannya. Namun, gadis itu tidak menoleh, bahkan seakan-akan tidak peduli dengan perkataannya. Edgar menatap punggung gadis itu, hingga tak terlihat masuk ke dalam rumah. Hari menjelang malam, lelaki itu memutuskan untuk tetap berada di sana tanpa memedulikan tatapan heran orang-orang yang berlalu lalang saat melihat mobilnya. Dia melihat, mulai ada beberapa mobil yang mulai terparkir di depan rumah Andira. Bahkan, dia melihat kekasih Andira turun dan berjalan masuk ke rumah gadis yang dia cinta tersebut. Edgar seperti orang bodoh karena bisa-bisanya dia menunggu sampai acara selesai. Dia melihat sesuatu yang sangat tidak diinginkan terjadi di depan matanya. Edgar memperhatikan gadis yang dia cintai sedang bergandengan tangan dengan lelaki lain. Hal itu membuatnya marah, dia tidak ingin gadis yang

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 16 Penculikan

    Di dalam ruangannya, Edgar sedang berkutat dengan laptop dan tumpukan dokumen di meja. Sudah beberapa hari ini Edgar tidak datang ke perusahaan, dia hanya menandatangani dokumen yang dibawakan Aldi kerumahnya. Itu pun jika dia sedang berada di rumah, setiap hari dia menghabiskan waktu hanya untuk menemui Andira dan meyakinkan gadis itu agar bersedia menikah dengannya. Akan tetapi, sayangnya Andira selalu menolak dirinya. Gadis itu tetap bersikukuh tidak akan membatalkan pernikahan dengan Randi hanya untuk menikah dengannya. Walaupun Edgar sudah berulangkali mengancam gadis itu, tetapi dia seolah tidak peduli. Terdengar suara pintu diketuk dari luar. “Masuk.” Pintu terbuka, memperlihatkan wajah datar sang asisten. Aldi berjalan masuk mendekati meja kerja bosnya, kemudian lelaki itu menutup pintu. Edgar mendongakkan kepala menatap sang asisten. “Ada apa? Kenapa datang saat jam makan siang seperti sekarang, apa ada yang mau kamu katakan?” tanyanya pada sang asisten. “Ben

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 46 Dua Kejutan

    Edgar berlari menuju meja resepsionis. Lelaki itu terburu-buru menuju rumah sakit saat mendengar kabar Andira pingsan. “Sus, pasien atas nama Andira Hutama ada di mana?” tanya lelaki yang memiliki bibir tipis itu. Dia masih berusaha mengatur napas yang masih memburu setelah berlari. “Tunggu sebentar, Pak.” Suster melihat layar monitor di hadapannya. “Nyonya Andira Hutama masih di ruang IGD, Pak. Silakan lewat sebelah sana,” jelasnya menunjuk ke lorong yang terhubung dengan IGD. Edgar berlari melewati lorong tersebut menuju ke ruang IGD. Dia membuka satu persatu tirai mencari keberadaan sang istri. Saat melihat istrinya terbaring lemah, hatinya terasa sakit. Lelaki itu belum pernah melihat sang istri dalam keadaan selemah itu. Dia berjalan menghampiri wanita yang dicintainya. “Sayang ….” Tanpa terasa air mata menetes di pipi lelaki berambut hitam itu. Edgar menoleh pada asisten rumah tangganya yang saat ini berada di samping brankar sang istri. “Apa yang terjadi, Bi?”

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 45 Balasan Untuk Cindy

    Keesokan paginya, Edgar terbangun saat merasakan sentuhan di pipinya. Dia perlahan membuka mata, melihat sang istri menatapnya dengan raut khawatir tampak jelas di wajahnya. “Sudah bangun, Sayang. Apa yang kamu rasakan sekarang? Apa perlu memanggil dokter?” tanya Andira beruntun. Dia takut kalau sang suami masih merasa tidak nyaman pada tubuhnya. Edgar tersenyum melihat kekhawatiran sang istri. Dia tidak menyangka kalau wanita yang sempat membencinya ini bisa sekhawatir itu padanya. “Aku baik-baik saja, Sayang. Jangan terlalu khawatir, suamimu ini sangat kuat. Lihatlah otot yang melekat di perutku ini.” Edgar menarik tangan Andira dan menempelkan di bagian bawah perutnya. Andira membulatkan mata dengan kejahilan sang suami. Bagaimana bisa lelaki di depannya sesantai itu setelah apa yang dialaminya semalam. Andira mencubit otot liat di perut suaminya itu, dia kesal melihat tingkah kekanakan suaminya. Namun, tetap saja wanita cantik itu tidak bisa mengabaikan lelaki di

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 44 Bertemu Andro

    “Tuan, para tamu undangan sudah datang. Mereka sedang mencari Anda di luar,” ucap pria bertubuh ceking itu. Pria itu tak lain adalah asisten Roni, sebenarnya dari tadi dia sudah memperhatikan apa yang dilakukan atasannya itu. Akan tetapi, ragu untuk menghentikan tindakan mesum atasannya itu. Namun, saat dia melihat pria bertubuh tambun itu mulai melancarkan aksinya, hati kecilnya menjerit dan menuntunnya untuk menghentikan kelakuan mesum atasannya itu. “Sialan! Mereka mengganggu kesenanganku saja.” Roni menoleh ke arah Cindy. “Tunggu aku cantik, kita akan bersenang-senang nanti,” ucap pria itu sebelum dia pergi meninggalkan wanita cantik di depannya. Roni masih sempat mencuri ciuman di bibir wanita cantik di depannya. Cindy mengepalkan tangan, dia jijik karena sudah disentuh pria tua seperti Roni. Dia sama sekali tidak tertarik dengan pria tua bertubuh gemuk seperti pria mesum itu. Wanita bergidik ngeri membayangkan jika dirinya harus berhubungan intim dengan pria itu. Wani

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 43 Jebakan Cindy

    Satu jam sebelum pesta dimulai. Terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun berwarna merah, berjalan masuk ke sebuah rumah mewah di Taman Indah Kapuk daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Tempat itu memang terkenal dengan hiburan malamnya yang populer karena terletak di pesisir pantai. Banyak wisatawan yang mengunjungi tempat itu hanya untuk bisa menikmati suasana keindahan langit malam. Akan tetapi, niatnya kali ini bukanlah untuk menikmati keindahan malam di tempat itu, melainkan untuk menjalankan rencana yang sudah disusun dengan matang. Sayangnya, wanita itu tidak menyadari bahwa selama ini gerak-geriknya sudah diawasi. Wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah mewah itu tanpa menimbulkan kecurigaan bagi orang-orang yang berlalu-lalang di sana. Dia menghampiri seorang pelayanan yang sedang sendirian dan sibuk meletakkan gelas di meja. “Maaf, apa kami bisa membantuku?” tanya wanita berambut pendek sebahu itu. Dia mengeluarkan sebuah amplop coklat tebal dari dalam tas

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 42 Libido yang Menyiksa

    “Aldi, bereskan semua kekacauan ini. Jangan biarkan seorang pun tahu masalah ini,” perintah Edgar pada asistennya. Aldi meminta para pengawal membawa pria yang sudah babak belur di lantai ke markas mereka. Dia yakin ini adalah ulah seseorang yang sengaja ingin merusak reputasi istri atasannya. Hanya satu orang yang saat ini Aldi curigai. “Saya permisi dulu, Tuan. Kami akan menunggu Anda di luar.” Aldi menundukkan badan, kemudian keluar dari tempat itu. “Sayang, ini aku. Buka matamu.” Edgar perlahan menurunkan tangan sang istri dari wajahnya. Dia melihat sang istri masih ketakutan dengan tubuh yang bergetar. Dia tidak akan melepaskan siapa pun yang sudah mengganggu sang istri. Bukan Edgar namanya jika dia tidak bisa menemukan pelaku utama yang mendalangi semua ini. Perlahan Andira membuka mata, melihat sang suami berada di hadapannya. Sontak wanita cantik itu langsung memeluk lelaki di hadapannya. Dia menangis tersedu di pelukan sang suami. “Ede, maaf. Pria jahat itu—,

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 41 Jebakan

    Edgar baru saja memasuki sebuah rumah mewah milik Roni Ankara, pemilik Ankara group. Pesta itu diadakan di rumah utama pemilik Ankara group itu. Pesta itu bernuansa outdoor, terletak di taman samping rumah mewah bergaya Eropa. Tampak sudah banyak para tamu undangan yang datang. Roni berjalan menghampiri Edgar yang terlihat baru datang bersama seorang wanita cantik dan asistennya. Lelaki bertubuh tambun itu terpana melihat kecantikan Andira. “Selamat datang Tuan Edgar. Rupanya Anda yang dikenal tidak pernah menjalin hubungan dengan seorang wanita, tiba-tiba bisa tertarik dengan wanita cantik ini.” Roni menjabat tangan Edgar, kemudian beralih pada Andira. Namun, saat tangannya berusaha menyentuh tangan Andira, Edgar buru-buru menepisnya. “Maaf, Tuan Roni. Wanita cantik ini adalah istri saya,” ucap Edgar singkat. Dia melingkarkan lengannya di pinggang Andira, ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dirinya sudah memiliki istri. Semua itu dia lakukan agar para rekan bisnisn

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 40 Sentuhan Kasar

    Andira membulatkan mata melihat siapa yang baru datang ke butik tempatnya berada saat ini. Bagaimana wanita itu bisa ada di sini? Apa dia membuat janji dengan suaminya? Wanita cantik yang awalnya akan masuk untuk dirias, tiba-tiba berbalik dan menghampiri sang suami. Andira memicingkan mata, seolah meminta penjelasan dari laki-laki yang kini sudah di hadapannya. Namun, sayangnya sang suami tidak peka dan tidak bereaksi. Dasar lelaki. L “Kalian janji ketemu di sini, ya?” tanya Andira setengah berbisik, mendekatkan bibirnya ke telinga sang suami. “Mana mungkin,” jawab Edgar spontan. Dia membulatkan mata, heran dengan pemikiran istrinya. Bagaimana bisa sang istri menuduhnya, apa mungkin Andira masih cemburu dengan Cindy? “Kamu jangan bicara hal yang mustahil aku lakukan, Sayang,” lanjut Edgar berusaha meyakinkan sang istri. Bisa-bisanya Andira berpikiran aneh seperti itu. Jangankan janji bertemu, melihatnya saja sudah membuat laki-laki itu jijik. Dia sudah lama tahu bagaim

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 39 Kecurigaan Aldi

    Mereka berdua baru sampai di depan pintu restoran. Aldi membukakan pintu untuk sang bos. Dia berjalan mengikuti di belakang atasannya itu. Ada dua orang pelayanan yang menyambut kedatangan mereka. Para pelayanan itu mengarahkan mereka berdua ke sebuah ruangan VVIP. Saat pintu ruangan terbuka, ada satu hal yang membuat Edgar enggan untuk melanjutkan langkahnya. Ada beberapa wanita berpakaian minim sedang duduk di antara para koleganya. Kalau saja pertemuan ini tidak penting, mungkin laki-laki itu sudah langsung pergi dari sana. Meski enggan, tetapi Edgar memutuskan untuk masuk dan duduk menjauh dari koleganya. Dia merasa risi dengan kehadiran para wanita itu. Seorang pria bertubuh tambun menyambut kedatangannya, dia berjalan ke arah Edgar. “Selamat datang Tuan Edgar. Maaf kalau saya tidak menyambut Anda di luar.” Pria itu mengulurkan tangan, menjabat tangan Edgar. Dia adalah CEO grup Ankara, pria itu adalah penerus generasi ketiga dari perusahaan yang bergerak di bidan

  • Terjebak Cinta Tuan Arogan   Bab. 38 Alex dan Cindy

    “Tuan Edgar mencari Anda, Tuan.” Salah satu anak buah Aldi menyampaikan pesan. Aldi sengaja membiarkan dua orang anak buahnya tetap berjaga di depan kamar hotel. Dia ingin memastikan keselamatan Intan. Sat Aldi tahu niat jahat Johan Ayah tiri Intan. Dirinya menjadi sangat khawatir dengan keselamatan gadis itu. Mau tidak mau, dia harus menyiapkan beberapa orang untuk menjaganya saat dirinya pergi. Meski dia telah meminta anak buahnya untuk menjebloskan Johan ke penjara, tetapi tidak menutup kemungkinan laki-laki itu bisa cepat bebas. Aldi kembali masuk dan mengenakan pakaian. “Aku keluar dulu, ya. Tuan Edgar memanggilku, mungkin ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Kamu jangan keluar dari kamar sebelum Aku kembali.” Laki-laki itu melangkahkan kaki menuju ke arah pintu. Namun, dia berhenti tepat di depan pintu dan menoleh kembali ke arah Intan. “Ingat! Jangan keluar sebelum Aku kembali. Ada Orang-orang yang berjaga di luar, jadi kamu jangan takut,” ujar Aldi. Dia keluar da

DMCA.com Protection Status