Beranda / Romansa / Terjebak Cinta Segitiga / Pernikahan Tara dan Venca

Share

Pernikahan Tara dan Venca

Penulis: Respaty legacy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Nduk, kamu hari ini jadi istri orang, paling ndak, senyum," pinta Ibu, dia berdiri di belakang Venca yang sedang dirias pagi itu menjelang akad. 

Sungguh berat apa yang akan dijalani Venca. Dalam hati terus menangis semalaman, atau seminggu ini. 

Sesekali dalam tangisnya, jemari lentik menari di atas tuts ponsel. Mengirim pesan untuk Rei. Terakhir tadi sebelum dirias.

[Rei, hari ini, Venca menikah. Walau Caca kecewa sepenuhnya kepadamu. Tetapi, Caca tetap berharap hari ini ada badai besar, atau kamu datang membatalkan acara akad ini, Rei. Bisakah kita masih saling bertegur sapa atau setidaknya menjadi teman yang baik walau Caca menjadi istri orang.] 

Kata-kata 'senyum' berulang-ulang terdengar ditelinga. Gadis itu memaksakan seulas senyuman, ketika tim perias selesai dengan wajahnya. 

"Lho, ya, begitu, tho, anak Ibu, makin cantik," ujar Ibu. 

Caca tentu saja tidak peduli. Mungkin ini salah satu takdirnya yang sangat sial. 
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Segitiga   Kemelut Dihati Caca

    Sementara, dua minggu ini, Venca tinggal di indekos tanpa sepengetahuan Ibu dan Bapak, juga keluarga yang lain.Setiap malam, Venca hanya memikirkam bagaimana membicarakan keadaan pernikahannya. Depresi, tentu saja, dia ingin terlepas dari semua ini. Para orang tua hanya tahu, pasangan itu sedang bulan madu di suatu tempat. Tidak ingin diganggu. Begitu tulis Tara mengabarkan orang tua, dia meneruskan pesan ini ke istri sah-nya, supaya bisa kompakan nanti kalau ditanya.[Bagus, cepat kasih cucu, Tara dan Venca. Ibu dan Bapak kepingin nimang cucu.] tulis ibu Venca dia membalas pesan Tara ke nomor Venca.Miris, dalam hati Venca menangis. Dia menjauhkan diri dari dunia. Selain bekerja, dia tidak pernah keluar dari kamar indekosnya.Segala pesan yang masuk dia abaikan, dari siapa pun itu, termasuk Rani kakaknya yang sangat mengkhawatirkan keadaan Venca.Tara dan Rani, menikah siri, entah di mana. Lalu, menempati rumah yang dibe

  • Terjebak Cinta Segitiga   Tara yang Bimbang

    Ucapan Venca tentu saja membuat Tara nelangsa. Semua itu karena dirinya juga, bukan? Tetapi apakah bisa memperbaiki dirinya? Sekarang mungkin?"Ca," lelaki itu ingin berkata, tetapi bingung. Maunya menenangkan Caca. Hanya sekadar "mengurusnya" saja. Di samping dia selalu bersama Rani. "Apa bisa kita bertemu?" Suara lelaki itu merendah, entah apa yang ada dalam hatinya, dia tak tahu."Aku harus pergi, Tar, sorry," pamitnya. Venca langsung memutuskan sambungan telepon. Tanpa berpikir apa pun, hanya ingin menghindar.Walau dalam hatinya berteriak: dia itu 'kan suamimu!Namun, detik berikutnya, dia berasumsi dan menyangkal, suami di atas kertas! Hati dan raganya bukan buat Caca seorang. Atau sekarang? Raga mereka saja tidak pernah bertemu sejak pertama kali menikah, dan hati Venca terlalu sakit mengingat pernikahannya dengan Tara.Satu hal yang perempuan itu sesali dalam hidupnya. Harusnya dia bisa melari

  • Terjebak Cinta Segitiga   Revan dan Venca

    Hari ini seperti hari baru buat Revan Manantara. Kepulangannya dari Amerika disambut baik oleh Ayah.—yang sekaligus mengingatkan akan tugas barunya di Jakarta. Sebagai anak yang berbakti, dia hanya menurut saja.Beberapa hari di Bandung, menyerahkan pekerjaan sepenuhnya ke Gibran, Revan lantas pindah ke Jakarta, tanpa ragu.Gibran terbukti bisa diandalkan, untuk memegang beberapa proyek kecil. Dan ada proyek besar, berhasil dia dapatkan. Dan lagi, menang tender proyek kecil di beberapa perusahaan Bandung.Lumayan, pikir Revan, setidaknya dia bisa pindah dengan tenang ke Jakarta."Jadi, pindah ke Jakarta?" tanya Gibran, saat mereka makan siang bersama di kantin kantor."Ya, lo pikir, gue buru-buru sidak buat apa?"Gibran tertawa kecil. "Gue bakalan kehilangan elo."Revan tertawa renyah. "Lo kan di sini buat gue tugasin gantiin gue." Revan geleng-geleng sambil menyendok makan

  • Terjebak Cinta Segitiga   Kejutan Buat Caca

    Rani tentu tidak tinggal diam. Semua beban itu menjadi rasa bersalah juga dihati bumil. Dia mengusap perut ratanya perlahan, menimbang, menatap gawai berwarnanya. Yang juga baru dia beli kemarin. Apakah Venca akan mau menerima teleponnya?Kontak nama adiknya masih ada, tersimpan manis. Memang semua kenangan dengan adiknya itu manis dihati Rani entah apakah Venca merasakan hal yang sama.Perlahan dia menekan nomornya, setelah subuh, Tara masih mendengkur pelan. Rani memberanikan diri menghubungi adik angkatnya itu."Hallo, Ca? Tolong jangan ditutup dulu," pinta Rani tulus dan lembut.Tentu saja, Venca detak jantungnya tak beraturan saat menerima telepon itu. Hanya termangu, dia tidak mampu bergerak sama sekali mendengar suara kakaknya."Ada apa?" Akhirnya hanya kata itu yang ke luar dari mulutnya."Kamu baik-baik saja 'kan, Ca? Mbak khawatir enggak dengar kabar dari kamu.""Baik

  • Terjebak Cinta Segitiga   Kejutan yang Menyesakkan II

    Venca keluar dari pagar tinggi itu. Tara, tercengang melihat wajahnya kuyu, seperti kurang tidur. Dia melirik jemari yang tersemat cincin kawin, semakin kurus. Lelaki itu hanya tersenyum ramagh sebagai sapanya pagi ini. Dan istrinya itu? Masih berwajah datar.Tidak salah Rani menyuruhnya melihat keadaan Venca.Sebisa mungkin, Tara beramah tamah kepada istri—sahnya ini, yang sudah rapi, dengan hijab cerah yang menutupi kepala. Lalu kemeja tampak kebesaran dan juga celana panjang bahan, krem."Hallo, Ca," sapa Tara.Gadis itu sekilas melirik, lalu menunduk. "Hai," balasnya. Suaranya hampir tidak terdengar, tetapi, Tara cukup lega, paling tidak gadis itu menanggapi kedatangannya, mulai dari menjawab telepon tadi."Oh, iya, aku bawain sarapan, tunggu." Tara seperti melesat mengambil kantong kresek yang berisi nasi uduk spesial dua bungkus. Tara tersenyum menyodorkan plastik transparan itu.Dari harum nasi uduk, Venca tergoda juga.

  • Terjebak Cinta Segitiga   Hari Terkutuk

    Pikiran liar Tara adalah: paling tidak dia menunjukkan niat baik. Rasa kasihnya yang mulai timbul seiring tadi Rani memintanya menjenguk Caca. Lalu, kenyataan Venca yang memang kata Mamanya benar, cantik, dan masih perawan! Bukan berarti Rani tak cantik, tetapi, dalam keadaan serba—lemah sekarang, apa mungkin? Tara tak tega rasanya.Lalu, lelaki itu memikirkan tentang hasrat liarnya. Nafkah batinnya, apa iya, Venca akan rela memberikannya? Bukankah mereka boleh melakukan itu?Gadis itu memandang tajam Tara sambil mencoba memutar pergelangan tangan yang dicengkeram oleh suaminya itu."Lepas, Tar!"Tara mengerjap. Mungkin dia sadar, Venca tidak sepenuhnya milik lelaki itu. Walau mereka saling terikat. Lelaki itu memutar badan, lantas menggenggam lingkar kemudi. Mungkin belum saatnya, begitu pikir suami sah Venca itu, rahangnya mengatup, hasratnya itu memang tidak bisa dia pendam. Mana tega melampiaskan kepada Rani.

  • Terjebak Cinta Segitiga   Kembalinya Revan

    CM 32Venca berusaha terlihat biasa dan tenang, walau jantung dan kepalanya bergemuruh. Dia mengulurk tangan duluan ke arah Revan.“Venca,” gadis itu berujar dengan percaya diri, menyingkirkan segala perasaan pribadinya terhadap Revan. Semua ini adalah hubungan professional—pekerjaan, karyawan dan bosnya.Pria itu menyambutnya, dan tersenyum. Dahinya sedikit berkerut, menatap wajah gadis itu yang pucat pasi. Juga kalau dugaannya tidak salah mukanya lebih tirus dari terakhir kali bertemu. Tidak bisa banyak komentar, karena, Papa Revan menyela pembicaraan.“Memangnya, syarat menjadi karyawan terbaik di sini apa?” tanya lelaki berambut putih itu. “Tentu saja, kami masih menelaah keadaan karyawan di sini, termasuk system kehadiran karyawan, bonus dan juga gaji serta hubungan atasan dan karyawan. Ehem!” Ayah mulai jail., Revan merasakannya, dia menoleh sesaat setelah lelaki itu berdeham. Wajah tua itu menyeringai seper

  • Terjebak Cinta Segitiga   Gawat!

    Dada Venca sesak tak karuan membaca pesan dari Ibu mengiriminya kabar. Sampai telepon antar—ruangan yang berdering berulang kali tidak dia angkat.[Ca, apakah sudah kembali dari bulan madu? Boleh Ibu berkunjung?]Tangan Venca gemetar tak karuan. Sekali lagi, telepon antar—ruangan itu berdering. Ponsel yang masih ada di genggamannya hampir saja terjatuh. Tak karuan rasanya hati gadis itu bingung juga harus jawab apa? Mau tak mau dia harus memberi tahu Tara. Tetapi bagaimana kalau dia punya ide lain yanhg lebih membuatnya gila?Ah! Sungguh tidak peduli sekarang Venca.Beberapa minggu pernikahannya, sudah tiga minggu kurang lebih, apa iya kalau dia menjawab masih bulan madu, orang tuanya akan maklum. Selama tiga minggu ke mana saja, dia harus jawab apa?Rasanya terlalu lama termenung dan berpikir, sampai lupa mengangkat telepon, sementara telepon itu terus menjerit.“Udah datang makanannya?” tanya Revan cepat dan datar.

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Segitiga   Hidup yang Terus Berjalan

    Revan bersungut-sungut seringnya begitu sejak Venca hamil. Tetapi dalam hati, dia paham. Masa ini harus dilewati.Belikan rujak juhi, es krim malam-malam, ketoprak super pedes, es boba taro bergelas-gelas. Semuanya Venca makan, tidak ada yang dia buang. Jalan-jalan ke mal, beli ini dan itu, apalagi soal belanja barang buat bayi, Venca paling semangat habiskan uang suaminya.Sekilas dalam hati Revan bertanya sendiri, yang dikandung Venca, bener anak manusia atau apa?Meski begitu, hari-hari, Venca masih bekerja sebagai general manajer di tempat Revan. Kehamilan sepertinya bukan halangan untuk dia terus berkarya, mesti sering uring-uringan. Dan mengeluh capek kakinya pegel apalagi kandungan makin besar, punggungnya ikut pegal, pinggang kayak mau patah dan lain-lain."Biar, makanya Venca tinggal aja di rumah Ibu, kan di sini ada yang disuruh-suruh, jadi Nak Revan enggak kecapek-an. Kasian suami kamu udah capek di kantor," tutur Ibu ke Venca,

  • Terjebak Cinta Segitiga   Venca yang Ngidam

    Penuturan papa Tara memang ada benarnya, yang mendengarnya pun manggut-manggut.Rumah besar itu masih riuhbdengan tamu undangan yang rerata hanya kekuarga dekat saja. Termasuk kakak almarhumah mama Tara. Diskusi para orang tua juga masih berlanjut, kebanyakan mereka bahagia dengan kemajuan yang dicapai oleh anak-anak mereka."Lha, yang dampingi kita ini, Dik, mesti kita rangkul, sayangi juga. Jangan sampe kamu kayak saya. Tidak pernah tahu keinginan istri saya, hanya menekan dia selalu sempurna, mengikuti-kata saya, dia tertekan." Wajah mendung itu kembali muram, hujan mungkin sebentar lagi."Sudah, Mas, sudah jalan Allah seperti itu," ucap ibu Venca. Banyak mengkhawarirkan keadaan papa Tara sebenarnya, apalagi dia mendengar, kalau papa Tara kebanyakan melamun dan juga menghabiskan waktu sendirian.Papa Tara mengangguk, rasa bersalah ini memang selalu hinggap, mungkin ini akan selamanya menempel dalam hati. Sampai nanti, hingga dia mati."S

  • Terjebak Cinta Segitiga   Akad Ulang Tara dan Rani

    Rani galau, tetapi bukan terhadap Tara dan pernikahan ulangnya. Dia memikirkan papa Tara."Kamu enggak khawatir sama Papa kamu, Tar?" tanya Rani pada akhirnya, dia bertanya disela mau berangkat ke kantor, perjalanan macet yang menyebalkan. Matahari jam tujuh pagi seperti sudah tengah hari."Khawatir, tapi mau bagaimana lagi? Masa iya, aku tentang kemauan Papa? Dia sudah menentukan pilihannya, Ran. Mau tinggal di panti jompo, mungkin dia akan sedikit ceria, paling tidak bahagia, bisa bertemu orang yang seumuran dengannya," tutur Tara, sesekali dia menoleh ke arah Rani."Ya, mungkin juga," ucap Rani."Kamu mau undang siapa aja pas akad ulang nanti?" Tara bertanya.Rani tampaknya terlihat memicing, karena sinar matahari yang langsung menusuk retinanya. Dia menarik napas. "Paling Ibu, Bapak, Venca dan keluarga.""Oh iya, gimana kabar Venca?" tanya Tara.Ini hal yang sedikit membuat Rani kesal setengah mati kalau Tara

  • Terjebak Cinta Segitiga   Tara dan Papa

    "Bagaimana, Tara soal akad ulang-mu?"Papa pagi ini bertanya soal akad ulang Tara dengan Rani. Saran dari Papa memang, demi sah secara agama dan juga tercatat di pemerintahan.Pasangan yang sah secara agama itu duduk di seberang Papa. Tampak semringah ketika Papa bertanya seperti itu. Ada rasa lega, ketika Papa bisa menerima, apalagi di rumahnya. Dan meminta tinggal di sana, satu atap, dan Tara anggap, yang penting akur! Karena sulit sekali memahami Papa, begitu menurut Tara dan Rani."Insyaallah, jadi, Pa. Dua minggu lagi. Surat-suratnya sudah jadi, kita tinggal ijab saja," papar Tara. Dia saling bertatap dengan Rani yang ada di sampingnya."Baguslah," sahut Papa datar. Sejak Mama meninggal, Tara dan Rani tinggal di rumah Papa, mereka banyak bersimpatik, tetapi tidak bisa memberikan kebahagiaan yang lain selain, menemani Papa siang dan malam.Tentu saja bergantian, Tara dan Rani dari pagi harus bekerja. Keadaan Papa memprihatinkan, b

  • Terjebak Cinta Segitiga   Venca yang Cemburu

    Venca masih terdiam sepanjang perjalanan ke rumah. Mungkin Revan mengerti apa yang istrinya itu rasakan malam ini."Kamu cemburu, tadi Bunga ke kantor?" tebak Revan, dia memacu mobilnya dengan cepat, supaya cepat sampai ke rumah. Ingin cepat menyelesaikan masalah ini. Ya, coba saja kalau tidak selesai. Jatah pagi nanti tidak ada, dong? Begitu pikir Revan."Ya, lagian ngapain, si dia ke kantor tadi? Dia jelas banget dulu suka sama kamu," sungut Venca, meninggikan suara, dia sebal setengah mati tadi ketika melihat Bunga sedang menatap suaminya dan jelas sekali bukan tatapan dendam atau marah.Revan mengulum senyuman, dia senang lihat istrinya cemburu begitu. Terus terang saja. Kalau perlu Venca cemburu setiap hari boleh, Revan akan dengan senang hati melihatnya.Cemburu itu tandanya sayang, kan? Menurut Revan begitu, setelah dua bulan menikah, perlahan dia paham sikap istrinya ini. Cemburuan, Revan menolong nenek-nenek mau nyebrang saj

  • Terjebak Cinta Segitiga   Ancaman untuk Revan

    Aktivitas pagi, rasanya tidak pernah terlewat oleh Revan, jadi hobi sendiri sekarang."Gue liat sebulanan ini, lo telat mulu dateng ke kantor," sindir Gibran.Setelah meeting direksi, lelaki itu membereskan barang sendiri. Revan punya sekretaris baru sekarang. Meski dia tetap ingin Venca yang menjadi sekretarisnya."Kayak enggak tahu aja," balas Revan sambil menaikkan satu alisnya. Lelaki itu lantas mencatat sebagian hasil dari meeting hari itu."Ya, gue tahu, tapi, hampir tiap hari lo telat! Masa bos telat hampir tiap hari," sindir Gibran lagi."Iya, iya, besok gue enggak telat lagi," rutuk Revan. Dia bersungut dalam hati, tidak mungkin juga ditunjukkan ada karyawan yang masih duduk-duduk di ruangan ini, meski perlahan tapi pasti mereka keluar ruangan juga.Seorang resepsionis mencoba menghentikan seorang gadis yang mencoba masuk secara paksa, mencari Revan. Apa daya? Gadis itu terlalu kuat untuk dicegah, percuma kalau panggil s

  • Terjebak Cinta Segitiga   Malam Pertama yang Tertunda

    Mengendusi rambutnya yang terasa harum. Revan rasanya enggan beranjak ada sesuatu yang bangkit tatkala dia memejam dan merasa terpaku, tidak mau pergi sepertinya.Lantas ada sesuatu menggeliat dalam diri mereka, ketika mata saling bertemu. Tentu saja Venca gugup setengah mati, Revan pun tak kalah gugup.Lantas, wanita itu teringat dalam pejam, dia bangkit lalu menatap suaminya yang ada di depan wajahnya."Makan malamnya jadi, Re?" tanya Venca pelan.Revan langsung menegakkan badan. "Eng, udah datang temenku. Um, aku mandi dulu sebentar," katanya.Venca mengangguk, deru dalam dadanya masih berlanjut. Bagaimana kalau Revan melanjutkan yang tadi? Tentu saja mereka kan sudah berstatus beda, kegiatan ranjang tentu saja menjadi kewajiban bukan?Revan dan Venca tercengang begitu keluar dari kamar. Ruang makan sudah ditata sedemikian rupa. Jadi bernuansa candle light dinner. Tentu saja ini menambah gelegak dalam diri Revan dan Venca.&nbs

  • Terjebak Cinta Segitiga   Malam Pertama

    “Jadi, tadi malam kakak ngapain aja?” tanya Safia penasaran. Sangat.Venca—gadis yang ditanya itu tidak menjawab apa-apa, dia hanya tersipu-sipu penuh arti. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Revan yang duduk di berlainan meja dengannya.“Aku bukain kado. Seru, deh,” jawab Venca.Safia yang mendengar itu melemaskan pundak. Enggak mungkin kalau misalnya hanya buka kado saja. Masa iya?“Masa, si, Kak? Enggak ada adegan di ranjang gitu?” tanya Safia penasaran.Mata Venca membulat. Lantas menggeleng. “Paling di ranjang tadi kita tidur berdua. Terus, ngobrol, terus saling tahu kebiasaan sebelum dan sesudah tidur, begitu aja,” tutur Caca sambil menerawang.Safia menghela napas hampir tak percaya rasanya, kakak iparnya ini ugu sekali. Sarapan kali ini, Revan dan Venca terpaksa turun ke bawah. Bapak Venca yang memintanya pagi ini. Lagi pula Bapak meminta Venc

  • Terjebak Cinta Segitiga   Malam Pertama Venca dan Revan

    Aula hotel seperti disulap menjadi lebih indah.Kalau saja pernikahan pertama Venca besar-besaran, tak kalah, pernikahan keduanya pun megah.Revan anak pertama, dan juga anak lelaki satu-satunya, tidak mungkin kalau pernikahannya biasa-biasa saja.Meski Venca menyandang status janda. Dan Revan setengah mati meyakinkan Ambu soal statusnya ini.Dalam hati Ambu yakin, kalau Venca jujur soal dia bilang tidak pernah disentuh oleh mantan suaminya.Hari bersejarah untuk Revan dan Venca tiba.Meski dalam hati Venca sempat malu akan statusnya. Bukannya apa-apa, keluarga Revan sangat terhormat. Tampil jadi saksi akad nikah saja, walikota Bandung. Bagaimana Venca tidak minder?Venca mungkin minder, tetapi, bapak Venca bangga bisa sebelah-sebelahan dengan walikota. Meski dia juga kadang bertemu dengan pejabat-pejabat daerah.Prosesi akad dipimpin oleh penghulu, sementara Venca akan keluar dari ruang tunggu ketika akad s

DMCA.com Protection Status