Beranda / Young Adult / Terjebak Cinta Cowok Culun / 1 > Rencana dan Pentas Seni

Share

1 > Rencana dan Pentas Seni

Penulis: Asterona
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-05 17:57:44

Bagi Mery, diskors merupakan hal yang menyenangkan, tapi yang menjengkelkan adalah waktu skors-nya yang selalu bertepatan dengan acara pentas seni. Kalau begini, dia harus rela merubah sedikit penampilannya malam nanti agar bisa menghadiri acara tahunan sekolah itu. Demi menemani kedua sohibnya, Raya dan Tasya.

Tasya dan Raya mengernyit ketika melihat Mery mengeluarkan kacamata serta wix panjang dari lemarinya, benda bulat itu terlihat baru, padahal mereka sangat mengetahui Mery membenci benda yang identik dengan cupu itu.

Meletakkan barang aneh di atas kasur, Mery berkata. "Gue siapin semua, lo bedua tinggal tunggu."

Tasya dan Raya menaikkan alis mereka kemudian saling berpandangan, heran.

"Lo...yakin, Ry? Gue kira lo bakal berubah jadi apa gitu. Lah, malah jadi gini," ucap Raya bersedekap. Memandang remeh.

"Lo nggak usah protes. Liat aja nanti, gue bakal temenin lo bedua."

Raya semakin heran dibuatnya, pula, dilihat dari notebene Mery yang sering membully adik kelas sepuluh terutama yang memakai kacamata. Sangat mengherankan, jika kini cewek itu yang gencar mengenakanya.

Tasya hanya merespon dengan gidikan bahu sesaat kemudian mengambil alih remote TV dari tangan Raya.

"Terserah lo dah, Ry. Gue mah oke-oke aja."

Entah darimana Mery mendapatkan ide konyol itu, hanya demi menemani kedua temannya menonton pentas seni.

"Btw, lo bedua udah tanya belom kapan pensinya mulai?" Mery menyisir wixnya sebelum mengenakannya.

"Udah," sahut Raya. Duduk di sofa, menopang dagu sambil cemberut. "Ka Raqa bilang entar dikasih tau lewat GC, kesel gue jadinya."

"Gue yang kesel, lo mah senyum-senyum doang. Dasar kampret!" Tasya mengganti channel TV-nya. Melirik Raya sekilas.

"Heran gue sama tuh OSIS."

Suara getar dari ponsel Mery terdengar keras, ia lalu mengambil ponselnya di laci nakas dan mengusap layarnya setelah memasang wix tadi di kepalanya.

Ternyata di sana tertera notif grup chat kelas yang banyak belum terbaca.

XI IPA-4

Ketos Bacod: Selamat malam.

Untuk pensi malam ini, akan dimulai pukul 20.00 diharapakan seluruh siswa dan siswi agar segera bersiap-siap. Terima kasih.

Gesya Cupu: Siap ka 👌

Hanif Lebay: Oke ka, siap meluncur.

Kesya Cengeng: Wah, pasti seru banget. Aku siap dari sekarang kaka. 😊

Mery mendesah cepat setelah membaca pesannya kemudian melempar sembarang ponselnya ke kasur, yang benar saja jam delapan, ia bahkan belum bersiap-siap sama sekali.

"Lo udah baca grub?" tanya Mery menatap kedua temannya sembari menjatuhkan pantat ke kasur.

"Udah, jam delapan anjir," sahut Tasya, ia lalu bergegas memilih pakaian yang sudah ia bawa dari rumahnya.

"Makanya cepetan." Mery berdiri di depan cermin sambil memoleskan sedikit make up di wajahnya. Tidak perlu terlalu banyak, toh ia juga berperan sebagai cewek cupu. Jika tidak, bisa gagal rencananya.

Beralih ke Raya, cewek itu berkali-kali mencocokkan dressnya dari berbagai warna. Mulai pink, hijau, sampai warna ungu yang terkenal dengan arti 'janda'. Raya mendesah, tidak mungkinkan ia mengenakan dress ungu itu?

"Ka Raqa suka warna apa ya?" gumam Raya. Dia memang menyukai ketua OSIS itu dari kelas sepuluh.

"Gak usih mikir banyak lo, lagian Ka Bima gak bakalan peka." Tasya memasang anting di kedua telinganya.

"Setidaknya gue udah usaha." Setelah berpikir, akhirnya Raya memilih dress putih saja.

Ini bukan pertama kalinya mereka melakukan hal yang dilarang. Jadi terserah, soal resiko itu dirasa seperti angin lalu yang tidak bereaksi apa-apa.

Dirasa sudah siap, Mery membalikkan badannya ke arah Tasya. Menampilkan jaket merah kebesaran berwarna maroon serta rok hitam yang menutupi sampai bawah lututnya.

Tidak lupa, kacamata dan wix yang dikepang dua membuat cewek itu terlihat berbeda.

"Ini, beneran lo, Ry?" Raya memandang tubuh Mery dari atas ke bawah sambil menganga.

"Menurut lo?"

Tasya bahkan lupa mengantup mulutnya.

"Gesya, si cupu yang sering lo bully itu."

Mery melotot. "Mit amit."

***

merasa begitu lelah hari ini usai rapat dan mempersiapkan hal untuk pensi. Apalagi malam ini ia harus bersiap mendokumentasikan acaranya.

Lelah, tapi Aldevan harus menjalaninya.

Usai mengganti seragam putihnya dengan kaos lengan pendek ponselnya bergetar, Aldevan meraih ponselnya yang terletak di atas nakas dan ternyata bunyi itu berasal dari notifikasi chat w******p Raqa.

Ka Bima

Pensi dimulai jam 20.00

Lo bisa bersiap mulai sekarang, gue minta lo datang lebih awal.

Aldevan melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 19.15, waktu yang sangat sedikit untuknya beristirahat apalagi Bima menyuruhnya datang lebih awal.

Memilih tidak mempermasalahkan itu, dia beranjak dari kasur, menyambar handuknya yang menggantung dan berjalan menuruni tangga kemudian ke arah dapur.

Di sana, ia melihat Anggie--Ibunya yang sedang memotong beberapa sayuran di meja. Di sampingnya juga ada Davina, kakaknya yang tengah sibuk bermain ponsel.

Anggie menatap Aldevan. "Kamu mau makan sesuatu, Aldevan?" Anggie melirik Aldevan sekilas, lalu memotong mentimunnya.

Aldevan hanya menggeleng, ia mendekati kulkas kemudian mengambil sebotol air dingin dan meminumnya sampai tersisa setengah.

"Kamu ada acara hari ini? Mama bisa siapin, entar kamu kelaperan, bisa sakit, Aldevan." Anggie nampak khawatir, wajar saja karena ia sering mendapati Aldevan berwajah lesu sehabis pulang sekolah.

"Mama nanya dijawab kambing, mau jadi anak durhaka lo?" cibir Davina yang langsung mendapat tatapan datar dari Aldevan.

"Devan sibuk."

Dua kata sudah cukup bagi Aldevan, singkat dan jelas serta tidak banyak berbasa-basi. Ia lalu melenggang masuk ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian, cowok itu keluar dengan handuk putih melilit belakang lehernya. Dia mengenakan celana boxer hitam.

"Davina maunya susu, Ma..."

"Manja lo, bikin sendiri sana!" Kali ini Aldevan yang bicara, cowok itu tanpa dosa menyesap teh milik Davina yang disiapkan Anggie di atas meja.

"Teh gue! Enak aja lo minum sembarangan!" Davina hendak kembali merebut tehnya, namun telah habis oleh Aldevan dalam satu tenggakan. Aldevan mundur selangkah, menghindari rebutan Davina.

"Dian, kembaliin teh gue!"

"Udah-udah, Davina, kamu bikin susu aja sana," pinta Anggie melerai kedua anaknya.

"Tuh dengerin," cengir Aldevan.

Davina bangkit dan mengibaskan tangannya. "Ish. Awas aja lo!"

Anggie hanya mendengus geli sambil menggeleng beberapa kali melihat kelakuan kedua anaknya, sementara Difka tertawa pelan seraya menepuk pelan pundak Aldevan yang mengambil duduk di sampingnya.

"Ngomong-ngomong, kamu sudah menemui Bu Martha? Gimana katanya Aldevan," tanya Anggie, lebih tepatnya ia sengaja menyuruh Difka melakukan itu guna mengontrol sekolah Aldevan.

Aldevan hampir tersedak ketika menguyah kue kering dimulutnya. Lah, untuk apa Anggie meminta itu?

"Sudah. Aldevan baik kok di kelas, dia juga sering aktif kegiatan. Seperti sekarang, Bu Martha bilang hari ini ada pensi jam delapan dan Aldevan dapat tugas dokumentasiin acaranya. Benar kan, Yan?"

"Hmm." Aldevan kembali menguyah kue keringnya.

"Bagus kalo gitu. Acaranya hari ini, kan? Sebentar mama siapin makanan buat kamu."

"Nggak usah, Ma. Bentar lagi aku berangkat."

"Oke, mama siapin bekal buat kamu."

"Ma." Aldevan berdecak sebal. Dia agak risih merasa diperlakukan manja. "Aku bisa beli makanan di sana."

Anggie mengangkat bahunya acuh, mulai menyiapkan makanannya. Selesai, Anggie membungkus bekal itu dengan plastik. Menyerahkannya pada Aldevan.

"Makanan di sana nggak terjamin higienis. Mama nggak mau kamu sakit perut."

Dian pasrah. Dia menerima bekal iti lalu bangkit dari duduknya. Mencium punggung tangan Difka dan Anggie bergantian.

"Devan berangkat."

Dari jauh Davina memperhatikan Aldevan sambil menarik satu sudut bibirnya. "Nggak salaman sama gue?"

"Males."

"Dasar adik durhaka!"

•••

Suara riuh serta gemerlap lampu memenuhi area lapangan sekolah SMA Bakti Buana. Beberapa kamera, kursi, dan panggung sudah ditata sedemikian rupa. Bagian sisi kiri dan kanan panggung diletakkan balon dengan berbagai warna. Oh ya, pensi kali ini juga bertepatan dengan ulang tahun sekolah. Jadi, beberapa dekorasi ditata layaknya acara ulang tahun.

SMA Bakti Buana sendiri merupakan salah satu SMA populer di kota Bandung, terdiri dari lima gedung dengan corak hijau bercampur putih, pada bagian belakang sekolah ini terdapat taman yang cukup besar. Biasanya, taman itu dipergunakan untuk tugas penelitian murid jurusan IPA karena terdiri dari tanaman-tanaman herbal.

Jika kalian pergi ke sisi lapangan, maka ada kursi panjang yang khusus disediakan dengan berbagai warna. Kursi dengan panjang sekitar satu meter itu biasanya ditempati murid-murid pada jam istirahat. Atau, siswa-siswi yang selesai olahraga bisa mengistirahatkan dirinya di sana.

Mery baru saja turun dari mobil bersama kedua temannya. Raya mengenakan dress dengan sepatu berwarna senada, sementara Tasya mengenakan kaos hitam dipatu celana jeans putih dan sepatu sneakers putih.

Dari ketiga cewek tadi, hanya Mery yang terlihat berbeda.

"Kacamata lo melorot, Ry," tegur Tasya.

"Gue sengajain biar keliatan cupunya, lo bedua banyak bacot ah, gue harus ngelakuin ini emang demi nemenin lo."

Raya hampir meneteskan air mata entah kenapa. "Gue terharu Ry. Salut gue sama lo."

Tasya menyikut lengan cewek itu keras.

"Lebay lo!"

"Yakali, gue baru kali ini nemuin teman sesolid lo."

"Basi. Cepetan kita masuk, entar ketahuan lagi gue kelamaan di sini, lo bedua yang tanggung jawab." Mery lebih dulu masuk, melewati anggota OSIS yang berjaga di depan gerbang, lalu panitia yang sibuk mengatur acara. Meski sedikit gugup, Mery dengan akting ala-ala anak cupu berhasil mengelabui mereka.

Langkah lebarnya membawa cewek itu sampai di kursi penonton.

"Gue saranin kita nggak boleh terlalu deket, Ry. Pasti banyak yang curiga, mereka, kan masih mikir lo diskors."

"Tenang. Lo liat muka gue gak?"

Keduanya menggangguk.

"Mirip sama Mery yang lo kenal?"

"Gak. Ini malam, muka lo kayak makin tambah item, bukan item sih maksud gue, gak keliatan ini. kan gelap," sahut Raya seenaknya.

"Ya iyalah, orang make up-nya gue sengajain hitem."

Keduanya mengangguk lagi, mereka mengambil posisi kursi barisan tiga, satu barisan di belakang Mery. Dengan jarak yang tidak jauh mereka masih bisa berkomunikasi.

Sementara menunggu acara dimulai, lagu perfect milik Ed Sheran mengalun indah. Suasana kian ramai oleh datangnya siswa dan siswi dari kelas sepuluh sampai dua belas.

Langit malam berhias bintang nampaknya sangat mendukung acara ini.

Mery tetap diam, Raya dan Tasya sesekali memotret pemandangan sekolah.

"Gue mau post di status WA ah," gumam Raya.

"Gue pengen tenggerin di I*******m."

Keduanya sibuk, lalu apa yang Mery lakukan? Membosankan. Namun mendadak matanya melihat seorang cowok memotret salah satu penonton, Mery jadi pengen dipotret juga.

"Hei, lo yang pake kamera, cepet ke sini!" pintanya bossy.

Aldevan menaikkan satu alisnya sebentar, dan mengacuhkan Mery. "Gue sibuk."

"Bentar doang. Lo gak bakal berhenti sekolah di sini juga kalo lo tinggalin. Cepetan!"

Aldevan berdecak, demi kenyamanan penonton ia terpaksa menghampiri Mery.

"Kenapa sih, Ry?!" tanya Tasya di belakang.

"Lo mau difoto pake kamera gitu gak?" Mery menunjuk kamera di tangan Aldevan. Cowok itu sudah berdiri dengan wajah datar dan tatapan malasnya.

"Mau banget, Ry." Kompak ketiganya langsung berdiri lalu mengambil pose sebagus mungkin.

"Cepet fotoin kita."

Aldevan berdesis. "Enak aja, gue make kamera buat dokumentasi, bukan motret cewek kayak lo betiga."

"Apa salahnya sih nurutin kemauan gue? Cepet ah lo kebanyakan mikir."

"Emang gue mau?" Aldevan mengarahkan kameranya ke panggung, pembawa acara telah berdiri di sana untuk memulai.

"Ih. Bentar doang. Pelit amat lo."

"Enggak!"

Mery ngeyel, ia merebut paksa kamera Aldevan. Keduanya saling berebutan layaknya anjing dan kucing berebut makanan. Sedangkan Tasya dan Raya bertepuk tangan sambil bersorak 'tarik terus'

Lah, dikira tarik tambang?

"Gue bilang nggak, ya nggak!" Aldevan bersikukuh.

"Bentar doang."

"Leher gue, goblok!" kekeh Aldevan ketika lehernya hampir tercekik karena Mery menarik kuat tali kameranya.

"Upps!" Mery melepaskannya.

"Lo mau bunuh gue, hah?"

"Gue gak sengaja."

Aldevan memutar bola matanya malas.

"Ada apa ini?" suara itu milik Arlan yang datang entah darimana.

"Biasa. Nih cewek pengganggu."

Arlan menatap Mery penuh minat, ia tertawa pelan, "Cupu gini lo bilang pengganggu?"

Mery segera menunduk, sial, jangan sampai ia ketahuan.

"Tanya mereka?" Aldevan melirik dua cewek di belakang Mery.

"Nggak kok, kita cuma minta foto, kan, Ya?" ucap Tasya menyikut lengan Raya

"Iya. Tuh cowok kagak mau." Raya melirik Aldevan sekilas.

"Hm, gitu aja dipermasalahin, kalian merapat biar gue fotoin sini." Arlan mengarahkan kameranya pada mereka bertiga.

"Dasar tukang modus!" cibir Aldevan. Arlan nyengir.

Mery, Tasya, dan Raya bergegas mengatur pose mereka. Dan pada hitungan ketiga Arlan sukses membidik mereka, kemudian melihat hasil jepretnya.

"Oke bagus."

"Thanks." Selesai mengatakannya, Mery berniat kembali ke tempat duduk mereka, tetapi Raya mengajak ke salah satu stand penjual makanan.

"Bagus gak?" Arlan memperlihatkan hasil foto ketiga cewek tadi pada Aldevan. "Sini, liat bentar aja."

Dengan terpaksa Aldevan memperhatikan foto itu, lalu mengeryit ketika Arlan menzoom dan menggeser fotonya sehingga menampilkan satu cewek berkepang yang berpose di tengah.

"Bentar, ini bukannya cewek yang di skors pagi tadi?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Moryn Rahayu
namanya aldevan apa dian sich. koq jdi bingung
goodnovel comment avatar
Yeni Rosdiani
papa mama aj bilangnya.. aneh bgt gaya bhasanya... difka anggie, what.!!??...‍♀️
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   2 > Dia?

    Arlan berulang kali mencocokkan kemiripan salah satu cewek yang baru saja mereka potret pagi tadi. Ia mengernyit dalam sembari menunduk, dua kamera disejajarkannya. Bahkan wajah Arlan sangat dekat dengan kameranya.Kevin bertanya. "Gimana?" "Hmm ... mirip banget sih menurut mata gue, tapi gak mungkin, gue gak yakin. Tuh cewek lagi diskors, mana dibolehin nonton pensi." Arlan menggeleng kuat-kuat. Kevin berdecak beberapa kali. "Gue berani taruhan kalo itu dia. Gimana kita cari aja tuh cewek?" "Oke, siapa takut. Al, lo ikut nggak?" Arlan menatap Aldevan. Cowok itu masih sibuk merekam pentas paduan suara dari anak kelas X IPS-3. "Lo aja sana. Gue gak tertarik." "Yah, lo mah gitu terus, sekali-kali dong buka mata lo lebar-lebar. Liat dunia luar terutama cewek-cewek cantik. Monoton banget hidup lo." Aldevan melirik tajam sekilas Arlan dengan ujung matanya. "Bullshit lo bedua!" ••• Mery kini berada di salah satu stand penjual makanan, makanan manis pastinya, cupcake coklat dan berbaga

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   3 > Permintaan Sulit

    "Lo?"Mery membulatkan matanya beberapa saat, dia menatap Aldevan penuh pertanyaan sekaligus agak malu di hadapan cowok itu. Coba pikir bagaimana imejnya nanti kalo ketahuan disangka nyuri padahal tidak? Terlebih lagi, penyamarannya jadi cewek cupu kemungkinan terbongkar karena cowok itu.Sementara Aldevan nampak memutar bola matanya bosan, dia enggan peduli sama tatapan beberapa orang atau tatapan heran Mery padanya. Dasar cewek gesrek emang."Ini kembaliannya, Dek. Lain kali hati-hati kalo nolong orang, kita gak bisa percaya gitu aja. Itu cuma modus." Si pramuniaga tadi menyindir, melirik Mery dengan ujung matanya. Mery sempat melotot namun pramuniaga itu tidak peduli.Aldevan malah tertawa mendengarnya, senyum tanpa dosa menampilkan gigi-gigi putihnya yang berjejer rapi."Bisa aja, Mbak. Maling emang nggak ada yang mau ngaku," sindir Aldevan lagi.Mery menghentakan kakinya kesal. Ditatapnya Aldevan penuh amarah."Enak a

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   4 > Cewek Sialan

    Selain mengepang rambutnya Mery juga hanya memakaikan sedikit polesan bedak di wajahnya. Jujur, rasa gerah dan panas ketika Mery membiarkan wix yang ia pakai bekas tiga hari lalu harus dipakai ke sekolah pagi ini. Meski tidak sudi, tapi ia juga harus menjaga imejnya sebagai cewek yang menepati janji. Entah kenapa juga ia tidak mengerti, seperti tanpa sadar ia mengiyakan persyaratan cowok itu. Setelah bersiap-siap, dengan langkah berat Mery menaiki mobil yang sudah ada pak Ilham--supir pribadinya. "Jalan, Pak," perintah Mery yang duduk di kursi depan samping pak Ilham dengan malas. Pak Ilham menatap Mery sumringah. "Wah, Non beda hari ini. Gimana kalo bapak kasih tau sama Tuan?" Mery menggidikan bahunya, diketahui Papanya saja ia malu apalagi kalo sampai satu sekolah. Mau ditaruh dimana mukanya nanti? Di bak sampah? "Bodo amat, Pak. Cepetan jalan!" Pak Ilham hanya tertawa pelan, kemudian mobil mereka menyusuri jalanan pagi

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   5 > Hukuman

    Tidak sampai disitu rupanya kesialan Aldevan, baru saja dia sampai di depan gerbang sekolah, Mery menghadangnya dengan merentangkan tangan di tengah jalan. Menghalangi cowok itu untuk masuk lebih dalam menuju parkiraan. "Stop!" Mesin motor Aldevan kontan berhenti, telat sedikit saja bagian depan motornya akan menghantam perut Mery. "Udah bosen hidup lo hah?!" tanya Aldevan tegas, ketika cewek itu malah acuh dan bersidekap. "Gue malah bosen liat muka lo," ucap Mery, ketika Aldevan turun dari motornya. Cowok itu membuka helm dan merapikan rambutnya. Tidak sepenuhnya Aldevan kesal, ia malah tersenyum sinis karena penampilan Mery yang 80% berubah, rambutnya dikepang, kacamatanya hampir melorot, dan kuku yang dulunya dicat sekarang bening kembali. Lalu 20% yang kurang itu adalah seragamnya yang begitu ketat dan sifatnya yang urakan. "Lah, kalo gitu kenapa lo ngalangin jalan gue?!" ucap Aldevan penuh penekanan. "Suka-suka gue lah!"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   6 > Janji VS Taruhan

    "Kak Aldevan." Suara imut itu entah datang darimana, Aldevan menoleh, alisnya bertaut, Mery celengak-celenguk mencari pemilik suara. Tapi, Aldevan mengenali suara itu. Dan benar saja, ketika matanya memandang sisi tiang basket... Sarah berdiri di sana sambil menyunggikan senyum pepsodent. Tampak kegirangan apalagi saat bertukar pandang dengan Aldevan. Namun sesaat melihat sosok Mery, senyumnya langsung pudar. "Kakak ngapain di sini?" tanya Sarah polosnya. Menatap Aldevan lalu menatap Mery sinis. "Ini siapanya kakak?" tunjuk Sarah pada Mery. Mery bersedekap, dia memutar bola mata malas. Siapa lagi coba cewek ini? "Bukan urusan lo," ketus Aldevan. Nada bicara yang sama saat ia menjawab siapapun, kecuali pada orang lebih tua Aldevan lebih sedikit beretika. Mery mendengus, sepertinya Aldevan juga tidak suka kehadiran cewek ini. "Dengerin tuh bukan urusan lo, makanya cepetan pergi, lo itu ganggu!" "Lo yang harusnya pergi, dari tadi gue liat Kak Aldevan risih sama kehadiran lo," titah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   7 > Dilema

    Aldevan mengusap wajahnya gusar, mungkin antara keberadaan Mery yang tiba-tiba menabrak dirinya hingga dadanya terasa sakit atau taruhan Arlan yang tidak main-main. "Rese! Kepala lo itu udah kayak batu, mana ada siang bolong gini hantu?!" celetuk Aldevan mengambil jaketnya yang terjatuh. Mery mengusap lehernya salah tingkah, dilihatnya wajah Aldevan sambil mengangkat dagu menantang. "Oke kalo lo nggak percaya. Gue bisa buktiin." Mery meraih tangan Aldevan, tanpa sadar cewek itu menuntunnya hingga beberapa langkah. Tapi ditepis oleh Aldevan. "Gak usah pegang-pegang!" ketus Aldevan. Mery mengibaskan tangannya. "Siapa juga yang pegang-pegang tangan lo." Lah, terus tadi lo ngapain? Pegang tangan setan? Aldevan hampir saja mengeluarkan pertanyaan itu jika tidak menutup mulutnya rapat-rapat. Arlan dan Kevin saling berpandangan heran, mereka hanya bisa mengikuti dua orang di depannya menuju taman belakang sekolah. Terpaksa Kevin tahan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   8 > Melepaskan Diri

    Mery tidak tahu harus berbuat apa ketika cowok di hadapannya ini menguatkan pelukan di pinggangnya. Padahal Mery sudah berkata dengan mata yang mulai berkaca-kaca. "Lepasin gue, Ren. Gue gak bisa." Mery berusaha melonggarkan pegangan tangan Rendi dari pinggangnya. Namun tenaganya kalah kuat dari cowok itu. "Kenapa gak bisa? Lo lupa sama kejaAldevan tiga bulan lalu? Gue sayang sama lo, Ry." Rendi meniup-niup telinga Mery, dia tidak peduli seberapa kuat usaha Mery melepaskan tangannya. "Gue emang pernah ngelakuin itu sama lo, tapi itu bukan berarti lo bakal selamanya jadi milik gue, Ren. Sekarang lepasin gue, lo gak bisa kayak gini. Cepetan!" suara Mery meninggi. Mungkin menurut Mery mempermainkan hati cowok itu biasa. Terlampau dari apa yang ia lakukan dulu, dan Rendi menjadi salah satu korban permainan hatinya.Rendi menggeleng kuat. "Gak, pokoknya lo harus jadi milik gue," titah Rendi. Mery menggeleng cepat, masih berusaha melepaskan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • Terjebak Cinta Cowok Culun   9 > Seperti Malaikat

    "Kakak nggak usah kaget gitu, kebetulan Mama aku juga minta beliin barang yang sama." Sarah tersenyum seraya menyodorkan dua barang itu pada wanita tadi, sementara Aldevan mengangkat bahunya acuh, tidak peduli. Sarah tidak menyerah, dia terus bersuara lagi. "Aku denger kakak ngucapin kata Ventylin-ventylin gitu... jadi aku pikir barang yang Kakak beli sama kayak aku. Dan ternyata bener." Aldevan manggut-manggut, mau sebanyak apa Sarah menjelaskan dia juga tidak mengerti. Toh, Aldevan tidak tahu bentuk barang itu seperti apa. Jadi, ia pasrah saja pada pilihan Sarah. "Kakak kenapa harus beli itu? Emang siapa yang pake?" tanya Sarah basa-basi, sekedar mengikis kecanggungan antara mereka. yang ditanggapi Aldevan dengan muka datar saja. "Bukan urusan lo!" Sarah kembali mengerucutkan bibir, berbicara dengan kakak kelasnya satu ini memang harus siap mental diketusin. Tidak jarang orang yang ingin berbicara dengan cowok itu, selalu berakhir pilu.

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   85 > Mulai Membaik

    ingga saat ini, Nayra tidak bisa meyakinkan hatinya untuk menceritakan kejadian beberapa jam lalu pada Rifdan, meski tak ada luka yang membekas, tetap saja bayangan tragedi tadi melintasi pikirannya. Nayra perlu waktu untuk melupakan semua itu.Nayra berjalan dengan tangan sedikit gemetar, setelah Nickey memberhentikannya tepat di depan pagar, ia meraih handle pintu yang tidak terkunci."Aku pulang."Tidak ada sahutan, kecuali suara detak jam yang menunjukkan pukul 10.15 malam. Lampu ruang tamu juga masih menyala dan sisa bungkus makanan berserakan dimana-mana. Kebiasaan Rifdan seperti ini sungguh membuat Nayra lelah, namun ia tak dapat menyangkal jika ayahnya berubah depresi ringan sepeninggal ibunya.Perubahan perilaku dan emosi ayahnya juga sering dirasakan Nayra.Seperti sekarang perilaku ayahnya yang terkesan kekanakan. Meracau tidak jelas saat tidur dan sesekali menangis di sela tidurnya, sangat menyayat hati Nayra.Andai ibunya

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   84 > Cinta Itu Buta

    Ketika hati dibutakan oleh cinta, semuanya terasa kelu untuk diucapkan, ketika mereka baru saja bersama dalam waktu sesingkat ini. Apakah Tuhan juga akan memisahkan kurun waktu sesingkat itu juga?Mereka mendekap, saling tenggelam dalam heningnya kejadian beberapa menit lalu sampai akhirnya mereka menyadari suara langkah kaki menggema menuju ruangan yang mereka pijaki.Nayra berusaha menjauhkan tubuhnya dari Nickey saat cowok itu semakin mengeratkan pelukannya. Tangan yang melingkari bahunya terasa menegang menyesakkan dada Nayra.Nayra mendongak sambil mendorong dada bidang Nickey menjauhi dirinya."Aku pengen tau apa maksudnya, mereka bilang kamu cuma bersandiwara, Nickey." Nayra melirih meski hatinya terasa sesak, ia juga perlu penjelasan. Menjelaskan semua pertanyaan di otaknya.Nickey tercekat, lidahnya kelu berucap. Kepala yang menunduk meyakinkan Nayra mengulang lagi pertanyaannya. Namun dengan nada begitu memohon."Tolong jelasin sem

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   83 > Tolong Aku !

    "Iya gue. Danu, penyelamat lo waktu itu."Kalimat itu terdengar untuk kedua kalinya. Nayra mengerjapkan matanya berkali-kali memastikan sosok di hadapannya.Dia yang dianggap baik hanya ilusi belaka. Meski Nayra jarang bertemu lelaki itu. Ia masih tak percaya faktanya. Memang benar, sesuatu yang baik di luar belum tentu baik di dalam. Hanya sandiwara semata.Nayra menghela dalam dan menghembuskan nafasnya perlahan. Tangan dan kakinya masih diikat sehingga ia tak bisa bergerak. Bagaimanapun nanti ia harus bisa keluar dari sini."Lepaskan aku! Emang kamu mau apa?" Nayra menggeram. "Bukannya kamu teman Friska. Kenapa kamu ngelakuin ini?"Danu mendekatkan wajahnya setelah tersenyum sinis, sedikit berjongkok dan menatap lekat-lekat kedua bola mata Nayra. Dengan tangan mencekal dagu Nayra dan mendongakkannya, Danu mencoba menakuti gadis itu."Teman? i not believe friends. Itu cuma omong kosong."Danu menghempas kasar dagu Nayra,

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   82 > Penculikan

    Cowok dengan wajah khawatir berulang kali menekan nomor yang sama. Berkali-kali pula ia memanggil nama itu. Berharap yang dipanggil akan mendengar. Dari kampus yang sepi ini ia tidak melihat siapapun.Pula, berulang kali Nickey memanggilnya. "NAYRA!!"Teriakan itu kembali terdengar di suatu lorong yang sempit. Di belakang kampus. Ia mengenyahkan ketakutannya menelusuri tiap sudut universitas itu. Berkali-kali ia mengerjapkan mata memastikan ada tidaknya keberadaan seseorang di sana.Namun harapan itu pupus ketika ia hanya melihat untaian daun kering bergelantungan diatasnya. Sekali lagi ia mencoba mencari. Tetes demi tetes keringat mengalir di pelipisnya.Nickey yakin gadis itu ada di sini saat suara hentakan dari lantai atas menusuk telinganya.Gedebug gedebugSuara boriton itu membuat Nickey menautkan kedua alisnya. Ia berlari kearah tangga sumber suara.Namun hasilnya tetap sama, ia tak menemukan apapun kecuali satpam y

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   81 > Kebohongan

    "Kamu mau pesen yang mana?" Nickey menyodorkan daftar menu pada Nayra.Tidak ada alasan khusus, hanya saja ia ingin menghabiskan setidaknya sedikit waktu saja bersama Nayra. Dan kini mereka berada di salah satu kafe es krim, tidak jauh dari pertigaan jalan menuju rumah Nayra.Nayra mengerjap sekali, menatap daftar menu yang sangat asing di matanya. Yang ia tahu, rasa es krim itu hanya ada dua, coklat dan stoberi. Kolot memang."Atau mau gue pilihin?"Oleh Nickey tangan Friska ditepis, sesaat ingin menjangkau daftar menunya. "Sibuk, biar Nayra yang milih," titah Nickey.Friska mengerucutkan bibir."Apasih lo, gue sahabatnya, yajelas gue paling tau."Nickey hanya memutar bola mata, sedangkan Nayra berdecak berkali-kali."Kalian nggak bisa nggak ribut kalau sehari aja. Itu nggak baik lo kata ayah, harus akur."Senyum Nayra membuat Friska terpaksa menutup mulut rapat-rapat, sementara Nickey tertawa kecil, lalu menatap Na

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   80 > Suasana Rumah

    Bisa dicap hari ini, hari paling berkesan bagi Nayra. Ia baru saja mendapatkan hasil kerja kerasnya, lebih tepatnya hasil dari penjualan kue yang ia buat. Ternyata benar apa kata orang, hasil tidak akan mengkhianati perjuangan. Apalagi perjuangan itu diiringi dengan niat, maka hasilnya pasti lebih sempurna.Perjuangan Nayra yang rela begadang demi membuat kue hingga larut malam. Sebab itu sekarang ia mulai menguap, rasa kantuk dan matanya terasa sangat berat untuk membuka, menemani perjalanan pulangnya dari kampus. Ia sudah lama menahan hal ini terutama saat pelajaran bu Antik, harus sepenuhnya sadar agar tidak dikenai hukuman beliau.Seperti biasa, Friska juga menemaninya sekarang. Cewek itu memainkan ponsel, meski sesekali tertinggal karena harus mengimbangi langkah Nayra yang lumayan cepat."Jalannya cepetin dikit dong Nay, kaki gue jadi pegel kalo lambat gini," keluh Friska yang berada di depan.Nayra menoleh sambil tersenyum, berusaha menyadarkan dir

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   79 > Gadis Idaman

    Mungkin baru kali ini, Nickey terpaku pada seorang gadis yang tengah memungut sampah di sekitar area kelas. Pemandangan itu membuat Nickey yang baru saja melangkah di ambang pintu kelas mengerutkan keningnya beberapa saat.Tidak seperti biasanya, walaupun Nickey mengetahui hari ini jadwal Nayra piket kelas, setidaknya pekerjaan semacam itu tidak cocok dilakukan perempuan.Biasanya ia mendapati Wira atau Erik yang melakukan itu.Nickey menghampiri. "Ngapain ngelakuin itu sih, Nay? Udah tinggalin. Itu tugas Erik sama Wira."Sepertinya Nickey kesal, ia langsung merebut sampah plastik itu dari tangan Nayra kemudian membuangnya sembarang. Nayra pun menatap Nickey heran. Apa salahnya jika ia melakukan hal itu?"Nickey." Nayra beranjak untuk mengambil sampah itu, tapi tangan Nickey menahannya."Aku bilang nggak usah.""Tapi aku nggak masalah. Sekali-kali dong gantian, mereka juga bosan ngelakuin itu terus."Nickey berdecak, ia t

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   78 > Musuh Baru

    Sejak dua puluh menit yang lalu, tepatnya setelah Nayra menghabiskan makannya, tangan Rifdan terus berada dalam genggamannya. Nayra berharap Rifdan segera sadar, walau tadi dokter sempat mengatakan Rifdan tengah tidur. Kemungkinan akan bangun sekitar satu jam lagi. Itupun hanya perkiraan, selebihnya Tuhan yang menentukan.Bersama Nickey yang berada di sampingnya, duduk menopang dagu. Sesekali mengusap bahu Nayra."Sabar, ayah pasti sadar," ucap Nickey menenangkan. Tetapi jauh di relung hatinya, Nickey mengkhawatirkan sesuatu yang membuatnya ingin lekas pergi dari tempat ini.Nayra mengangguk halus, tangannya tetap setiap mengusap punggung tangan Rifdan sesekali menciumnya. Rifdan selalu mengatakan kalau sentuhan adalah cara paling ampuh untuk berinteraksi dengan seseorang, meski orang itu sedang tidak sadar.Dan benar saja, beberapa menit kemudian jari Rifdan melakukan pergerakan kecil, yang mungkin tidak disadari mereka yang berada lumayan jauh dar

  • Terjebak Cinta Cowok Culun   77 > Untukmu

    "Permisi."Suara milik dokter itu lantas membangunkan dua orang yang tengah terlelap. Nickey menegakkan punggung, bangun dari sandaran kursinya meski belum sepenuhnya sadar. Sedangkan mata Nayra perlahan membuka, mengucek-nguceknya sebentar kemudian menatap dokter."Maaf mengganggu," ujar dokter itu. Tampak tidak nyaman karena mengganggu tidur mereka.Nayra ikut berdiri. "Nggak papa dok. Terus keadaan ayah gimana?""Ayah kamu baik-baik saja. Tapi jangan sampai telat memeriksa kesehatannya. Maaf lambat memberitahu, saya tidak tega membangunkan kalian tadi.""Nggak masalah dok," jawab Nickey yang sudah berdiri di samping dokter itu. "Terus kapan ayah Nayra bisa pulang?""Sekitar beberapa hari lagi, kami ingin memantau kesehatannya dulu. Dan Nayra, apa ayah kamu selalu teratur minum obat?"Nayra menggeleng. "Ayah sering lupa, obatnya sekarang juga lagi habis."Dokter itu hanya ber-oh sesaat. "Kalo gitu obatnya dokter s

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status