Rodriguez ingin cepatcepat kembali. Matanya yang tajam melayang dan menyimpan denah keseluruhan wilayah itu. Ia tahu bahwa ia tinggal menempuh beberapa kilometer lagi. Paling banyak lima kilo meter. Ditekannya pedal gas mobil tersebut. Untunglah kendaraan itu bereaksi. Mobil itu bisa
berfungsi kembali dengan baik. Tidak sukar mengganti slangslangnya. Yang sulit adalah berlari sepanjang jalan untuk mencapai mobil itu tadi, dengan membawa peralatan berat di saku, berikut segalon air untuk menggantikan yang merembes keluar. Rodriguez sudah biasaberlari, bahkan dalam udara terik pertengahan musim panas sekalipun. Tapi membawa tambahan beban berat memang merupakan tantangan.Rodriguez bersukur mendapat kesempatan untuk berpikir, sementara mobilnya melaju. Angin panas menerpa pipi dan rambutnya. Ia lebih suka menikmati angin pada pasir dari jendela mobil yang dibuka, daripada kesejukan buatan dari AC. Hanya karena adaperempuan itu ia mau menutup kaca jendela mobil.Perempuan itu…Ia merasa bersalah memikirkan perempuan itu terkurung di toilet yang panas dan kotor. Tapi mau bagaimana lagi? Membiarkan ia menelepon kantor sherifterdekat? Mengajaknya pergi ke tempat mobil ini berada tadi? Perempuan itu tak akan sanggup, pasti akan menghambat perjalanannya, padahal Rodriguez hanyapunya sedikit waktu lagi. berapa lama sebelum polisi bisa mengejarnya? bisakah ia tiba di tempat tujuannya tepat pada waktunya? Mesti bisa.Ia sudah tahu harga yang mesti dibayarnya karena melarikan diri dari penjara, tapi ia bersedia menanggungnya. Ia hanya menyesal, kenapa mesti ada orang-orang lain yang menjadi korban. Ia sama sekali tidaksenang telah menghantam pingsan petugas yang telah menganggapnya sebagai teman. Ia juga tidak senang membuat perempuan itu ketakutan. Perempuan itu merupakan perwujudan dari segala sesuatu yang dibencinya. Orang kulit putih pada umumnya, dan orang kulit putih kaya terutama. Tapi Rodriguez tetap menyesal telah terpaksa melibatkan perempuan itu.Terpaksa?Dengan gerakan kesal ia menyalakan radio dan mengeraskan volumenya. Agar ia bisa mendengar berita,pikirnya. Tapi sebenarnya ia berharap suara keras itu bisa melenyapkan berbagai bayangan tentang Azura. Kenapa ia membebani dirinya dengan tanggung jawab ini? Kenapa ia tidak membuat perempuan itupingsan saja, lalu meninggalkan rumahnya secepat mungkin, tanpa ributribut, seperti saat ia datang? begitu perempuan itu tersadar dari pingsannya dan melapor pada polisi, ia pasti sudah mempunyai tambahan waktu untuk menghilangkan jejak lagi.Tapi bodohnya ia justru tetap di situ dan menyandera perempuan kulit putih itu. Memang ia perlu mandi, tapi kalau terpaksa ia bisa menahan keinginan itu. Ia juga perlu tidur, tapi bukankah ia bisa mencari tempatyang tidak begitu nyaman? bukannya malah memilih tempat tidur perempuan itu, dengan seprainya yang harum dan bantal-bantalnya yang empuk. Dan setelah menikmati kemewahan demikian, kenapa ia tidak langsung pergi sebelum fajar, begitu terbangun? Perempuan itu pasti akan langsung menelepon polisi setelah terbangun, tapi itu mungkin baru berjam-jam kemudian.Pada saat itu jejaknya sudah lenyap.Namun ia malah berbaring memandangi kecantikan perempuan itu. Matanya tak puaspuas memandangi sosok pirang itu. Ia menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma tubuh perempuan itu, memuaskan pen-ciumannya yang sudah lama tidak merasakan keharuman semacam itu.Dan bodohnya ia lalu memutuskan untuk membawa perempuan itu bersamanya. Padahal ia tak pernah bermaksud menyakiti perempuan itu.Baiklah, lalu kenapa kau mengancam dia dengan pisau?Sekadar berjaga-jaga saja.Tapi apa kau perlu menyuruhnya telanjang?Memang tidak perlu. Aku cuma ingin melihat tubuhnya saja. Omong kosong! Sungguh. Aku tidak berniat memaksanya. Lagi pula,dia orang kulit putih. Aku sama sekali tidak suka perempuan kulit putih. Aku jelas tidak menginginkan mereka. Kau menginginkan yang satu ini. Aku sudah lama dipenjara, tahu! Perempuan mana pun tidak ada bedanya bagiku. Kau tidak mau bermain cinta dengannya?Tidak. Kau pembohong besar.Aku tidak merayunya dan tidak berminat untuk itu. Ia mengendalikan hasratnya sekuat tenaga. Ia hanya ingin perempuan itu berada di dekatnya. Itu saja. Untuk mengenyahkan suara-suara hatinya itu, ia sengajamembayangkan berbagai alasan yang bisa menimbulkan rasa tak suka pada sanderanya yang pirang itu. Perempuan itu kaya dan manja, itu sudah jelas. Ia memiliki pembawaan angkuh yang khas orang kulitputih. Sikap ini sudah begitu dikenali oleh pria-pria seperti Rodriguez sejak di bangku kuliah. Itulah fakta pertama yang dipelajarinya ketika ia meninggalkan perkampungan orang untuk masuk college.Gadis-gadis seperti Azura mungkin mau diajak menjalin hubungan sepintas, tapi mereka tidak akan mau serius dengan orang Sepertinya. Kalaupun mau berbuat lebih jauh,itu sekadar untuk mendapat pengalaman seru yang bisa diceritakan pada sesama teman kuliah wanita, bahwa mereka pernah berhubungan dengan seorang Napi.”Ah, masa?””benar.””Seberapa liarnya dia?” Keesokan harinya mereka akan bersikap pura-pura tidakkenal, dan di antara mereka kembali ada jarak.Tapi perempuan kulit putih yang satu ini pemberani. Rodriguez mengakui hal itu. Sejak kemarin ia sama sekali tidak mengeluh ataupun menangis. Sikapnya kaku, apa pun yang mesti dijalaninya. Wajah Rodriguez yang muram melunak dan membentuk senyuman kecil ketika ia teringat cara perempuan itu menangani si polisi jalan raya. Kenapa ia melakukan itu?Rodriguez merasa berutang budi untuk satu hal itu.Dan setelah apa yang terjadi semalam, ia tidak yakin bisa menahan diri lebih lama untuk tidak menyentuh perempuan itu. Saat-saat yang mereka lewatkan bersama di bar Tumble weed benar-benar merupakan surgasekaligus neraka baginya. berkalikali ia berharap ciuman-ciuman yang mereka lakukan adalah ciuman sungguhan. Ia ingin menyelusupkan lidahnya di antara bibir perempuan itu dan merasakannya, ingin melepaskan pakaian perempuan itu dan menyentuhnya. Tadi pagi, sungguh nikmat rasanya ketika perempuan itu tidur bersandar padanya, napasnya pelan menyapu dada Rodriguez.Sial! pikirnya, aku mesti menyingkirkannya.Setibanya di pompa bensin itu nanti, ia akan mengisi tangki mobil sampai penuh, memeriksa keadaan perempuan itu, lalu pergi setelah meninggalkan pesankepada para pemilik tempat tersebut, tentang di mana perempuan itu berada. Kalau polisi sudah diberitahu, perempuan itu bisa mengatakan di mana Rodriguez sebelumnya berada, tapi ia tidak akan tahu arah selanjutnya yang diambil Rodriguez.Atau setidaknya mereka tidak akan tahu persis. Tapi mereka sudah bisa memperkirakan tujuannya, dan akan mencari ke mana-mana. Cuma masalah waktu.Rodriguez cuma berharap ia bisa menyelesaikan rencananya sebelum kehabisan waktu.Ia mempercepat laju mobilnya. Kota itu sudah tampak di depan. Setelah mengambil keputusan untuk meninggalkan perempuan itu, Rodriguez ingin cepat-cepat menyelesaikan urusannya di situ, lalu meneruskan perjalanan. Ia terpaksa mesti membawa mobil perempuan itu, tapi tidak apa. bagi perempuan semacam itu, mungkin tidak sulit untuk mendapatkan mobil lain.Rodriguez berhenti di depan pompa bensin tersebut dan keluar untuk mengisi bensin. Sambil menunggu tangki penuh, ia menambahkan air ke radiator. Sambiltetap memperhatikan literan bensin, ia masih sempat mencuci kaca depan mobil dan memeriksa ban-bannya.Untuk menghindari situasi berbahaya seperti di dekat penghalang jalan waktu itu, ia berniat Azura cepat-cepat pergi, lama sebelum para pemilik pompa bensin itu kembali.Akhirnya ia mengitari sudut bangunan itu, untuk menuju toilet. Ia mengetuk pintunya keras-keras, di atas penghalang dari baja yang ditempatkannya di depan pintu. Karena tidak ada jawaban, ia berseru memanggil.”Jawab aku. Aku tahu kau ada di dalam, Sikapmu kekanak-kanakan.” Ia menunggu sambil memasang telinga di depanpintu.Setelah beberapa saat mendengarkan dengan saksama, ia tahu bahwa ruangan di balik pintu itu kosong. Rasa takut menjalari perutnya. Tanpa pikir panjangdisingkirkannya penghalang itu dan dibukanya pintu. Ia menyerbu masuk ke dalam, sambil berharap ini cuma jebakan, dan bahwa perempuan itu sedang bersiap-siapmenyerangnya begitu saja. Tapi yang menunggunya di dalam hanyalah hawapanas dan bau yang memuakkan. Namun dengan cepat ia mengerti apa yang terjadi, setelah melihat tong yang dibalikkan di bawah jendela yang terbuka. Mendadakrasa takutnya berubah menjadi amarah.Perempuan itu berhasil kabur. Rodriguez berbalik cepat dan keluar dari toilet, mengitari sudut bangunan dan menyerbu masuk ke ruang utama. Tapi tidak ada siapa pun di sana, dan tidak ada tanda-tanda bekas kehadiran perempuan itu atau orang lain di sana.Kaca jendela yang pecah masih bertebaran di lantai. Uang dua puluh dolar itu masih terselip di bawah Asbak. Dan tidak ada tanda-tanda bahwa telepon telah digunakan.Dengan heran Rodriguez memasukkan kedua tangannya ke saku belakang celana. Ke mana perempuan itu pergi? Dan bagaimana caranya. Apa ada yang menjemputnya? Ia mondar-mandir dengan gelisah. bukankahperempuan itu mestinya sudah menelepon seseorang pada saat ini? Tidakkah mestinya polisi sudah menjadikan tempat ini sebagai markas mereka sambil menginterogasi perempuan itu dan mencari jejaknya? Tapi apa yang dilihatnya ini tidak masuk akal.Ia kembali ke toilet.Setelah terpotong, dilemparkannya kemeja itu kembali pada Azura.”Kenakan itu. Kita sudah cukup banyak buang-buang waktu di sini.” Ia keluar dan memutar ke kursi pengemudi.Dalam diam Azura memandangi bagian belakang kepala lelaki itu. Sementara mobil melaju di jalanan yang tidak rata, Azura berusaha memikirkan berbagai cara untukmengalahkan lelaki itu. Tapi semua cara yang terpikir olehnya dicoretnya dari rencananya. Ia terpikir untuk membuat tali jerat dari salah satu lengan kemejanya, untuk mencekik lelaki itu dari belakang. Tapi lalu bagaimana dengan nasibnya sendiri? Ia akan seorang diridi tengah tempat terpencil ini, tanpa peta ataupun air. bensin di mobil itu lamakelamaan pasti akan habis. Kalaupun ia berhasil melumpuhkan Rodriguez, kesempatannya sendiri untuk bisa bertahan di belantara inisangat tipis.Jadi, Azura terus berdiam diri, sampai rasa lelah merayapinya dan sekali lagi ia jatuh tertidur. Ia terbangun ketika mobil itu berhenti perlahanlahan. Dengan susah payah i
”benarkan dia penjara tiga tahun karena perbuatan kriminal yang sebenarnya tidak dia lakukan?””Ya,” sahut Alice.”Satu-satunya kesalahan Rodriguezadalah karena dia mengorganisir demonstrasi di tangga gedung pengadilan di Phoenix. Dia sudah melalui semua jalur yang resmi. Dia sudah mendapat izin untuk berdemo. Dan mestinya demo itu tidak berubah menjadi kekerasan.””Apa yang terjadi?””beberapa peserta demo yang lebih keras daripada Rodriguez membuat keributan. Sebelum Rodriguez bisa mengendalikan situasi, berbagai fasilitas umum sudah dirusak,dan timbul perkelahian yang berkembang menjadi keributan besar. beberapa orang, termasuk polisi, terluka.””Parah?””Ya. Karena sudah mendapat reputasi sebagai pengacau, Rodriguezlah yang pertama-tama ditangkap.””Kenapa dia tidak mengatakan bahwa dia mencoba menghentikan kekerasan itu?””Dia menolak menyebutkan nama orang-orang yang bertanggung jawab atas kekerasan itu. Dia mewakili dirinya sendiri pada pengadilan atas dirinya, dan tidak
Azura tahu ucapan lelaki itu benar, jadi ia tidakmengatakan apa-apa.“Aku masuk fakultas hukum. Aku sangat ingin buka praktik, untuk membantu masyarakat Indian yang dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan pertambangan dan semacamnya. Dan aku berhasil memenangkan beberapa kasus, tapi tidak cukup banyak. Aku mulai tidak percaya dengan sistem hukum yang ternyata sama politisnya dengan segala hal lain di dunia. Tapi keadilan itu sendiri tidak buta.“ Maka aku juga mulai bermain keras. Aku jadi jauh lebih berani berbicara dengan bersikap kritis.Aku mengorganisir para pemrotes dari kalangan Indian, supaya suara mereka lebih didengar. Aku menyusun demonstrasi damai. Tapi segala kegiatan itu malah membuatku di-cap sebagai pembuat masalah yang perlu diawasi. Ketika ada kesempatan untuk menangkap dan memenjarakankuuntuk waktu lama, mereka pun melakukannya.”Rodriguez kembali bersandar di kursinya dan memandangi Azura dengan kaku.“Nah, sudah puas sekarang?Sudah tahu apa yang ingin kauketa
Lolongan binatang itu keluar langsung dari a jiwanya, tumpahan kesedihan, putus asa, dan rasa frustrasinya. begitu menyedihkan suara itu, hingga merobek-robek hati Azura yang mendengarnya. Airmata membasahi pipi Azura. Ia mengulurkan tangan untuk menyentuh lelaki itu, tapi Rodriguez berdiri agak jauh darinya dan tidak melihat uluran tangannya.Azura tidak tahu mengapa ia tidak merasa jijikmendengar ekspresi kesedihan lelaki itu. Dalam keluarganya, cara seperti itu dilarang. Perasaan sedih, marah, bahkan gembira, mesti ditunjukkan dengan sepantasnyadan terkendali. Untuk mengekspresikan diri pun ada peraturannya. Segala jenis perasaan mesti dikendalikan.Ia hanya tahu bahwa kesedihan yangdirasakan lelaki ini takkan bisa dihiburkan. Ia terasing dan kesepian. Perlahanlahan Azura menghampirinya dan menyentuh bahunya. Lelaki itu bereaksi seperti seekor binatang yang terluka. Kepalanya menoleh cepat dan iamengeluarkan suara menggeram. Matanya dingin, tak ada air mata, namun bola matanya
“Letakkan tangan di atas kepala, Rodriguez,” sebuah suara mengaum keras lewat corong pengeras suara.Rodriguez menuruti dengan patuh, meski dengan tangan di atas kepala ia jadi lebih sulit menuruni sisi pegunungan itu. Dengan putus asa Azura mengawasi dari atas. Sebuah ambulans menderu ke depan pintu rumah. Tak lama kemudian jenazah Joseph Rodriguez yang tertutup selimut diangkut dengan tandu. Alice, yang bersandar pada lengan Gene Dexter, mengikuti dari belakang.Dua orang polisi mendaki ke arah Rodriguez. Sampai di dekatnya, mereka menyambar lengan lelaki itu dan menelikungnya dengan kasar. Salah seorang polisi memakaikan borgol padanya sebelum mereka kembali turun. Rodriguez berjalan tegak dengan ekspresi angkuh. Ia tampak tak peduli akan apa yang berlangsung di sekitarnya. Ketika melihat pintupintu ambulans menutup menghalangi pandangannya akan tubuh kakeknya yangdiangkut di dalam, Azura melihat bahu lelaki itu menegang sedikit. Alice lari menghampiri anaknya dan memeluk pinggan
“Sebab itu bertentangan dengan peraturan,” sahut Dixon dengan tenang.“Persetan dengan peraturan,” kata Rodriguez dengan marah.“Itu peraturan konyol. Apa orang-orang yangmengelola tempat ini tidak menyadari betapa berartinya perlakuan baik bagi seorang napi? Perlakuan yang bisa mengembalikan sedikit harga dirinya?” Sekarang Rodriguez mencondongkan tubuh di depan meja, sikapnya penuh ancaman.“Duduk, Mr. Rodriguez,” kata Dixon dengan tegas.agar si napi tahu bahwa sikapnya sudah keterlaluan. Setelah beradu pandang beberapa saat dengan sangkepala penjara, Rodriguez kembali duduk. Wajah tampannya masam.“Kau seorang pengacara,” kata Dixon.“Kurasa kau menyadari betapa ringan tambahan hukuman yang kauperoleh kali ini.” Setelah mengenakan kacamata bacanya yang keperakan, Dixon membaca laporan yangterletak di mejanya.“Ada seorang wanita muda. Miss Azura.” Ia menatap Rodriguez dari atas tepi kacamatanya.Kalimatnya mengandung tanda tanya.Rodriguez tidak menjawab, cuma balas menatapDi
Saat diantar ke pintu depan, Rodriguez terpesona melihat gerakan ekor kuda Azura yang bergoyang-goyang. Apakah rambut itu masih sehalus yang diingat-nya? Apakah warna pirang pucat itu, yang merupakan cap yang sangat jelas akan darah kulit putih wanita ini, benar-benar pernah merasakan belaian tangan Indiannya? Dan bibir itu bibir yang sekarang tersenyum kepadanya benarkah bahwa dulu bibir itu pernah merasakan belaian lidah Rodriguez di dalamnya?“Sampai jumpa, Rodriguez. Kuharap segalanya berlangsung baik untukmu.” Azura mengulurkan tangan.“Terima kasih.” Rodriguez menggenggam tangan Azura. Mata mereka bertemu. Lama.Lalu suara itu terdengar. Asalnya dari bagian belakang rumah. begitu tak terduga, hingga mulanya Rodriguez mengira ia salah dengar. Tapi kemudia n suara itu terdengar lagi. Rodriguez dugaan kearah tersebut dengan alis berkerut.“Itu seperti suara…”Azura menyentakkan tangan dari genggaman Rodriguez Dengan kaget Rodriguez menoleh. begitu melihat wajah Azura, tahulah ia ba
Tapi sesudahnya ia mulai melihat kenyataan. Ditimbang-timbangnya konsekuensi negatif membesarkan seorang anak sebagai orangtua tunggal. Ia tahu akibat-akibat serius yang mungkin timbul, tapi tak pernah sekali pun ia punya pikiran untuk menggugurkan kandungannya.Sejak awal mengetahui kehadiran janin di perutnya, Azura sudah amat sangat menyayanginya. Sekonyong-konyong hidupnya jadi terasa berarti dan bukan lagitanpa tujuan. Sekarang ada sesuatu yang ditunggu-tunggunya. Ada sasaran-sasaran yang mesti dicapainya, cakrawala yang mesti diraihnya.Maka sekarang ia bisa menjawab pertanyaan Rodriguez tanpa ragu-ragu. “Aku sangat menginginkan anak ini.”Dibelainya kepala Tony yang halus di bawah selimut. “Sejak awal aku sudah mencintainya.”“Apa kau beranggapan aku tidak berhak tahu tentang dia?”“Kupikir kau tidak akan peduli.”“Jangan salah sangka. Aku peduli.”“Apa… apa yang akan kau lakukan?” tanya Azura dengan takut; ia benci mendengar suaranya sendiri yang gemetar.“Aku ingin menja
Pembicaraan, disela sejenak (topik, Politik dan Olahraga dan kemudian, ketika diperlukan perubahan, Olahraga dan Politik), dilanjutkan kembali sepanjang tahun meja. Di bawah kedok percakapan, dan di sela-sela penerimaan perhatian tuan-tuan, Alucia berbisik kepada Sir Martin, “Jangan mulai, paman. Shane ada di perpustakaan.” (Tuan Smith yang sopan menawarkan ham. Dengan penuh rasa terima kasih ditolak.) “Berdoa, berdoa, berdoa pergilah kepadanya; dia menunggu untuk bertemu denganmu dia ada di dalam masalah yang mengerikan.” (Tuan Jones yang gagah berani mengusulkan kue tart buah dan krim. Diterima dengan ucapan terima kasih.) “Bawa dia ke rumah musim panas: Aku akan mengikutimu saat aku mendapatkannya peluang. Dan segera kelola, paman, jika kamu mencintaiku, atau kamu akan terlambat.” Sebelum Sir Martin sempat membalas sepatah kata pun, Nyonya Lylia memotong kue komposisi Skotlandia terkaya, di ujung lain meja, di depan umum menyatakan bahwa itu adalah “kuenya sendiri,”
"Ya. Apa itu?" “Siapakah tuan-tuan yang tinggal di rumah ini?” Alucia melihat sekelilingnya lagi, tiba-tiba merasa heran dan khawatir. rasa takut yang samar-samar menguasainya hingga pikiran Shane melemah karena beban yang berat masalah ada di atasnya. Shane tetap memaksakan permintaan anehnya. “Cari nama mereka, Alucia. Aku punya alasan untuk ingin tahu siapa orangnya tuan-tuan adalah yang tinggal di rumah.” Alucia mengulangi nama-nama tamu Nyonya Lylia, dan melanjutkan hingga akhir tamu yang datang terakhir. “Dua lagi kembali pagi ini,” dia melanjutkan. “Arnold Brinkworth dan temannya yang penuh kebencian itu, Tuan Figo.” Kepala Shane kembali bersandar di kursi. Dia telah menemukan jalannya tanpa menimbulkan kecurigaan akan kebenaran, terhadap satu-satunya penemuan yang telah dia dapatkan ke Windygates untuk dibuat. Dia berada di Skotlandia lagi, dan dia baru saja tiba dari sana London pagi itu. Hampir tidak ada waktu baginya untuk berkomunikasi Craig Fernie se
“Jangan pedulikan para wanita! Persamaan subjek apa yang bisa Kamu dan Tn. Figo mungkin harus dibicarakan? Dan kenapa aku melihat kerutan di antara kamu alis, sekarang kamu sudah selesai dengannya? sebuah kerutan yang tentu saja tidak di sana sebelum kamu mengadakan konferensi pribadi bersama?” Sebelum menjawab, Sir Martin mempertimbangkan apakah dia harus mengajak Alucia masuk kepercayaan dirinya atau tidak. Upaya untuk mengidentifikasi “wanita” Mark yang tidak disebutkan namanya dia bertekad untuk melakukannya, akan membawanya ke Craig Fernie, dan pasti akan melakukannya akhirnya mewajibkan dia untuk menyapa Shane. Pengetahuan mendalam Alucia temannya pasti bisa berguna baginya dalam hal ini keadaan; dan kebijaksanaan Alucia harus dipercaya dalam segala hal Kepentingan Miss Amanda sangat memprihatinkan. Di sisi lain, ada kehati-hatian sangat diperlukan, dalam kondisi informasinya yang tidak sempurna saat ini dan kehati-hatian, dalam benak Sir Martin, membawa dampaknya. Dia m
Dia mengeluarkan kantong tembakaunya; dan tiba-tiba menghentikan operasi di saat membukanya. Objek apa yang dilihatnya, di balik deretan pohon pir kerdil, menjauh ke kanan? Seorang wanita tampaknya seorang pelayan dari balik pakaiannya membungkuk dengan membelakangi dia, mengumpulkan sesuatu: tumbuhan yang terlihat seperti itu, begitu juga dia bisa melihat mereka dari kejauhan. Benda apa yang tergantung pada tali di sisi wanita itu? Sebuah batu tulis? Ya. Apa yang dia inginkan dengan batu tulis di sisinya? Dia sedang mencari sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dan di sinilah hal itu ditemukan. “Apa pun bisa dilakukan aku,” pikirnya. “Bagaimana kalau aku 'mengolok-olok' dia sedikit tentang batu tulisnya?” Dia memanggil wanita di seberang pohon pir. “Halo!” Wanita itu bangkit, dan maju ke arahnya perlahan menatapnya, saat dia datang, dengan mata cekung, wajah sedih, batu ketenangan Hester Dethridge. Mark terhuyung. Dia tidak menawar untuk menukar barang yang paling membos
"Kamu disana!" katanya, dan menyerahkan catatannya kepada pria itu. “Baiklah, Mark?” tanya suara ramah di belakangnya. Dia berbalik dan melihat Arnold, sangat ingin mendengar kabar konsultasi dengan Sir Martin. “Ya,” katanya. "Baiklah." Arnold sedikit terkejut dengan sikap singkat Mark jawab dia. “Apakah Sir Martin pernah mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan?” Dia bertanya. “Sir Martin telah mengatakan apa yang saya ingin dia katakan.” “Tidak ada kesulitan dalam pernikahan?” "Tidak ada." “Jangan takut pada Alucia ” “Dia tidak akan memintamu menemui Craig Fernie aku akan menjawabnya!” Dia mengatakan kata-kata yang sangat ditekankan, mengambil surat saudaranya dari meja, mengambil topinya, dan keluar. Teman-temannya, yang sedang bermalas-malasan di halaman, memujinya. Dia melewati mereka dengan cepat tanpa menjawab, tanpa melirik mereka dari balik bahunya. Sesampainya di taman mawar, ia berhenti dan mengeluarkan pipanya; kemudian tiba-tiba berubah pikiran, da
Mark mengangguk. "Itu dia!" katanya dengan penuh semangat. “Menurut pengalaman saya, Tuan Figo, pria lajang mana pun di Skotlandia bisa melakukannya nikahi wanita lajang mana pun, kapan pun, dan dalam keadaan apa pun. Pendeknya, setelah tiga puluh tahun berpraktik sebagai pengacara, saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan pernikahan Skotlandia." “Dalam bahasa Inggris yang sederhana,” kata Mark.“maksudmu dia istrinya?” Terlepas dari kelicikannya; meskipun dia bisa memerintah dirinya sendiri, matanya bersinar-sinar mengucapkan kata-kata itu. Dan nada bicaranya walaupun dijaga dengan sangat hati-hati menjadi nada kemenangan di telinga yang baik, jelas merupakan nada lega. Baik tatapan maupun nada bicara Sir Martin tidak hilang. Kecurigaannya yang pertama, ketika dia duduk di konferensi, sudah jelas terlihat kecurigaan bahwa, ketika berbicara tentang “temannya”, Mark sedang berbicara tentang dirinya sendiri. Namun, seperti semua pengacara, dia biasanya tidak mempercayai kesan
Begitu dia berbicara, hati nurani Arnold menegurnya: "bukan karena taruhan (siapa yang malu dengan bentuk perjudian di Inggris?) tapi untuk dukungan dokter." Dengan niat terbaik terhadap temannya, dia berspekulasi tentang hal itu kegagalan kesehatan temannya. Dia dengan cemas meyakinkan Mark bahwa tidak ada seorang pun di dalam ruangan bisa lebih yakin bahwa ahli bedah itu salah daripada dirinya sendiri. “ Aku tidak menangis karena taruhan itu,” katanya. “Tetapi, kawan, mohon pahamilah hal itu Aku hanya mengambilnya untuk menyenangkanmu.” “Ganggu semua itu!” jawab Mark, dengan fokus pada bisnis, yang mana adalah salah satu kebajikan pilihan dalam karakternya. “Taruhan tetaplah taruhan dan gantunglah sentimen!" Dia menarik lengan Arnold agar tidak terdengar oleh orang lain. “ Aku katakan!” Dia bertanya dengan cemas. “Apakah menurutmu aku sudah menyiapkan kembali kabut lama itu?” Maksud Kamu, Tuan Martin? Mark mengangguk, dan melanjutkan. “Aku belum menanyakan hal
“Saya berkata,” Sir Martin mengakui.“bahwa seseorang akan melakukan yang terbaik dalam halpembukuannya latihan fisiknya yang sehat. Dan saya mengatakannya lagi asalkan fisiknya latihan dibatasi dalam batas fit. Namun ketika perasaan masyarakat masuk ke dalam pertanyaan, dan secara langsung mengagungkan latihan tubuh di atas buku lalu saya katakan perasaan masyarakat berada pada titik ekstrim yang berbahaya. Latihan tubuh, dalam hal ini, akan berhasil menjadi yang terdepan dalam pemikiran remaja, akan mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap minatnya, akan menyita sebagian besar waktunya, dan dengan cara itu kecuali beberapa kejadian yang benar-benar luar biasa perlahan-lahan dan pasti akan berakhir dengan meninggalkannya, demi kebaikan semua orang. tujuan moral dan mental, tentu saja tidak digarap, dan, mungkin, berbahaya pria." Seruan dari kubu musuh: “Akhirnya dia berhasil! Seorang pria yang menjalani kehidupan di luar rumah, dan menggunakan kekuatan yang diberikan Tuha
kamu benar lagi kami tidak bisa. Kamu bilang kamu tidak tahu mengapa pria menyukai Aku, dan orang-orang seperti Mereka, tidak boleh memulai dengan mendayung dan berlari dan sejenisnya, dan berakhir dengan melakukan semua kejahatan dalam kalender: termasuk pembunuhan. Dengan baik! kamu mungkin ada lagi di sana. Siapa yang tahu apa yang mungkin terjadi padanya? atau apa dia mungkin tidak akan berakhir dalam perbuatannya sebelum dia meninggal? Mungkin Orang Lain, atau mungkin Aku. Bagaimana Apakah saya tahu? dan bagaimana kabarmu?” Dia tiba-tiba menghadap utusan itu, berdiri disambar petir di belakangnya. “Jika kamu ingin tahu apa yang saya pikirkan, ini dia untuk kamu, dengan kata-kata sederhana.” Ada sesuatu, bukan hanya pada sikap tidak tahu malu dari deklarasi itu sendiri, tetapi dalam kenikmatan luar biasa yang tampaknya dirasakan oleh pembicara dalam membuatnya, yang mana menghantam lingkaran pendengar, termasuk Sir Martin, dengan rasa merinding sesaat. Di tengah kes