Felix, Jonathan dan dua anak buah tersisa seketika menghentikan aksi bejat yang dilakukan terhadap kedua orang tua pura-puranya Ivan. Detik berikutnya, mereka membelalak. Senyum jahat beberapa saat lalu yang tampak menghiasi bibir masing-masing mendadak pudar. Juga tawa menggelegar yang memenuhi atmosfer gedung lantai tersebut ikutan terhenti dan digantikan dengan sunyi senyap. Bagaimana tidak, anak buah Felix yang berjumlah sepuluh orang, berjejer di kanan-kiri mereka. Dari leher masing-masing orang itu, darah merembes keluar. Lalu secara bersamaan, mereka semua ambruk ke lantai. Diikuti bunyi senjata berkelontangan. Setelah itu, Felix, Jonathan dan dua anak buah tersisa menatap bingung ke arah Ivan yang kini masih berdiri di tempatnya dengan tersenyum miring. Bagaimana mungkin semua anak buah Felix tiba-tiba mengeluarkan darah dari leher dan ambruk? Apa yang terjadi? Semua orang juga akan menebak jika Ivan akan tunduk pada Felix sebab orang tuanya yang telah berada di tanga
Tidak ada gelak tawa meremehkan dan merendahkan seperti sebelumnya. Apa yang barusan dilakukan oleh Ivan itu berhasil membuat mereka merasakan ketakutan seraya menelan ludah susah payah. Sementara Joko dan Yuni yang sebelumnya juga sama terkejutnya mengernyitkan kening, lantas saling pandang. Mungkin kah... "Bagaimana mungkin sebuah kartu bisa membunuh orang, Om? Memangnya terbuat dari apa kartu itu?!" ucap Felix heran dengan suara tercekat. Jonathan, tanpa menoleh ke belakang menimpali, "Entah lah, Lix. Yang pasti, kartu yang digunakan oleh Ivan bukan kartu biasa. Kita harus segera mengeceknya!" Dengan napas memburu sekaligus tidak karuan, mulut Jonathan kembali bicara, "Kau tidak lihat bagaimana pria itu membunuh anak buahmu tadi, Felix? Dia melakukannya dengan sangat cepat! Dan hebatnya, tidak hanya satu orang saja, melainkan semuanya! Sepertinya, benar apa kata orang tuanya jika dia bukan orang sembarangan. Kita harus berhati-hati padanya!" Felix termangu mendengar penjel
"Mulai sekarang, jabatan anda saya copot! Anda sudah bukan lagi Kepala Polisi Kembangan Selatan! Selain itu, anda juga telah diblacklist dari kepolisian!" Mendengar nada yang begitu menggelegar, Jonathan hanya bisa menggeleng tidak percaya setelah sebelumnya terbelalak. Ia sungguh dipecat? Jabatannya sebagai kepala polisi telah dicopot? Juga telah diblacklist dari kepolisian? tanya Jonathan kepada dirinya sendiri. "Apa kesalahan saya sehingga saya langsung dipecat, Ndan? Saya tidak melakukan kesalahan besar! Saya hanya... " Jonathan berpikir demikian sebab begitu tidak masuk akal jika pemecatan dirinya hanya karena disuruh oleh seorang kepala sekolah yang sama sekali tidak berpengaruh. Meski pun ia mulai memikirkan bahwa Ivan bukan orang sembarangan. Ia, ingin memastikan hal tersebut. Dengan suara dan bibir bergetar, mulut Jonathan kembali bicara, "Apakah Komandan memecat saya karena disuruh oleh salah satu kepala sekolah bernama Ivan?" Jonathan sesekali menatap ke arah Iva
Selang sebentar saja, muncul lima orang yang merupakan tukang pukul Ivan dilengkapi senjata di tangan masing-masing segera mengarahkannya kepada Felix, Jonathan dan dua anak buah tersisa yang membuat mereka seketika terperanjat. Jonathan sendiri yang kini masih bersimpuh di lantai begitu tampak tidak peduli dengan kedatangan mereka sebab ia sudah pasrah, tengah meratapi nasibnya. Apakah mereka anak buah yang dipanggil Ivan? Tapi, anak buah siapa mereka? Terang saja Felix cemas bukan main. Itu artinya anak buah yang berjaga di bawah sudah dihabisi. Demikian, ia sudah tidak punya anak buah lagi untuk dapat melindunginya. "Buang senjata kalian!!!" titah salah satu dari tukang pukul itu dengan kasar sekaligus lantang. Terpaksa, Jonathan dan dua anak buah Felix tersisa langsung melempar senjata. Lalu, mengangkat tangan tanda menyerah. Kini Felix tidak bisa bertindak gegabah terhadap kedua orang tuanya Ivan sebab situasi dengan cepat berbanding terbalik. Sampai-sampai
"Kakek akan membelamu jika kamu benar!" Di ujung ponsel, napas Kakek Rahardian tersenggal, menandakan bahwa emosi orang tua itu tengah meledak-ledak. "Sekarang, lepaskan kedua orang tuanya Ivan dan memohon lah padanya! Katakan jika kau sangat menyesal! Jika kau tidak mau melakukannya, kakek sudah tidak sudi menganggapmu sebagai cucu lagi! Mengerti?! Setelah itu, segera temui Kakek dan siap-siap saja kau akan mendapatkan hukuman, Felix!" Mendapatkan nada yang begitu menggelegar, wajah Felix berubah masam. Lalu, ia mengusap wajah dengan kasar. Memohon dan meminta maaf kepada Ivan? Yang benar saja! Jelas ia tidak sudi melakukannya. Namun tiba-tiba Felix menjadi cemas. Hukuman apa yang akan ia dapatkan? Namun, Felix buru-buru menghalau kecemasaannya. Berusaha menenangkan diri. Paling-paling Kakeknya hanya menggertak saja. Tidak akan memberikan hukuman berat. Seusai menelfon Kakeknya, Felix langsung menatap Ivan tajam, sorot matanya sarat akan kebencian. Wajahnya
Di lorong rumah sakit, Ivan tengah berbicara dengan Susan melalui telepon. Ivan menceritakan kejadian yang baru ia alami, berawal dari ia yang mendapatkan pesan dari Felix yang mengirimkan foto dan video, lalu ia menemui Felix untuk menyelamatkan kedua orang tua pura-puranya, Felix menyiksa mereka berdua di sana bersama backingannya di depan matanya sendiri, melumpuhkan kenalan Felix beserta anak buahnya, juga upaya ia menyelamatkan kedua orang tua pura-puranya dan hingga akhirnya ia berhasil membalaskan perbuatan Felix tersebut. Setelah menghajar Felix dan meninggalkannya di gedung bersama Jonathan juga dua anak buah tersisa, Ivan langsung meluncur ke rumah sakit tempat kedua orang tua pura-puranya dirawat. Tiba di sana, Ivan lega sebab mereka berdua sudah ditangani dengan cepat oleh Dokter dan tenaga medis. Tukang pukulnya melaksanakan tugasnya dengan baik. "Ya ampun! Felix benar-benar keterlaluan!!!" seru Susan geram di sebrang sana. Terang saja Susan marah. "Bagaim
"Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa Pak Joko dan Bu Yuni. Saya menyadari betul bahwa semua ini adalah salah anggota keluarga saya. Untuk itu, saya mewakili keluarga Rahardian ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian berdua atas perbuatan keji tak beradab yang telah dilakukan Felix, cucu saya!" Yuni dan Joko sedikit tersentak mendapati Rahardian meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan Felix. Jarang ada orang kaya berkuasa dengan mudahnya meminta maaf dan mengakui kesalahan, kebanyakan bertindak semena-mena dan suka menindas. Namun Rahardian begitu berbeda. Tidak dipungkiri memang, di keluarga itu, hanya dia yang menerima keduanya dengan baik. Tidak seperti anggota keluarga yang lain yang hampir semuanya tidak setuju. Jadi, tidak heran jika Rahardian bersikap sebagaimana mestinya dalam menyikapi masalah ini. "Sudah kami maafkan, Pak Rahardian. Toh, Ivan sudah membalaskan perbuatannya Felix kepada kami!" ucap Yuni sambil mengangguk. Mendengar
Tiba di kantin rumah sakit, Ivan segera memesan makanan. Sembari menunggu pesanan datang, Ivan dan Kakek Rahardian langsung terlibat obrolan serius. Mereka saling mengungkapkan kecurigaan masing-masing yang selama ini ditutupi. Ivan sebenarnya sudah tahu bahwa Kakek Rahardian adalah teman baik Ayahnya hingga akhirnya ia menyelidiki dan mengetahui rahasia yang mencengangkan. Begitu pula dengan Rahardian yang sudah tahu siapa Ivan sebenarnya. Dari keduanya sama-sama memilih tidak saling menyinggung hal tersebut dan bersikap seolah belum tahu. Namun kini, keduanya menjadi saling terbuka. "Ternyata anda adalah teman baik Ayah yang sekarang telah menjadi Kakekku. Pantas saja, wajah Kakek terasa tidak asing. Selain itu, Kakek yang bersikap baik padaku, satu-satunya anggota keluarganya Susan yang mau menerimaku, membelaku disaat semua orang menghina dan merendahkanku sebab ternyata Kakek sudah tahu siapa aku sebenarnya!" ucap Ivan sambil menatap Kakek Rahardian lekat. Sambil
Persidangan ditunda! Hal itu digunakan oleh Irene dan pengacaranya mencari cara untuk dapat memenangkan kasus ini sebab harus melawan pengacara besar yang disewa Ivan. Demikian, Irene dan pengacaranya menjadi ketar-ketir. Apalagi pengacara yang disewa Ivan belum pernah gagal menangani kasus. Entah bagaimana caranya, selalu saja menang! Ivan sendiri juga sibuk mencari cara, saksi atau pun sesuatu yang bisa digunakan untuk menyerang Irene dan menjatuhkannya. Apalagi setelah mengetahui jika Irene hamil dan mengaku-ngaku bahwa dirinya lah Ayah dari bayi yang sedang dikandungnya. Sementara itu, Susan dan Rahardian cepat-cepat menemui Irene. Keduanya berharap masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Toh, mereka memang keluarga. Miris jika harus lapor polisi dan melalui persidangan. Namun, baik Susan mau pun Rahardian sudah tidak heran jika hal itu terjadi mengingat sikap dan perlakuan Irene selama ini. Sebelumnya, Susan dan Rahardian ingin bukti bahwa Irene memang sungg
Di kediaman keluarga Graha, tampak Graha dan Rosalinda tengah duduk bersebelahan dengan muka mengeras karena mendapatkan berita tentang anaknya yang tidak mengenakan. Sedangkan di sofa sebrang yang dibatasi meja, duduk Renata yang kini tengah menjelaskan mengenai berita serta foto dan video yang dimaksud kepada tuan dan nyonyanya. "Jelas, foto dan video itu telah diedit, tuan, nyonya. Nona Irene sengaja melakukan hal itu untuk merusak rumah tangga tuan muda dan nyonya Susan, serta untuk menghancurkan reputasi mereka berdua," "Hal itu masuk akal mengingat nona Irene termasuk salah seorang anggota di keluarga Rahardian yang membenci dan tidak menerima kehadiran tuan muda di keluarganya nyonya Susan." Graha dan Rosalinda kompak mangguk-mangguk mendengar penjelasan Renata. Keduanya sudah tahu kalau Irene termasuk orang yang tidak menyukai anaknya. Pun sebelumnya, Renata sudah pernah melaporkan siapa-siapa saja yang pernah berbuat jahat kepada Ivan mau pun Susan. Sebab kebahagiaan y
"Sayang, ini salah paham. Tidak seperti yang kamu pikirkan. Foto dan video itu tidak benar. Aku mohon, percaya padaku kalau aku tidak berselingkuh dengan tante Irene dan tidak melakukan perbuatan tak senonoh seperti apa yang kamu liat di foto dan video itu!" ucap Ivan yang tengah mencoba meyakinkan Susan sambil memegangi kedua lengannya. Sebelumnya, Ivan menghubungi Susan ketika masih berada di sekolah dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Susan belum percaya. Akhirnya, keduanya memutuskan pulang dan hendak membahas masalah yang sedang terjadi lebih lanjut di apartemen. Sesampainya di apartemen, Susan kembali meluapkan amarah sekaligus kekecewaannya terhadap Ivan. "Tapi ada foto dan videonya, Van. Orang yang ada di situ jelas-jelas adalah kamu dan tante Irene sedang... astaga, bayangan dua orang itu mirip sekali dengan kalian berdua walau terhalang kaca. Dan kalian berdua melakukannya di dalam kamar mandi apartemen?!" seru Susan tertahan dengan kedua mata sembab samb
Seketika kolom komentar foto juga video syur antara Ivan dan Irene yang mendadak viral itu membeludak oleh komentar netizen. Tentu saja menuai berbagai tanggapan yang beragam. Tapi, lebih banyak mencibir dan menjudge! Di sekolah Ivan, para guru dan staf tengah dihebohkan dengan berita dan video viral tersebut. "Apa yang dipikirkan Pak Ivan sih?! Bisa-bisanya Pak Ivan berselingkuh?! Padahal, Bu Susan itu jauh lebih cantik daripada tantenya!" "Pak Ivan benar-benar tidak bersyukur! Sudah memiliki istri yang cantik, pintar dan kaya. Tapi terpincut dengan wanita lain. Lebih gilanya lagi dengan tantenya sendiri!" "Hei, hei, jangan pada berasumi yang tidak-tidak dulu dong! Kita belum tahu kebenarannya. Bisa saja itu semua bohong!" Melihat kemunculan Ivan, perhatian mereka seketika langsung teralihkan dan buru-buru mendesak Ivan, mencecarnya dengan pertanyaan. "Apakah berita dan video itu benar Pak Ivan? Anda berselingkuh dengan tantenya Bu Susan sendiri?!" "Pak Ivan, bisa jelaskan p
Pagi itu, Rahardian, Susan dan Natasha tengah berpelukan di sebuah rumah sakit elit. Kebahagiaan tengah menyelimuti mereka bertiga karena hasil tes DNA menyatakan bahwa Sheila adalah adik kandungnya Susan. Sebab hasil test DNA menyatakan demikian, maka, sudah tidak ada yang diragukan lagi! Sebenarnya, sejak awal, Rahardian dan Susan sudah sangat yakin jika hasilnya akan menyatakan seperti itu. Dan sekarang, terang saja, keduanya semakin bahagia tidak terkira. "Sekarang kamu sudah percaya, 'Kan? Kalau kamu itu adalah adikku? Cucunya kakek Rahardian?" ucap Susan sambil menatap Natasha penuh kasih sayang. Mendengar itu, Natasha yang juga tengah balik menatap sendu Susan dan kakek Rahardian secara bergantian mengangguk. "Sekarang aku sudah percaya, kak, kek," Sementara Herlambang, Hesti, Irene dan Felix terperangah dan lalu saling pandang, "Jadi, wanita itu benar-benar Natasha... " Sebelumnya, anggota keluarga Rahardian yang lain tentu saja langsung shock bukan main setelah di
Air mata Sheila pun pecah seketika, "Aku sungguh bahagia sekali karena akhirnya aku bisa kembali ke keluarga asliku. Aku dipertemukan kembali dengan keluargaku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya kalau hal itu akan terjadi. Meski aku sangat sedih disaat yang sama karena kedua orang tuaku ternyata sudah meninggal." "Jadi, aku tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi. Tapi, untungnya, aku masih memiliki kakak perempuan dan kakek." Lalu, ketiga orang yang baru dipertemukan kembali setelah 18 tahun lamanya berpisah itu saling berpelukan sebelum kemudian disertai dengan tangis, membuat atmosfer ruangan tersebut dipenuhi isak tangis sebab terharu. "Terima kasih ya Tuhan karena engkau telah mengabulkan doa-doa kami. Sehingga, mempertemukan kami dengan anggota keluarga kami yang telah bertahun-tahun lamanya menghilang. Ini adalah anugerah terindah yang pernah engkau berikan kepada kami," "Kami mohon, jangan pisahkan kami lagi setelah ini, ya Tuhan." Sementara Ivan dan Graha yang meliha
Sheila bersama kedua orang tua angkatnya juga sempat tinggal di luar kota selama beberapa tahun sebelum akhirnya memutuskan tinggal di kota ini ; kota kelahiran Sheila. Entah, sebuah kebetulan atau apa. Hal itu membuat Sheila berada di kota yang sama dengan Susan. Tentu saja setelah melalui berbagai pertimbangan terlebih dahulu, juga berbagai alasan dan persetujuan dari Doni yang kala itu tidak terlalu khawatir. Tanpa mempedulikan reaksi Sheila, Susan buru-buru menjatuhkan diri di samping adik perempuannya itu sambil menatapnya sendu penuh haru. Pokoknya, kini perasaanya tengah campur aduk tak karuan. Detik berikutnya, Susan langsung memeluk Sheila. Tangis Susan pun pecah seketika dalam posisi mendekap tubuh adiknya, "Kenapa aku tidak sadar sejak awal sih. Bertahun-tahun lamanya aku memikirkanmu, berusaha mencarimu, dik. Bertahun-tahun lamanya pula aku memendam perasaan rindu ini padamu. Selalu, terbayang-bayang janjiku pada Ayah dan ibu," "Padahal, kamu itu dekat denganku. Ka
Sebelumnya, Sheila sudah takut duluan dengan kemunculan Susan. Ia berpikir bahwa istrinya Ivan itu hendak melabrak dirinya seperti terakhir kali sebab kini ia kembali meminta tolong kepada Ivan untuk menyelamatkannya, padahal Susan sudah memperingatinya. Namun, Sheila terpaksa melakukan hal demikian sebab situasi yang benar-benar genting dan tidak tahu harus meminta tolong kepada siapa lagi. Dugaan Sheila semakin kuat, dengan dirinya dibawa ke rumah kakeknya Susan. Namun, kepanikan dan ketakutan itu mendadak terhempas kala melihat Susan seperti tidak akan marah padanya. Malahan, raut mukanya menunjukan sikap sebaliknya. Menatap dirinya penuh arti juga dengan kedua mata berkaca-kaca. Dan yang lebih mengejutkannya lagi adalah perkataannya barusan yang membuat Sheila kaget sekaligus bingung. Apa maksud Susan memanggilnya Natasha? Bukan kah Susan sudah tahu kalau dirinya adalah Sheila? Sheila sendiri masih shock berat, tengah mencerna apa yang terjadi dengan dirinya sejak pagi tad
Graha menggeleng takjub, "Renata dan Basuki benar-benar bisa diandalkan! Tak salah lagi aku memilih mereka berdua!" Kemudian, wajah Graha tiba-tiba berubah. "Rasakan kau tuan muda Charles. Siapa suruh kau menyinggung keluarga kami dan keluarga Fairuz, akan menyesal karena telah mencari masalah dengan keluarga Graha!" ucap Graha lagi dengan geram. Ivan, Graha dan Rahardian tengah membahas mengenai Renata juga Basuki yang berhasil meringkus Charles dan menyelamatkan Natasha darinya. Rahardian, dengan raut muka cemas juga tidak sabaran menimpali, "Di mana sekarang mereka, Van?" Ivan menghadap kakek Rahardian, "Renata dan Basuki sedang membawa Natasha ke rumah sakit, kek sekedar untuk mengecek kondisinya." Seketika raut muka Rahardian berubah kala mendengar kabar itu, "Apakah dia terluka, Van? Sehingga..." "Tidak ada luka serius padanya kok, kek. Kakek tenang saja. Hanya luka-luka ringan dan akan segera diobati," jawab Ivan sambil tersenyum. Rahardian tak ayal menghembuskan naf