"Kau harus sujud di kakiku sambil meminta maaf dan menggonggong layaknya seekor anjing," ucap Rasya seraya tersenyum penuh kemenangan. Seketika wajah Ivan berubah. Susan sendiri terkejut, begitu pula dengan yang lain. Kasak-kusuk pun terdengar, membicarakan Rasya yang dianggapnya sangat keterlaluan. Setelah sebelumnya Rasya hendak merebut Susan dari Ivan, duel minum, hingga Rasya tidak mau mengakui kekalahan. Dilanjut menjebak Ivan dan sekarang?! Kini mereka benar-benar dibuat jengkel oleh kelakuan Rasya. Sementara itu, Susan mendelik, "Apaan! Sudah jelas-jelas kalau kau yang menjebak Ivan!" bentak Susan menggelegar. Terang saja Rasya geregetan bukan main sebab Susan yang begitu pintar. Puas menghardik Rasya, Susan beralih menatap Manager hotel yang langsung menundukan kepala, merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan kepada Ivan tadi. Apalagi saat tahu jika Susan adalah CEO Malice Inc—yang perusahaannya telah diakuisisi oleh Graha Group! Hal tersebut membuat
Namun, yang terjadi selanjutnya diluar dugaan! Ivan mematahkan kartu itu! Terang saja hal tersebut membuat semua orang terkejut bukan main. Senyum lebar di wajah Rasya dan para pendukungnya mendadak pudar. Alhasil, mereka berseru-seru marah. "Apa kau sudah gila, Ivan!" "Di dalam kartu itu terdapat uang 500 juta dan kau patahkan begitu saja!?" "Bodoh kau, Ivan! Bodoh sekali! Tidak punya otak kau!" "Kau pikir, kartu itu mainan, yang bisa kau patahkan seenak jidatmu! Di dalam kartu itu berisi uang! Kau benar-benar... " "Bisa-bisanya seorang pria bodoh sepertimu menjadi guru?!" Ivan tidak menghiraukan hardikan mereka yang begitu nyaring di telinga, malah tertawa puas dalam hati. "Aduh, aku tidak sengaja mematahkan kartunya, gimana dong ini?" balas Ivan seraya memasang wajah tertekuk. Mendapati Ivan bersikap demikian, semua orang tahu kalau Ivan sengaja mematahkan kartunya. Bukan tidak sengaja. Demikian, sepertinya Ivan menolak pemberian uang dari Rasya. Namun se
Beberapa saat kemudian... Lagi-lagi, semua orang harus dibuat terkejut. Bagaimana tidak, ketika Manager hotel kembali ke ruangan tempat diadakannya acara reuni itu, dia mengatakan jika pembayaran berhasil. Saldo yang ada di dalam kartunya Ivan cukup untuk membayar total biaya reuni sebesar 295 juta. Seketika ruangan tersebut menjadi riuh oleh orang-orang yang langsung ribut. Susan kaget sejadi-jadinya, bak disambar petir di siang bolong! Kini semua orang menjadi bertanya-tanya. Kenapa Ivan memiliki banyak uang? Dari mana dia mendapatkan uang itu? Di titik ini, mereka menduga bahwa uang itu adalah milik Susan. Alhasil, mereka mencecar Susan dengan pertanyaan. Susan yang merasa itu bukan uangnya langsung buru-buru membantah, "Kalian tidak melihatku yang panik sekali tadi? Aku sendiri saja shock, tidak percaya kalau Ivan akan dapat membayarnya. Aku pikir, dia berbohong tadi!" "Asal kalian tau saja, aku sendiri sedang tidak memiliki cash sebanyak itu! Dan kalau pun aku p
Namun, tentu saja Ivan akan membalas, balik menyerang Rasya. Kini Ivan tengah menatap Rasya dengan tersenyum miring seraya menyeka sudut bibirnya yang berdarah dengan santai, giliran Ivan yang merangsek maju, melayangkan pukulan di wajah pria tersebut. Dalam sekejab, situasi telah berbalik! Rasya yang tidak menduga Ivan akan balas menyerang tidak mampu melindungi diri. Dan ketika mau membalas, tak sempat sebab pukulan Ivan sangat cepat. Juga tanpa jeda. Melihat hal itu, seruan desakan dari pendukung Ivan dan Susan pun terdengar saling bersahut-sahutan. "Ayo! Hajar Rasya, Van!" "Dia pantas diberi pelajaran!" Susan sendiri menyeringai, bersikap tenang menyaksikan hal tersebut, mendukung apa yang dilakukan Ivan sepenuhnya sebab Rasya memang pantas diberi pelajaran! Sementara pendukung Rasya panik. Menyuruh Rasya untuk melawan Ivan balik. BUGH! BUGH! BUGH! Kini Ivan terus mencecar wajah Rasya dengan pukulan. Gerakan Ivan yang begitu cepat tidak memberikan jeda sedik
Hal tidak terduga kembali terjadi untuk kesekian kali, Ivan berhasil membuat semua bodyguardnya Rasya KO! Satu bodyguard telah Ivan habisi lebih dulu yang kini tergeletak di lantai tidak sadarkan diri ; pingsan. Dua orang lagi ditendang Ivan hingga terpental menabrak ke meja tamu. Ivan mengakhiri pertarungan itu dengan sebuah pukulan tepat di ulu hati dua bodyguard tersisa. Suara keduanya pun seketika menggema di seluruh ruangan. Kini mereka berdua tengah meraung dan berguling-guling di lantai. Satu tangan keduanya sama-sama patah. Setelah itu, segalanya mendadak senyap. Semua orang kompak membuka mulut lebar-lebar ke arah Ivan. Mendapati kekalahan bodyguardnya, Rasya murka bukan main. Namun ia sudah tidak berdaya, tidak tahu harus membalas Ivan dengan cara apa lagi. Bagaimana tidak, keadaan dirinya pun sudah mengenaskan akibat keganasan pria itu tadi. Juga ia yang sudah malu dengan semua orang. Kini harga dirinya benar-benar telah jatuh ke dalam jurang yang paling dal
Rasya dan para pendukungnya harus tahu hal ini! Maka, mereka pun menahan Ivan dan Susan untuk jangan pulang dulu. Terpaksa, mereka berdua menurut. Alamat akan terjadi kehebohan lagi! Lalu, salah satu dari mereka menghubungi salah satu para pendukung Rasya yang semuanya masih berada di atas. Tidak lama kemudian, beberapa teman-teman lama Susan telah muncul. Tidak semua. Juga Rasya tidak ikut bersama mereka karena dia buru-buru dilarikan ke rumah sakit untuk segera mendapat pertolongan. Luka yang didapatkan akibat pukulan Ivan begitu serius! Seketika orang-orang itu langsung memberitahu mereka bahwa Ivan memiliki Lamborghini dan menunjukan surat-surat bukti kepemilikan Lamborghini itu atas nama Ivan. Sontak saja, teman-teman Susan bereaksi sama seperti orang-orang itu sebelumnya. Benar saja, kehebohan kembali terjadi di area parkiran hotel tersebut. Saking shocknya untuk membuktikan kebenaran, mereka bahkan sampai mengecek berulang-ulang. Tentu mereka tidak masalah den
"Katanya kamu ingin cepat-cepat pulang dan bermesraan denganku, sayang—" Mendengar itu, Susan mendecakan lidah, "Ivan, jangan bercanda, jangan mengalihkan pembicaraan. Aku lagi serius. Jawab pertanyaanku sekarang... siapa kamu sebenarnya, hah!?" potong Susan kesal. Usai berkata, Susan berjalan menuju ke arah sofa dan menjatuhkan diri di sana. Ivan tidak kunjung menjawab, ikut duduk di sofa, di hadapan sang istri kontraknya yang tampak begitu frustasi. Tak sabar. "Aku adalah anak dari Bu Yuni dan Pak Joko yang memang dari keluarga biasa-biasa saja. Bahkan miskin—" jawab Ivan setelah terdiam sebentar. Mendengar jawaban Ivan, Susan kembali mendecak, "Itu aku juga tahu Ivan! Masalahnya adalah kenapa kamu yang berasal dari keluarga miskin itu tiba-tiba memiliki banyak uang dan memiliki Lamborghini?!" "Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Kapan kamu membeli Lamborghini itu? Selama ini Lamborghinimu kamu tempatkan di mana? Kenapa baru sekarang kamu memperlihatkan Lamborg
Jangan-jangan... Pantas saja Sheila mengajak dirinya bertemu di kamar hotel, bukan di tempat lain! Namun Ivan tidak menyela pembicaraan, membiarkan rekan guru wanitanya itu menyelesaikan kalimatnya. Setelah terdiam sejenak, Sheila kembali bicara, "Meskipun kamu sempat terlintas di benakku waktu itu sebagai orang yang kemungkinan besar akan datang menyelamatkanku, tapi aku tidak menyangka kalau hal itu benar-benar menjadi kenyataan," Di titik ini, Ivan mengusap muka dengan kasar seraya mengedar pandangan ke sekeliling. Mendadak, Ivan teringat kejadian ia yang terjebak bersama Susan di kamar hotel sewaktu wanita itu terpengaruh obat perangsang dan meminta dirinya untuk melepaskan pengaruh obat tersebut dengan cara berhubungan badan. Dan kini ia harus mengalami hal yang sama lagi? Bedanya, wanita ini hendak menyerahkan dirinya untuk ia sentuh! Sewaktu terjebak bersama Susan, jika bukan karena terpaksa sebab mengharuskan ia menuruti permintaan Susan untuk melepaskan pengaruh
Tiba-tiba... "Ada apa ini?!" Seruan itu membuat perhatian semua orang menjadi teralihkan. Kepala-kepala kompak tertoleh, ke arah sumber suara. Tampak Kakek Rahardian yang tengah berjalan ke arah mereka. Sang kepala keluarga itu baru tiba. Melihat kedatangan sang kakek, Felix buru-buru menghampiri dan mengadu, "Kek, sampah itu baru saja memelintir tanganku dan menendangku sampai terjatuh ke lantai!" Rahardian langsung terperanjat! Kemudian, tatapannya teralihkan kepada Ivan. Benar kah hal itu? "Aku harap Ayah bisa bertindak adil kali ini. Dia telah membuat cucu Ayah kesakitan! Pria itu ternyata berandalan jalanan, Yah! Preman rendahan yang selalu menggunakan kekerasan! Selain itu, dia juga membuat keributan di pesta ini!" ucap Herlambang menambahi Felix. Ucapan Herlambang langsung dibenarkan oleh yang lainnya. Sementara Susan terang saja marah. "Mereka yang memulai duluan, Kek. Apa yang dilakukan Ivan itu hanya untuk membela diri!" seru Susan. Hal tersebut membuat
Mendapati Felix bersikap demikian, Ivan seketika menyeringai. Secara tidak langsung memberikan jawaban bahwa dirinya lah yang menaruh garam pada minuman Felix. Ivan tahu bahwa apa yang ia lakukan kekanakan. Tapi terlepas dari itu, memberikan pelajaran kecil-kecilan kepada Felix seru juga. Setelah terdiam sejenak, ekspresi wajah Ivan berubah seperti orang yang langsung merasa bersalah, "Ah, maafkan aku. Sepertinya tadi aku tidak sengaja memasukan garam ke dalam minumanmu yang aku pikir itu gula karena aku sedang terburu-buru," Felix yang sudah emosi, mendengar alasan Ivan mengernyitkan kening. Tahu jika Ivan sedang berpura-pura. Apa-apaan! Dia sengaja melakukan hal tersebut! Felix pun kini tidak peduli lagi soal Ivan yang jago berkelahi, demi harga diri, ia segera merangsek maju seraya berseru murka dan langsung melayangkan pukulan ke wajah Ivan. Namun, pukulannya tidak terkena sasaran sebab Ivan yang dengan cepat menghindar, padahal pria itu sedang memegang nampan. Ha
Susan pun akhirnya memilih tidak mempermasalahkan Ivan yang menjadi pelayan lagi. Toh, sudah terlanjur, protesnya tidak digubris oleh anggota keluarganya, juga ia yang tidak bisa pergi dari pesta itu lantaran tamu-tamu Paman dan Kakeknya tengah mengajak berbincang. Susan memutuskan akan menunggu kedatangan sang Kakek saja yang hingga saat ini kenapa belum tampak batang hidungnya?! Ia berharap ketika Kakeknya datang dan melihat Ivan menjadi pelayan, akan langsung menyuruh Ivan untuk berhenti dan memarahi anggota keluarganya. Sementara itu, Ivan yang telah berganti baju pelayan tampak sibuk membawakan nampan berisi gelas minuman kepada para tamu. Ivan terpaksa menurut sebab ia mempunyai rencana. Namun jika sampai terjadi apa-apa dengan Susan, ia akan langsung pasang badan. Ia tahu anggota keluarganya begitu tidak suka dengan sang istri, selalu ingin menjatuhkannya, berambisi merebut posisinya. Selagi Ivan memberikan gelas-gelas minuman kepada para tamu, tak lupa hinaan d
Sementara di dalam rumah tempat diberlangsungkannya pesta hari jadi pernikahan Herlambang dan Hesti, Susan begitu geram dengan anggota keluarganya yang menjadikan Ivan pelayan! Susan baru menyadari bahwa sudah pasti keluarganya akan memperlakukan Ivan dengan buruk, mereka sudah berkata secara terang-terangan jika tidak akan menganggap Ivan bagian dari keluarga ini meski ia telah menikah dengannya, juga mengancam akan membuat hidup Ivan menderita. Mungkin, apa yang tengah mereka lakukan saat ini, termasuk salah satunya. Mendapati Susan yang marah-marah karena hal tersebut, membuat Herlambang merasa sangat puas. Pasalnya, rasa benci terhadap wanita itu tidak akan pernah pupus. Kegagalan dirinya dalam merebut posisi CEO dari Susan membuatnya murka. Juga kecewa berat dengan sang Ayah yang lebih memihak Susan dari pada dirinya. Maka, ia pun akan terus berusaha menjatuhkan Susan. Kini, Herlambang menatap Susan sinis, "Bukan kah sedari awal kamu sudah tahu, Susan? Jika Paman tida
Empat hari lagi, Susan dan Ivan akan berbulan madu ke Maldives. Sesuai isi perjanjian yang telah disepakati mereka berdua jika akan melakukan hubungan suami istri jika ada hal yang membuat mereka terpaksa melakukan hal itu. Desakan dari sang kakek yang menginginkan Susan cepat hamil. Namun, setelah Susan tidak bisa berbuat sesuatu selain pasrah, ia malah menginginkan hal itu. Malam itu, sejujurnya, Susan tidak bisa mengelak meskipun ia dalam pengaruh obat perangsang bahwa ia sangat menikmati hentakan tubuh Ivan. Selama ini Susan berusaha mengenyahkannya, mewanti-wanti diri, supaya tidak ada perasaan dengan Ivan saja. Namun ternyata ia tidak bisa! Ivan sendiri juga merasakan hal yang sama. Walau dulu ia sudah beberapa kali ranjangnya dihangatkan oleh wanita, tapi kali ini rasanya sungguh berbeda. Di matanya, Susan sangat menantang, begitu berbeda, tidak seperti wanita kebanyakan. Susan pula ternyata berhasil menganggu pikirannya, membuatnya merasa nyaman dan benih cinta
Susan buru-buru menarik tangan dari genggaman tangan Ivan, "Ap-apa yang akan kamu lakukan... " ucap Susan terbata seraya beringsut ke belakang. Menghindari Ivan yang seperti hendak menciumnya. Untung saja, Ivan tidak menyerangnya, terdiam seraya masih dalam posisi membusungkan dada. Mendapati reaksi Susan seperti itu, Ivan menaikan sebelah alisnya, "Kenapa? Apa kamu belum siap, sayang?" tanya Ivan yang seketika memecah hening yang tengah terjadi. Susan gelagapan, "Si-siap ap-apanya?" balas Susan pura-pura kebingungan. Padahal, ia tahu apa yang dimaksud. Setelah terdiam sejenak, Susan mencoba menyadarkan Ivan, "Ja-jangan kamu pikir karena kamu sudah memiliki banyak uang sekarang, lantas kamu bisa bertindak seenakmu, Ivan. Ti-tidak ada hubungan suami istri didalam pernikahan kita!" Susan berucap demikian sebab kini ia merasa terancam. Juga tidak seberani dulu. Bagaimana tidak, awalnya ia mengira Ivan hanya seorang guru miskin, sehingga ia bisa berbuat sesuka hati. Layaknya s
Rahardian mengeraskan rahang, "Tapi sepertinya cepat atau lambat pasti Ivan dan Susan akan mengetahui kebenarannya, Graha," Mendengar itu, Graha menghembuskan napas berat, "Itu pasti, Har," Kemudian, Graha menatap Rahardian penuh keyakinan, "Tapi sepertinya Ivan tidak akan mempermasalahkan hal itu karena mereka berdua saling mencintai, bukan? Mungkin hanya akan kaget saja, tidak menyangka," Ucapan Graha langsung dibenarkan oleh Rahardian. Kini, keduanya menjadi lega. Tiba-tiba, Graha terhenyak kaget. "Apakah mereka berdua sudah berbulan madu, Har?" tanya Graha antusias. Rahardian menggeleng dengan memasang ekspresi wajah tak berdaya, "Belum. Mereka belum berbulan madu dengan dalih Susan masih sibuk dengan pekerjaanya. Padahal, aku sudah menyinggung hal itu kepada mereka berdua. Tapi kata Susan, jika dia sudah senggang, mereka berdua akan berbulan madu," Mendadak, wajah Graha berbinar-binar. Dengan rahang mengeras, Graha kembali bicara, "Desak mereka berdua untuk seger
Terduduk di jok belakang, Susan tengah menyilangkan tangan di depan dada, terdiam memikirkan sesuatu. Sementara Larasati duduk di jok kemudi, fokus pada jalanan. Keduanya sedang dalam perjalanan ke kantor setelah dari rumah kedua orang tua pura-puranya Ivan. Andai kamu tau saja, Van. Kamu juga mulai menganggu pikiranku tauk. Aku juga sudah mulai merasa nyaman denganmu. Bahkan, sepertinya aku mulai menyukaimu. Ucap Susan dalam hati. Kini, akhirnya Susan mengakui perasaanya kepada Ivan setelah sebelumnya hati dan pikirannya bergejolak hebat. Berperang. Susan pun jadi geregetan dengan dirinya sendiri, malu pula sebab malah menyukai Ivan. Bagaimana tidak, awalnya, ia sendiri yang berpikir tidak akan mempunyai perasaan dengan suami kontraknya itu, tapi malah ia yang bawa perasaan pada akhirnya. Bahkan, belum ada satu tahun saja, ia sudah memiliki perasaan kepada Ivan. Jangankan satu tahun, belum genap satu hari semenjak ia menantang Ivan! Sebab semakin Susan mengelak, rasa s
Jangan baper Susan. Jangan baper. Ingat, tujuanmu menikah dengan Ivan itu supaya kamu tetap bisa mejabat sebagai CEO. Tahan, Susan. Tahan sampai satu tahun. Jangan sampai kamu ada perasaan dengan guru itu! Namun, meski demikian, kalimat Ivan itu malah berhasil menggetarkan jiwanya. Di titik ini, Susan ingin sekali kabur sebab menjadi salah tingkah. Situasi seperti ini sungguh mengesalkan! Begitu berhasil menguasai diri, Susan berjalan mendekat ke arah Ivan yang kini sedang duduk di ranjang. Tiba di depan Ivan, Susan menempelkan telapak tangan di dahi sang suami kontrak. Detik berikutnya, ia menegapkan tubuhnya kembali, melipat tangan di depan dada sambil memicingkan mata! "Sepertinya kamu sedang demam, Van," Tiba-tiba... Apa yang dilakukan Ivan selanjutnya membuat Susan terkejut! Ivan main menarik tubuh Susan ke dalam dekapannya sebelum kemudian langsung menidurkannya di kasur. Sedangkan Ivan sendiri langsung beranjak dari duduknya dan mengurung tubuh Susan dengan ke