Sontak saja, Gading membeku di tempat, tercengang seraya menggeleng tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Pria yang mereka anggap payah dan lemah itu berhasil mengalahkan sepuluh anak buahnya yang semuanya memiliki kemampuan di atas rata-rata? Terang saja Gading menggeram marah dengan kedua tangan terkepal kuat. "Bangsat!" maki Gading tak kalap. "Kau boleh saja menang melawan mereka, tapi tidak denganku!" Gading berteriak, langsung merangsek maju. Seketika Ivan kembali memasang kuda-kuda, mengepalkan tinju. Gading menyerang lebih dulu, beringas mencecar pukulan dan tendangan kepada Ivan. Jual beli pukulan dan tendangan pun kembali terjadi, saling menghindar, mengelak dan menepis. Plak! Plak! Kini Gading baru benar-benar terkejut setelah bertarung melawan Ivan secara langsung mengenai gerakan Ivan yang cepat sekali. Tidak hanya itu, Ivan juga tampak santai dan tenang. Mendapatkan hal itu, Gading berdecak kesal, juga jengkel kala melihat pukulannya berkali-kali menge
Ivan benar-benar harus membuat perhitungan yang sangat akurat jika ia harus melawan pistol itu. Sedangkan Axel yang sudah kepalang malu sebab seorang ketua mafia seperti dirinya bisa dikalahkan oleh pria yang kini belum diketahui identitasnya tersebut. Tapi yang jelas pria itu bukan orang sembarangan. Kemampuan bertarungnya sungguh luar biasa. Benar-benar menakutkan. Axel kian semakin malu sekaligus marah, bagaimana tidak, tempat untuk mengeksekusi Ivan adalah bar miliknya. Seharusnya ia beserta anak buahnya dapat meringkus Ivan dengan begitu mudah di kandang sendiri. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Tidak mau hal ini diketahui orang-orang, maka, pria itu harus segera mati. Ia benar-benar tidak punya pilihan lain selain melenyapkan pria itu. Lalu, dengan menatap lurus ke arah sasaran, Axel segera menarik pelatuk pistolnya. Ivan sendiri sudah mempersiapkan diri sejak awal dan membuat perhitungan yang sangat akurat. Ia membaca ekspresi wajah, getaran tubuh dan geraka
Seorang perempuan cantik nan seksi dengan mengenakan gaun tampak berjalan ke arahnya, bersama seorang perempuan juga dengan setelan blazer dan celana di belakangnya. Sepertinya dia asisten pribadi perempuan itu atau mungkin sekretarisnya. Sebelumnya, dua perempuan cantik itu yang hendak pergi sehabis ada urusan di bar begitu mendapati ada pertarungan, membuat keduanya urung pergi dan memutuskan menonton dengan berada di dalam mobil. Ivan, kemampuan pria itu berhasil menarik perhatiannya. Maka dari itu, ia semakin penasaran dengan apa yang terjadi. Dan setelah Ivan berhasil mengalahkan ketua mafia Kapak Merah, perempuan itu tidak perlu berpikir lagi untuk menghampirinya. Sementara Ivan, tiba-tiba fokusnya teralihkan dengan Marco yang ikutan bubar bersama orang-orang yang tadi menonton pertarungan. Alias kabur. Melihat hal itu, Ivan terbahak. Ah, menyebalkan sekali aku harus berurusan dengan pria pengecut sepertinya! Tapi hal tersebut tidak masalah baginya. Kini kesabaran I
"Sungguh? Ah, aku tidak percaya. Rasanya tidak mungkin seorang guru sepertimu memiliki kemampuan bela diri yang sangat mengagumkan." "Terserah Nona mau percaya atau tidak, yang penting, aku tidak berbohong, itu faktanya." Senyum di wajah Monica mendadak pudar, terdiam sejenak, mencerna perkataan Ivan. "Sekali lagi aku minta maaf, Nona. Aku tidak bisa menerimanya!" Kemudian ia meraih minumannya dan menenggaknya sampai habis. "Kalau begitu, aku pamit pergi dulu." Monica melebarkan matanya, seketika gelagapan. "Astaga kau benar-benar tidak sopan!" decaknya seraya melengos. "Aku benar-benar tidak bisa Nona karena aku memiliki pekerjaan yang tidak bisa aku tinggal!" Monica menatap Ivan untuk beberapa saat, entah kenapa, pria ini begitu menarik perhatiannya. Setelah melihat kemampuannya bertarung secara langsung, jelas pria ini bukan pria sembarangan. Tanpa mengatakan apa-apa, Monica mengecek tas dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sana. Sebuah kartu nama. Lalu, ia menyodork
Melihat sang kakek bersikap demikian, Susan memanggil, "Kakek... " Namun, Rahardian tidak menyahut, masih bengong, seperti tengah memikirkan sesuatu. Hal tersebut membuat Susan mengernyitkan kening. Apa yang sedang Kakeknya itu pikirkan? Susan pun memanggil kakeknya lagi sambil menggoyang-goyangkan pahanya. "Kek, apa yang sedang Kakek pikirkan?" Mendapati hal ini, Rahardian tersadar dari lamunanya. Ia gelagapan, lalu buru-buru mengkondisikan diri dan kembali menatap cucunya sembari menggeleng. "Tidak. Kakek hanya terharu saja karena pada akhirnya kamu akan segera menikah, Sus." "Selain karena kamu yang akan tetap menjabat sebagai CEO, Kakek Benar-benar bahagia karena pada akhirnya kamu akan menikah." Kata Rahardian lagi. Mendengar itu, Susan tersenyum tidak berdaya dengan tatapan sendu. "Terima kasih, Kek. Aku juga senang sekali karena pada akhirnya Kakek benar-benar merestui hubunganku dengan Ivan." Lalu, Rahardian lanjut berkata. "Dan kamu tidak perlu khawatir dengan He
Sementara itu, Marco tengah memukul meja yang ada di bar stool dengan emosi menggebu sekaligus tampak cemas. Sebelumnya, sebab takut dan tidak tahu harus berbuat apa, akhirnya Marco memutuskan kabur dari bar milik Kapak Merah, ia tidak mau berakhir babak belur lagi di tangan Ivan. Ketua mafia saja dengan mudah dikalahkan olehnya, apalagi dengan dirinya yang notabene tidak memiliki ilmu bela diri? Lalu, dengan perasaan carut marut, Tuan Muda keluarga Darius itu menyambar gelas berisi alkohol di hadapannya dan meminumnya dengan cara bar-bar. Berharap ketakutan sialan yang kini tengah menyerangnya hilang. Sial! Baru pertama kali ini aku merasa sangat ketakutan dan memutuskan kabur seperti pengecut, padahal yang aku hadapai hanya lah guru miskin yang tidak memiliki uang dan kekuasaan. Tidak punya pengaruh! Tapi auranya itu benar-benar mengerikan. Gumam Marco sembari berdecak. Tiba-tiba... Seorang wanita seksi berisi dengan pakaian begitu ketat, dia adalah wanita penghibur, mend
"Ternyata Ivan benar-benar hebat dalam bertarung, Yah. Dia memiliki kemampuan bela diri setara ketua mafia!" Ucap Felix dengan marah sekaligus keheranan sambil berjalan di lorong rumah sakit bersama Ayahnya. "Bahkan, seorang ketua mafia saja dapat dikalahkan dengan mudah olehnya!" Mendengar itu, ekspresi wajah Herlambang menjadi buruk. Ia pun berpikir hal yang sama. Dengan rahang mengeras, Herlambang berkata. "Itu benar-benar tidak masuk akal, Felix. B-bagaimana mungkin sampah itu bisa memiliki kemampuan bela diri yang hebat? Belajar dari mana dia?" Felix berdecak, "Kalau kayak gini caranya, bagaimana kita akan dapat membuat sampah itu cacat, Yah? Sekelas ketua mafia saja tidak dapat melakukannya!" "Dan rencana menyingkirkan sampah itu akan gagal pastinya... " sambar Herlambang cepat menambahi perkataan anaknya. Kini Herlambang mendengus, ia sungguh tidak ada ide lain setelah mengetahui bahwa Ivan baik-baik saja. Bahkan tidak tersentuh sama sekali oleh Axel dan anak buahnya.
Apa aku harus membayar orang untuk berpura-pura menjadi kedua orang tuaku ya? Gumam Ivan. Namun Ivan buru-buru menggeleng, merasa ide yang baru saja ia pikirkan itu terasa konyol. "Kalau begitu, ayo kita ke rumah kedua orang tuamu saja sekarang selagi aku tidak banyak kerjaan di kantor." Ucap Susan sembari melangkahkan kakinya kembali menuju mobil. "Kita sudah tidak punya waktu lagi, Van. Kalau tidak sekarang, kapan lagi?" Mendapati hal tersebut, Ivan seketika tersadar dari lamunan. Detik berikutnya ia terperangah. Bagaimana ini? Susan malah meminta bertemu dengan kedua orang tuanya sekarang! Sontak saja, Ivan gelagapan selama beberapa detik, lalu ia buru-buru menyusul Susan dan mencoba mensejajari langkah calon istrinya tersebut sembari berkata. "Jangan sekarang, Nona." Susan menghentikan langkah, menghadap Ivan sambil menyilangkan tangan di depan dada dengan pandangan memicing. "Memangnya kenapa?" Seketika Ivan berpikir dengan keras. "Ya... aku belum memberitahu Ibu d
Tidak disangka, ternyata Susan tidak marah saat Ivan memberitahu perihal ia yang dulu menolak perempuan yang dijodohkan oleh orang tuanya yang tidak lain adalah perempuan yang saat ini menjadi istrinya. Yang mana, hal itu membuat Ivan ribut dengan kedua orang tuanya dan akhirnya Ivan memutuskan pergi dari rumah demi kebebasan. Susan berpikir, tidak ada gunannya ia marah. Toh, dulu, Ivan juga tidak tahu jika yang akan dijodohkan dengannya itu adalah dirinya. Pun kalau seandainya perjodohan itu terjadi, cinta keduanya mungkin tidak akan sedalam seperti sekarang ini. Malahan, kala teringat awal pertemuannya dengan Ivan, rasanya Susan ingin tertawa saja. Memang, benci dan cinta itu beda tipis. Sedangkan Ivan yang mendengar jawaban Susan terang saja lega bukan main. Demikian, kini sudah tidak ada yang dicemaskan lagi. Sudah tidak ada rahasia yang ia sembunyikan dari Susan lagi. Bisa dikatakan, ia telah terbuka sepenuhnya kepada Susan. Begitu sebaliknya. *** Di saat ini, seorang d
Pesta besar-besaran yang sebelumnya telah direncanakan oleh keluarga Graha akhirnya digelar! Pesta itu tidak lain adalah bentuk rasa syukur Graha dan Rosalinda atas kembalinya Ivan, pulang-pulang sudah berstatus menikah, ditambah istrinya yang kini sedang mengandung. Jelas saja, kebahagiaan yang tengah dirasakan oleh pasangan konglomerat itu bertambah berkali-kali lipat. Selain itu, Graha dan Rosalinda juga ingin mengenalkan Susan–istrinya Ivan sekaligus menantu mereka berdua–yang kini telah resmi menjadi bagian dari keluarga keduanya kepada semua orang. Malam ini, kediaman keluarga Graha disulap menjadi tempat pesta yang begitu megah. Ada ratusan undangan yang datang dalam acara tersebut. Graha mengundang kerabat, kolega, rekan bisnis dan kenalannya. Kesibukan terlihat sejak tadi di dalam mau pun luar rumah. Tamu-tamu undangan mulai berdatangan. Pelayan hilir mudik membawakan gelas minuman. Tukang pukul berjaga, di tempatkan di setiap sudut ruangan dan beberapa titik. Sementa
"Mendekam diri di penjara!!!" Sontak saja, perkataan Rahardian membuat keduanya terkejut bukan main. Di saat yang sama, mereka berdua balik menatap Rahardian sambil menggeleng tidak percaya. Tega sekali Ayahnya memutuskan hal demikian? Alasan Herlambang menggelapkan dana perusahaan sebab ia yang sangat marah dengan Ayahnya yang selalu berpihak kepada Ivan dan Susan. Alih-alih kepada keluarganya. Sebenarnya, Herlambang hanya ingin melampiaskan kemarahannya saja dan untuk mendapat perhatian kembali dari Ayahnya. Namun, tentu saja, apa yang dilakukan oleh Herlambang sangat keterlaluan dan fatal. Bagaimana tidak, kedua orang tuanya Susan sudah bersusah payah membesarkan Malice hingga seperti sekarang ini dan juga Rahardian sudah setengah mati mempertahankannya. Tapi kini Malice malah akan dihancurkan oleh orang dalam? Anggota keluarganya sendiri? Rahardian terang saja tidak akan memaafkannya, sekali pun orang itu adalah anggota keluarganya sendiri! "Aku adalah anak Ayah. Sedang
Susan menghela nafas lega mendengar jawaban suaminya, "Aku memang pernah menjalin hubungan dengan pria yang umurnya lebih muda sepertimu, sayang. Tapi, tidak untuk memenuhi hasratku saja. Memangnya aku wanita apaan? Dan aku, sungguhan berpacaran dengannya!" "Kalau kamu ingin bertemu dengannya, aku bisa mempertemukanmu dengannya, sayang. Kamu bisa tanya-tanya supaya lebih percaya–" Belum usai kalimat Susan, Ivan sudah memotongnya lebih dulu. "Tidak usah, sayang. Aku percaya padamu. Setelah apa yang dilakukan tante Irene, bodoh sekali jika aku masih mempercayai ucapannya!" Mendengar itu, Susan tersenyum sembari manggut-mangut, "Terima kasih, sayang." Susan kembali memeluk Ivan dengan begitu erat yang langsung dibalas oleh Ivan. Dan yang terjadi selanjutnya membuat Susan sedikit tersentak! Tiba-tiba, Ivan main melumat bibir Susan seraya kedua tangannya menelusuri setiap lekuk tubuh istrinya. Susan juga tidak mau kalah, ia pun membalas lumatan bibir suaminya. Juga melakukan hal y
Semua orang telah beranjak dari pengadilan dan pulang ke rumah masing-masing. Tentu saja, Herlambang, Hesti, Irene dan Rasya pulang dalam keadaan ketakutan luar biasa. Saking ketakutannya, mereka merasa seperti seseorang yang mau menemui ajalnya saja! Bagaimana tidak, mereka akan mendapatkan hukuman dari keluarga yang paling ditakuti di negara Ferania. Baik dari kalangan pebisnis mau pun mafia. Demikian, tamat sudah riwayat mereka! Seketika rencana membalas perbuatan Ivan dan Susan, menghancurkan rumah tangga keduanya, menggugurkan kandungan Susan, lenyap sudah. Jelas, sekarang mereka sudah tidak berani melakukan hal tersebut. Selagi masih ada waktu, mereka tidak henti-hentinya meminta maaf dan memohon ampunan kepada Ivan dan Graha. Namun, keduanya tidak mengubrisnya sama sekali. Mengatakan bahwa sudah terlambat untuk mereka melakukan hal itu, tidak ada kata maaf dan ampunan lagi! Hal tersebut membuat ketakutan yang tengah melanda mereka semakin menggila. Tidak sulit untuk m
Mendengar itu, ke empatnya seketika terlonjak! Belum sempat mereka berempat membalas perkataannya, mulut Graha lanjut bicara, "Tidak perlu dijelaskan. Aku sudah tahu semuanya. Aku sudah tahu apa yang dialami oleh Ivan di keluarga kalian. Perlakukan kalian kepadanya dan tentu, setelah ini, kalian akan mendapatkan balasan dariku langsung!" "Tidak hanya anggota keluarganya Susan saja, tapi semua orang yang dulu pernah menghina dan jahat kepada Ivan!" Sontak saja, mendapatkan ancaman menggelegar dari orang paling kaya di negara ini membuat mereka berempat ketakutan hebat! Kini, mereka mulai menerima fakta bahwa Ivan adalah anaknya tuan besar Graha setelah memikirkannya agak lama. Kala teringat dengan apa yang dulu pernah Ivan lakukan yang bagi mereka itu sangat mustahil dan tidak masuk akal, tapi sekarang seakan semuanya terjawab sudah! "Sebenarnya, mengungkapkan identitas asliku kepada kalian semua bukan lah gayaku. Jujur, aku senang bermain-main dengan kalian. Itu sedikit menghib
Melihat kedatangan konglomerat yang begitu dihormati itu, membuat semua orang kompak terbeliak kaget sekaligus bertanya-tanya. Kenapa tiba-tiba sang penguasa Ferania itu muncul dan tengah berjalan ke arah mereka? Apakah ada perlu dengan salah satu diantara mereka? Alhasil, semua orang pun buru-buru mengondisikan diri, bersiap menyambut konglomerat tersebut. Sementara Ivan, Susan dan Rahardian saling pandang. Apakah Graha akan ... Seketika semua orang gelagapan saat orang nomor satu itu tiba dan berhenti di hadapan mereka. Demikian, Graha ada urusan dengan salah satu diantara mereka! Kemudian, semua orang kompak membungkuk hormat sembari memuja-muja. Graha sendiri langsung menatap mereka satu persatu dengan tatapan penuh selidik sebelum kemudian pandangannya jatuh kepada Irene. Hal tersebut membuat Irene terlonjak! Kenapa tuan besar Graha menatapku seperti itu?! Alhasil, Irene langsung merasa tidak karuan. Lalu, sebisa mungkin wanita itu mengulas senyum terbaiknya sambil meng
Keesokan harinya, persidangan dilanjutkan. Masing-masing dari Irene dan Ivan kembali memberikan keterangan, membantah, menyampaikan keberatan, memberikan alat bukti dan menghadirkan saksi-saksi. Ivan tidak tahan untuk tidak terbahak seraya menggeleng tidak mengerti saat saksi yang dihadirkan Irene memberikan keterangan. Bagaimana tidak, saksi-saksi itu memberikan keterangan palsu! Tidak kah mereka berpikir konsequensi apa yang akan didapatkannya? Kini waktu yang Ivan tunggu-tunggu telah tiba, Irene terpojok sebab alat bukti yang dihadirkan Ivan ke ruang sidang. Melihat kedatangan orang itu, Irene dan pengacaranya terang saja terbelalak! Bukan kah dia ... Lalu, keduanya pun menjadi panik. Bagaimana tidak, orang itu adalah orang suruhan Irene yang mengedit foto dan video viral tersebut. Kenapa Ivan bisa mengetahui dan berhasil menangkapnya? Padahal, Irene sudah membayarnya tinggi dan menyuruhnya untuk pergi jauh-jauh hari. Melihat reaksi Irene juga pengacaranya seperti itu,
Persidangan ditunda! Hal itu digunakan oleh Irene dan pengacaranya mencari cara untuk dapat memenangkan kasus ini sebab harus melawan pengacara besar yang disewa Ivan. Demikian, Irene dan pengacaranya menjadi ketar-ketir. Apalagi pengacara yang disewa Ivan belum pernah gagal menangani kasus. Entah bagaimana caranya, selalu saja menang! Ivan sendiri juga sibuk mencari cara, saksi atau pun sesuatu yang bisa digunakan untuk menyerang Irene dan menjatuhkannya. Apalagi setelah mengetahui jika Irene hamil dan mengaku-ngaku bahwa dirinya lah Ayah dari bayi yang sedang dikandungnya. Sementara itu, Susan dan Rahardian cepat-cepat menemui Irene. Keduanya berharap masalah ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Toh, mereka memang keluarga. Miris jika harus lapor polisi dan melalui persidangan. Namun, baik Susan mau pun Rahardian sudah tidak heran jika hal itu terjadi mengingat sikap dan perlakuan Irene selama ini. Sebelumnya, Susan dan Rahardian ingin bukti bahwa Irene memang sungg