Home / Romansa / Tergoda Hasrat si Presdir Tampan / Bab 3 ( Terungkapnya Sebuah Kebenaran)

Share

Bab 3 ( Terungkapnya Sebuah Kebenaran)

Author: Tri Afifah
last update Last Updated: 2023-10-18 10:51:31

'Bodoh sekali aku!'

Suci memukul kepalanya saat keluar dari ruangan Rangga. Wanita itu tampak begitu malu karena ucapannya yang tidak dapat dikontrol. Seharusnya ia tidak bertanya hal bodoh seperti itu. Sebagai orang berpangkat rendah, ia harus tahu diri bahwa Rangga bukanlah orang sembarangan yang akan meminjamkannya uang begitu saja. Terlebih saat keduanya telah mengalami insiden tak menyenangkan. Mungkin saat ini Rangga menanggapinya sebagai wanita murahan.

Rangga kembali menduduki kursi dan memanggil nama Anton agar masuk ke ruangannya. Anton sendiri diam-diam memperhatikan gerak-gerik Suci saat keluar dari ruangan Rangga.

"Kenapa kau menyuruh wanita itu untuk mengantarkan diriku pulang?"

Belum juga menduduki kursi, Anton sudah mendapati bahwa dirinya seperti tersangka yang harus menjawab pertanyaan Rangga.

"Nyonya Rahayu yang menginginkan hal itu. Kau tahu alasannya,"

"Karena aku belum menikah. Lagipula aku tidak butuh istri, Anton!"

Anton hanya menggeleng, malas untuk menanggapi perkataan Rangga. Biarlah anak dan ibu itu yang nantinya akan menyelesaikan masalah ini. Lagi pula, bukan hal baru Ibunya Rangga melakukan hal-hal yang berlebihan tentang kehidupan anaknya. Bagi Anton, itu tak masalah karena sebagai orang tua, pastinya Beliau sudah mengetahui desas-desus selama ini, bahwa Rangga digosipkan penyuka sejenis.

Anton hanya memberikan berkas yang diminta oleh Rangga. Ia tidak ingin banyak ikut campur masalah keluarga Rangga, walaupun pada akhirnya dirinya selalu dilibatkan dalam masalah ini.

"Ini berkas yang anda minta." Ucap Anton.

"Bagaimana bisa kau mengiyakan permintaan tidak masuk akal itu. Apa kau tahu, akibatnya?" Rangga sama sekali tidak mendengarkan ucapan Anton. Pikirannya melayang pada malam yang samar, tak dapat diingatnya.

Anton menggeleng tidak mengerti.

"Memangnya, apa yang terjadi, Pak? Saat itu saya benar-benar tidak dapat mengantar anda pulang dan kebetulan Suci ditugaskan untuk melayani para tamu undangan. Dan, saya tak tahu pastinya. Tapi, Ibu anda sendiri yang telah menawarkan Suci agar mengantarkan anda pulang."

Rangga menatap lekat wajah asisten pribadinya itu. Tapi, Rangga masih belum mendapatkan titik temu masalah ini. Ia merasa dirinya sedang dijebak oleh seseorang.

Saat akan mengatakan sesuatu, Rangga teringat bahwa dirinya memiliki kamera pengawas di rumahnya yang terhubung dengan ponselnya. Tak ingin membuang-buang waktu, Rangga segera melihat ke ponselnya dan melihat kamera pengawas rumahnya menangkap sosok tubuh wanita itu bersama dengan dirinya masuk ke dalam rumah dalam keadaan tubuh saling berpelukan. Lebih tepatnya, Wanita itulah yang memapah dirinya ke dalam rumah dan Rangga tanpa sadar mengalungkan tangannya pada leher wanita itu.

Rangga menjambak rambutnya, frustasi dengan hal yang dilihatnya. Wanita itu terlihat begitu kewalahan menghadapi tingkah laku Rangga yang tidak seperti biasanya.

Rangga tidak melanjutkannya, ia tidak ingin melihat adegan selanjutnya yang terekam jelas di dalam kamarnya. Ia tidak ingin mengetahui kebenarannya dan membuka peluang wanita itu masuk ke dalam kehidupannya.

***

Dua Minggu berlalu, Suci sudah tak mampu lagi untuk menahan diri agar tidak menangisi kehidupannya. Saat ini, wanita yang masih berusia dua puluh satu tahun itu terlihat terduduk lemas di ujung koridor rumah sakit. Hari ini, penyakit Ayahnya kembali kambuh dan harus dibawa ke rumah sakit.

Suci menghela nafas panjang berharap agar masalahnya ini teratasi dengan baik. Rumah sakit memberikan kelonggaran untuk Ayahnya agar bisa dirawat sementara di rumah sakit. Tapi, untuk biaya operasi Suci harus cepat mendapatkan itu semua agar penanganan Ayahnya dapat dilakukan secara maksimal.

Rangga menatap seorang pria muda yang beberapa terakhir mengantarkan kopi untuk dirinya.

"Kemana wanita yang biasa mengantarkan kopi untuk diriku?"

Sang pria mencoba untuk mengingat, siapa rekannya yang biasa menyiapkan kopi untuk atasannya itu.

"Oh, Suci? Katanya dia sudah mengundurkan diri, Pak. Ayahnya sakit keras dan kabar terakhir yang saya tahu, Ia habis dimarahi habis-habisan oleh Supervisor karena ingin berhutang pada Kantor."

Mendapati kabar Seperti itu, Rangga sama sekali tidak bereaksi dengan penjelasan pria itu. Tatapannya kembali pada berkas dokumen yang menumpuk di atas mejanya.

***

Suci menghela nafas berat saat keluar dari ruang pemeriksaan. Ia tak habis pikir, kenapa dunia begitu kejam padanya. Belum selesai satu masalah, kini kembali datang masalah baru lagi. Ingin rasanya berteriak dan berlari sekencang-kencangnya dari semua masalah ini. Karena tak ada satupun orang yang benar-benar peduli terhadap dirinya.

Tanpa Suci Sadari, sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan gerak-geriknya.

"Apa dia hamil?"

Rangga menatap malas pada antrian panjang yang mengharuskan dirinya untuk ikut mengantri mengambil resep obat dari dokter. Ya, memang benar. Rumah sakit sebesar ini pasti akan memakan waktu lama untuk sekedar mengambil obat. Rangga mendudukkan tubuhnya di kursi besi panjang dan berharap agar semua ini cepat berakhir. Seandainya Ibunya tidak meminta pertolongan soal kontrol kesehatan ini, pastinya Rangga sudah berada di kantor menyelesaikan pekerjaannya.

Setelah selesai ikut mengantri mengambil obat, Rangga dikejutkan dengan kehadiran Suci. Wanita itu terlihat sedang duduk di kursi panjang rumah sakit yang berada di ruangan tempat rawat inap pasien.

Rangga hanya memperhatikan dari kejauhan tanpa ingin bertindak lebih jauh lagi dengan menemui Suci. Lagipula, saat ini Suci sudah bukanlah karyawannya lagi, jadi itu semua bukanlah masalah bagi Rangga dan Ia pun memutuskan langsung pergi meninggalkan rumah sakit tanpa ingin mengetahui lebih jauh lagi permasalahan wanita itu.

Setelah sampai di area parkir, Rangga kembali harus menunggu kedatangan Ibunya yang belum berada di area parkir rumah sakit. Wanita itu beralasan perutnya sakit dan harus kembali ke toilet terlebih dahulu. Hal ini membuat Rangga harus kembali menunggu lagi.

Suci kembali menatap secarik kertas yang saat ini berada ditangannya. Uang segitu banyaknya, harus Ia dapatkan dengan cara…

Suci menggeleng cepat berusaha menampik dirinya seorang wanita yang tak bermoral. Seharusnya ia bisa mencari jalan keluar untuk permasalahan ini. Tapi otaknya terasa begitu buntu dan tak dapat berpikir jernih. Bayangan suram masa depan dan batas kemampuan bertahan Ayahnya yang kian menepis terus menerus menggerus akal sehatnya. Suci kembali meneteskan air matanya, ia merasa matanya begitu perih, namun air matanya tak kunjung dapat ia tahan agar bisa lebih lama lagi bertahan didalam.

"Hapus air matamu," Suci mencoba mengangkat kepalanya dan menatap wajah seorang wanita paruh baya yang tersenyum hangat padanya. Suci takut jika ia salah lihat, jadi Ia mengusap matanya dan menatap ke sekelilingnya yang ternyata memang hanya ada dirinya di kursi itu. Ia hanya takut jika bukan dirinya yang disapa wanita ini.

"Siapa anda?" tanya Suci ragu melihat penampilan sang wanita pastilah bukan sembarang orang. Wanita itu tersenyum, lalu ikut duduk di samping Suci. Merasa tak nyaman duduk sedekat ini, Suci memutuskan untuk menggeser posisi duduknya sedikit menjauh dari wanita paruh baya itu.

"Apakah kau wanita yang tidur dengan anakku?"

Related chapters

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 4 ( Hamil Anak Rangga)

    "A-apa?" Suci kebingungan dengan pertanyaan wanita paruh baya itu."Melihat ekspresi wajahmu, sepertinya benar. Dan ini sungguh kabar gembira, ini artinya anakku normal dan bukanlah penyuka sejenis." Jawab Wanita yang tak Suci kenal itu dengan penuh rasa syukur.Suci menggeleng, merasa pernyataan wanita itu begitu aneh di telinganya."Saya tidak mengerti pria yang anda maksud," sanggah Suci berusaha untuk meyakinkan wanita itu."Jaga diri, siapa tahu saat ini kau sedang mengandung anak Rangga."Ucap wanita itu, seraya bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan meninggalkan Suci yang masih kebingungan karena tingkah wanita itu sangatlah aneh. Hamil? Siapa yang hamil? Anak Rangga? Impossible!Setelah Kepergian wanita itu, Suci menatap perutnya yang saat ini masih terlihat datar. Memang benar, pagi itu dirinya bangun dalam keadaan tidak memakai sehelai benangpun di tubuhnya. Tapi, untuk mengingat kembali kejadian itu, jujur Suci sampai sekarang masih belum bisa mengingatnya. Yang Ia

    Last Updated : 2023-10-18
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 5 ( Tawaran Menikah)

    "Apa benar, saat ini kau mengandung anakku?" Suci menahan nafasnya. Pertanyaan Rangga tidak pernah terlintas dipikiran Suci. Pria itu terlampau jujur dan tidak bertele-tele. "Ti-tidak, Pak." Jawab Suci. Bola matanya terlihat bergerak gelisah, hal itu dapat ditangkap oleh kedua mata Rangga. Pria itu tidak berkomentar, Ia memandangi wajah di hadapannya itu, mencari nada kebohongan yang bisa saja Suci ucapkan.Hening.Tidak ada yang bersuara, keduanya sedang dalam pikiran masing-masing. Hal itu membuat Suci harus kembali bersyukur, untung saja Ia tidak benar-benar mengandung anak Rangga. Jika saja hal itu terjadi, mungkin Ia akan mendapatkan teror dari pria ini. "Maaf Pak, jika tidak ada yang ingin bapak katakan lagi, saya harus pergi ke rumah sakit."Rangga hanya diam saja sambil terus menatap wajah Suci. Wajah pria yang terlihat tampan itu kembali mengeras."Jangan mencoba bermain api denganku!"Suci mundur selangkah menjauh dari jangkauan Rangga. Ia tidak ingin berada di dekat pria

    Last Updated : 2023-10-18
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 6 ( Bertemu Dengan Mantan)

    6 Tergoda Hasrat"Apa maksud anda, Pak?" Suci bangkit dari tempat duduknya, lalu berdiri tepat di hadapan Rangga."Menikahlah denganku."***Tubuh Suci bergetar saat melihat beberapa perawat dan dokter masuk ke dalam ruangan operasi. Setelah menandatangani surat perjanjian yang disepakati olehnya, Rangga langsung bertindak dan menepati janjinya. Suci tahu, ia telah salah memilih jalan untuk menyepakati kontrak dengan Rangga. Namun, ia tidak memiliki pilihan atau alasan lain untuk menolak hal tersebut. Apapun yang akan terjadi di masa depan, ia harus bisa menanggungnya dan tidak boleh mengatakan kebenaran ini pada ayahnya. "Ayo, ikut denganku." Suci mendongak, menatap wajah pria yang sejak tadi mengikutinya."Tapi, Ayah-""Akan ada orang yang berjaga-jaga. Jadi, kau tidak perlu khawatir." Tegas Rangga, tidak ingin Suci membantah kata-katanya.Suci mengangguk patuh, lalu berjalan mengikuti langkah kaki Rangga.Sesekali ia menoleh ke belakang, menatap ruangan tempat Ayahnya yang saat in

    Last Updated : 2023-10-19
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 7 ( Status Sosial)

    "Itu masa lalu." Ucap pria bernama Restu yang masih menggenggam erat tangan Suci."Aku ingin memperbaiki diri dan mengajakmu untuk memulai lembaran baru, dengan ikatan pernikahan."Suci tersenyum masam menanggapi ucapan Restu. Dengan sisa kekuatan yang ia miliki, Suci menghentakkan tangannya agar terlepas dari genggaman Restu."Kau sudah tidak waras Restu! Sudah setahun kita tidak bersama, dan sekarang kau ingin-""Ikut denganku!"Suci dapat merasakan pergelangan tangannya sakit saat Restu menariknya dengan sangat cepat."Lepaskan aku!"Restu tidak mendengarkan ucapan Suci, pria itu nampak tak ingin dibantah dan terus menarik tubuh Suci agar mengikuti langkah kakinya.Suci terus berusaha untuk melepaskan cengkraman pergelangan tangannya dari Restu, namun tenaganya kalah kuat dan yang ia dapatkan hanyalah rasa sakit yang kian menjadi.Saat keduanya akan menyebrang jalan, sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan keduanya.Suci ingat mobil itu. Tapi, ia tidak ingin berharap bahwa ora

    Last Updated : 2023-10-21
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 8 ( Seperti Wanita Murahan)

    "Kalian sudah pulang?"tanya Rahayu, menatap bergantian wajah Rangga dan Suci yang telah kembali ke rumah.Rangga tidak menjawab, pria bertubuh tegap itu terus melangkahkan kakinya menuju ke arah anak tangga menuju ke kamarnya.Rahayu hanya menggeleng pasrah melihat tingkah laku putra semata wayangnya itu."Sudahlah, jangan diambil hati. Ayo, Ibu tunjukkan kamarmu."Suci tak lantas bergerak sedikitpun. Wanita itu diam menunduk dan tidak berani menatap wajah Rahayu."Ada apa?" Rahayu menyentuh lengan Suci."Maaf, Nyonya. Saya belum sempat mengambil baju dan-""Tidak masalah, Ibu sudah menyiapkan semua keperluanmu."Suci memaksakan senyumnya. Walaupun Rahayu adalah orang yang ramah dan baik padanya, tetap saja. Suci harus menjaga diri agar tidak terlalu terlena, kokarena bisa saja, Rangga berubah pikiran dan segera menceraikannya.Suci mengedipkan matanya berulang-ulang saat pertama kali masuk ke dalam kamar yang telah disiapkan untuk dirinya.Dulu, memang dirinya pernah memiliki kamar ya

    Last Updated : 2023-10-23
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 9 ( Siapkan Mental)

    "Apa maksud Ibu?"Rangga menatap Ibunya yang nampak begitu menikmati sarapannya. Rangga sempat melirik sekilas ke arah Suci, wanita yang masih diam, belum menikmati makanan yang tersaji di depannya.Wanita itu tampak lebih baik dari kemarin. Mungkin, karena beberapa waktu Ia harus memikirkan bagaimana cara agar operasi Ayahnya bisa terlaksana.Atau…wanita ini akan memulai sebuah rencana agar Rangga tertarik padanya, pikir Rangga."Ibu malas jika harus mengulangi lagi pernyataan yang Ibu katakan. Yang jelas, pernikahanmu akan berlangsung dua hari lagi. Dan sekarang, antarkan Suci untuk bertemu dengan Ayahnya. Ini sudah tugasmu sebagai calon suaminya."Rangga memutar bola matanya seperti enggan untuk mengiyakan permintaan Ibunya itu.Tapi, jika ia tidak menyanggupi permintaan Ibunya, ia khawatir kebohongannya akan terbongkar, perihal surat perjanjian kontrak yang telah ditandatangani oleh Suci."Makan atau aku tinggal." Tegas Rangga saat menatap wajah Suci. Wanita itu segera mengambil sen

    Last Updated : 2023-10-23
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 10 ( Satu Kamar dengan Rangga)

    "Merepotkan sekali! Cari tahu, semua data tentang orang yang bernama Restu itu!" Ucap Rangga, lalu kembali ke kursi kerjanya. Anton hanya mengangguk mengiyakan dan segera keluar dari ruangan Rangga. Meninggalkan pria yang nampak tengah dalam keadaan marah.Rangga sendiri sebenarnya tidak terlalu khawatir dengan keadaan masalah yang baru saja dikatakan oleh Anton. Hanya saja, pikirannya tiba-tiba saja teringat akan ucapan ibunya yang mengatakan bahwa pernikahannya akan dilaksanakan dua hari lagi.Akan ada banyak pasang mata yang akan mengawasi Suci, sebagai istrinya. Ia harus memastikan bahwa Suci dapat dikendalikan dan tidak merusak rencananya saat bertemu dengan investor asing yang akan menyetujui rencana pengembangan usahanya jika ia sudah memiliki istri.Egois memang cara pikir Rangga. Tapi, baginya setiap hal di dunia ini tidak ada yang gratis. Ia sudah melakukan apa yang diinginkan Suci, yaitu kesembuhan Ayahnya. Jadi, sebagai tokoh utama dalam menjalankan rencana ini. Tak ada sa

    Last Updated : 2023-10-24
  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 11 ( Jangan Dilepaskan)

    Rangga mengusap-usap wajahnya berulang kali sambil memandangi isi lemari Suci. Ia bingung harus memilih baju yang pantas dipakai oleh wanita itu. Sampai akhirnya pilihannya jatuh pada baju tidur lengan pendek selutut berwarna hitam.Sambil terus mengucapkan sumpah serapah dalam hatinya, ia kembali ke kamarnya dan memberikan pakaian tersebut pada Suci yang masih setia bersembunyi di balik pintu kamar mandi."Keluar!" perintah Rangga yang sudah mulai hilang kesabaran karena tubuh Suci tak juga muncul setelah bermenit-menit pasca Rangga menunggu setelah memberikan pakaian tersebut.Selang beberapa saat kemudian, Rangga dapat melihat pintu kamar mandi terbuka lebar dan Suci terlihat menampakkan dirinya."Kenapa lama se-" Rangga menatap dingin wanita yang terlihat memakai baju yang dipilihkan olehnya. Pakaian hitam pilihannya itu terlihat begitu indah dipakai oleh Suci yang notabene memiliki warna kulit yang putih.Rangga berdehem beberapa kali untuk menghilangkan rasa terpesonanya pada wa

    Last Updated : 2023-10-26

Latest chapter

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 152 ( I Love You, My Presdir! )

    "Sepertinya, kita salah kamar."Rangga dan Joni saling tatap, lalu mengalihkan pandangannya pada Suci."Apa maksudmu, sayang?" tanya Rangga."Wanita itu, dia tidak mungkin Siska. wajahnya...sama sekali, tidak mirip dengan Siska. aku yak-""Maaf, tapi itulah Siska. wanita yang wajahnya rusak dan bertubuh kurus itu Siska." Potong Joni. Saat Suci akan mematahkan perkataan Joni, seorang dokter dan perawat datang menghampiri mereka."Siapa diantara kalian, yang bernama Rangga?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Saya, dok. " Rangga maju selangkah, agar bisa lebih dekat dengan sang dokter bertubuh gempal itu."Saya harap, kedatangan anda bisa sedikit membantu kesembuhan Siska," Mendengar nama Siska disebut, Suci kembali menolehkan kepalanya pada kaca jendela ruangan itu.Suci kembali mendekatkan wajahnya pada kaca jendela ruangan itu. Berkali-kali ia menggelengkan kepalanya, air matanya menetes begitu saja tanpa dapat ia cegah. Siska yang dulu terlihat begitu cantik dengan wajah yang semp

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 151 ( Menemui Mantan)

    Sandi yang telah sepenuhnya pulih dari luka yang dideritanya, telah kembali ke rumah. Lebih tepatnya, rumah yang disediakan oleh Lestari. Ia begitu menjaga keamanan mantan sahabatnya itu, dari orang-orang yang bisa saja kembali akan melukainya."Bagaimana, sudah kau urus semuanya?"Joni mengangguk mengiyakan.Lestari mendesah lega, karena semua rencana yang telah ia rancang sudah mulai menemui titik terang."Baguslah, kalau begitu tugasmu kali ini adalah mengantarkan anak menantuku ke Rumah Sakit-""Anda serius?"potong Joni. Pria itu nampak menatap wajah majikannya itu begitu serius."Maaf, apabila tindakan saya tidak sopan. tapi, terlalu berisiko jika harus kembali mempertemukan Rangga dengan mantan kekasihnya itu. saya hanya kasihan pada Suci." Lanjutnya tanpa berani memandang wajah Lestari.wanita itu sempat ingin memprotes, namun hal itu urung ia ucapkan karena paham bahwa Joni sudah mengetahui seluk beluk tentang keluarganya.Joni bukan sekedar anak buah Lestari. Namun, pria itu

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 150 ( Sedikit Rasa Iba)

    Lestari menatap wajah Suci, sebenarnya ia tidak ingin menyakiti buah hatinya itu. Tapi, sebagai seorang wanita, Lestari tidak cukup kuat untuk menahan beban pikiran saat melihat penderitaan Siska.“Maafkan, ibu sayang. Ibu kasihan melihat keadaan Siska. Dia benar-benar membutuhkan bantuan kita. Ibu tahu, kau akan kembali terluka saat suamimu menolongnya. Tapi, ibu yakin kau akan merasa kasihan jika melihat keadaannya.”Suci mengalihkan pandangannya pada suaminya. Ia ingin melihat dan mendengar, apa yang akan diucapkan oleh Rangga. Suci ingin mendengar, jawaban yang akan keluar dari bibir pria itu.Rangga yang ditatap seperti itu, mengalihkan pandangannya. Ia tidak dapat langsung memberikan jawaban atas apa yang diinginkan oleh ibu mertuanya itu. Jujur saja, banyak hal yang dulu pernah ia alami bersama dengan Siska. Ia tidak menampik, bahwa kehadiran Siska dulu pernah mengisi ruang dalam hatinya.“Apa jawabanmu, mas?” Suci tidak dapat bersabar lagi. Ia tidak ingin menunggu lebih lama l

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 149 ( Permintaan Lestari)

    Rangga hanya diam menatap isi karung yang telah dibuang oleh seseorang di depan pagar rumahnya.“Apa kita laporkan ke polisi saja, mas?” tanya Suci saat melihat isi karung yang membuat perutnya bergejolak ingin muntah.“Tega sekali mereka,”“Hubungi Polisi, kita akan lihat apa yang sebenarnya mereka inginkan. Jangan-jangan ini perbuatan Anton.” Pikir Rangga dengan mata yang masih menatap tubuh anjing yang telah mati. Bukan hanya satu, melainkan tiga ekor anjing yang sudah tidak bernyawa.***Pemberitaan tentang Karung berisi anjing yang telah mati menjadi topik hangat untuk, dibicarakan diberbagai macam platform media elektronik. Keluarga Rangga kembali menjadi bulan-bulanan pembicaraan media sosial manapun. Hal itu, membuat pria itu kembali harus ekstra berhati-hati saat pergi ke suatu tempat, terutama untuk keselamatan Suci, istrinya.“Ini adalah hasil petisi tanda tangan para karyawan yang tidak menginginkan kehadiran mu, di kantor ini.” Anton membuka rapat koordinasi dengan para p

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 148 ( Kali Ini, Harus Berhasil!)

    "Apa kau mau aku pecat, hah! mengganggu saja!" ucap Rangga pada seorang wanita yang terlihat menundukkan kepalanya saat pintu kamar telah terbuka."Ma-maaf pak, tapi tadi ada mobil berhenti di depan gerbang. terus melemparkan sesuatu di dalam karung. penjaga di depan gerbang, tidak berani membukanya tanpa persetujuan anda." Jawab wanita itu.Rangga menggeleng, otaknya terasa ingin pecah. namun, ia berusaha untuk tetap tegar menghadapi kenyataan bahwa ada saja manusia yang mencoba untuk mengganggu waktunya."Baiklah, dengarkan aku baik-baik. biarkan karung itu ditempatnya, tunggu sampai aku turun ke bawah, yang terpenting. kamera pengawas sudah merekam aksi orang tersebut. mengerti?""Baik, pak. saya akan memberikan informasi ini pada para penjaga." wanita itu bergegas untuk pergi meninggalkan Rangga."Ada apa mas?" tanya Suci, saat Rangga kembali masuk.ke dalam kamar dan menutup pintu."Hanya masalah kecil, tapi mereka membesarkan semuanya."Rangga menatap tubuh Suci yang sudah terbal

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 147 ( Ada Pengganggu)

    Rangga masih belum beranjak dari tempat duduknya. pria itu terlihat kesal karena sudah mendapatkan penolakan mentah-mentah oleh Suci. wanita itu nampak lebih segar setelah keluar dari kamar mandi.Suci memang menolak berhubungan dengan Rangga. hal itu karena bagian bawah tubuhnya masih merasa sakit karena ulah Rangga saat di kantor tadi."Masih marah?" Rangga menatap dingin wanita cantik yang saat ini sedang menatapnya."Sayang..." Suci mendekat, duduk di samping pria yang masih menampilkan wajah enggannya.Rangga mendesah pasrah, ia tidak mungkin bisa terus-terusan marah pada istrinya itu."Aku kesal, tidak dapat menikmati makananku." Jawab Rangga dengan senyum liciknya."Jadi, kau pikir aku ini makanan?"Rangga tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Istrinya itu.Suci terlihat sedikit terkejut, dengan respon yang diberikan oleh suaminya itu. setelah beberapa lama tidak melihat wajah Rangga yang tertawa lepas Seperti ini, rasanya hal ini begitu menakjubkan.Suci merengkuh tubuh

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 146 ( Diiringi dengan Hujan)

    Rangga mendekatkan wajahnya pada Suci, membuat wanita itu seketika mundur dan tidak dapat berbuat apa-apa karena kepalanya telah terpojok ke kaca jendela mobil."Mas, berhenti!"Rangga menghentikan gerakannya, alisnya terangkat satu. raut wajahnya terlihat agak kesal karena ucapan Suci."Mas, tolonglah. ini di jalanan, masa mau ciuman di dalam mobil?""Tidak ada yang salah, kita adalah suami istri yang sah!" Rangga terlihat kesal, pria itu kembali memperbaiki posisi duduknya pada kursi yang diduduki."Mas, jangan marah. dengarkan aku, setelah itu... terserah dirimu mau melakukan apa pun yang mas mau."Rangga menoleh, menatap wajah sang istri dengan senyum liciknya."Aku sempat menatap sorot mata Anton yang begitu kosong. apa mungkin selama ini Anton berpura-pura saja menjadi jahat?"Rangga semakin mengerutkan keningnya . ia masih merasa aneh dengan cara berpikir Suci. bagaimana bisa, apa motifnya?Rangga menggeleng, bentuk dari tidak setujunya ucapan yang baru saja Suci ucapkan."Tapi

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 145 ( Tatapan Mata yang Kosong)

    Suci sedang bersandar pada mobil, menunggu Rangga yang sedang mengambil kunci mobilnya yang tertinggal di ruangannya.“Suci?”Mendengar namanya dipanggil, Suci sedikit terkejut. Terlebih, ia mengenali suara itu. Walaupun ragu, Suci akhirnya menoleh . Karena tidak mungkin dirinya berpura-pura tidak mendengar sapaan itu. “Anton?”Pria itu menyunggingkan senyumnya. Seperti tidak terjadi apa-apa.“Pertemuan ini terasa canggung,” ujar Anton. Langkah kakinya semakin mendekat pada tubuh Suci.Suci berdehem beberapa kali, untuk menghilangkan rasa gugupnya.“Sebenarnya…hal ini tidak perlu terjadi. Aku, masih berharap agar kau tetap jadi asisten, mas Rangga.” Anton menghentikan langkahnya, tepat dihadapan Suci.Pria itu terlihat masih tersenyum menanggapi perkataan Suci. Namun, senyumannya justru membuat wanita cantik itu terlihat tidak suka. Lebih tepatnya, rasa takut yang terlihat jelas pada wajah Suci.“Kenapa ekspresi mu seperti itu? bukankah kita teman?”“Teman?”Anton mengangguk, mengiy

  • Tergoda Hasrat si Presdir Tampan   Bab 144 ( Tidak akan Kalah! )

    Setelah puas menikmati permainan singkat yang telah Rangga lakukan, Suci segera membasuh tubuhnya di toilet ruangan Rangga. Ia tidak ingin jika bertemu dengan karyawan di kantor ini, mereka dapat mencium aroma tubuh Rangga yang masih menempel pada tubuhnya.“Sudah?” tanya Rangga yang melihat tubuh istrinya itu baru keluar dari toilet.Suci mengangguk, lalu memilih untuk duduk di Sofa.Rangga dapat melihat bagaimana lelahnya sang istri setelah mendapatkan hukuman atas kesalahannya karena main kabur dari rumah. Namun, siapa sangka jika Suci tidak menyadari hal itu. Rangga memang sengaja akan mengerjai Suci di kantor, itulah sebabnya mengapa ia memilih untuk berangkat pagi-pagi sekali.“Mas, apa hari ini kau ada rapat?”Rangga mencoba untuk mengingat.“Hari ini tidak, tapi besok jam sebelas akan ada Rapat yang membahas soal petisi tanda tangan untuk aku dikeluarkan dari kantor ini, dan di pindahkan ke kantor cabang.” Jawab Rangga, wajahnya sama sekali tidak mengisyaratkan kesedihan. Pri

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status