Beranda / Pernikahan / Terbelahnya Rindu / Bab 49: Rencana untuk Pergi

Share

Bab 49: Rencana untuk Pergi

Penulis: Rizki Adinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 14:10:02

Laras duduk di ruang kerjanya, dikelilingi oleh tumpukan kertas yang mencerminkan kehidupannya yang kini berantakan. Sudah berhari-hari ia bergulat dengan pikirannya, mempertanyakan keputusan yang akan ia ambil.

Namun, setiap kali ia melihat wajah anak-anaknya, terutama Sarah yang semakin terluka dengan pengkhianatan ayahnya, Laras merasa bahwa keputusan untuk pergi adalah satu-satunya pilihan yang tersisa.

Malam itu, Laras mulai membuka laptop dan mencari informasi tentang sekolah di kota lain. Ia membutuhkan tempat baru, lingkungan yang bersih dari gosip dan tekanan yang terus menghantuinya di sini.

Laras ingin memberikan kehidupan yang stabil dan damai bagi anak-anaknya, kehidupan di mana mereka bisa tumbuh tanpa bayang-bayang kesalahan yang bukan milik mereka. Laras tahu bahwa keputusan ini tidak mudah, dan ia

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terbelahnya Rindu    Bab 50: Puncak Amarah Dimas

    Ketika Dimas pulang dari kantor pada sore hari itu, rumahnya tampak sunyi, terlalu sunyi untuk ukuran rumah yang biasanya dipenuhi dengan suara tawa anak-anak dan aktivitas keluarga. Ia menaruh tas kerjanya di dekat pintu dan segera merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Ia berjalan menuju kamar tidur dan tertegun melihat lemari pakaian Laras yang setengah kosong, laci-laci yang terbuka dan beberapa barang hilang. Pakaian anak-anak pun tidak ada di tempatnya.Rasanya dada Dimas tertikam tajam. Ia merasa seperti kehilangan keseimbangan, seolah tanah di bawahnya runtuh. Kepanikan perlahan berubah menjadi kemarahan yang mendidih dalam hatinya. Laras benar-benar berniat meninggalkannya. Kenyataan itu menghantam dirinya dengan keras, dan amarah mulai menguasainya. Dengan tangan gemetar, Dimas mengambil ponsel dan sege

  • Terbelahnya Rindu    Bab 51: Kemarahan yang Terpendam

    Malam itu, Laras tidak bisa tidur. Hatinya terasa seperti medan pertempuran yang penuh dengan amarah, kekecewaan, dan luka yang sudah terlalu lama ia simpan. Suara pintu yang ditutup dengan keras oleh Dimas beberapa jam sebelumnya masih terngiang di telinganya, menyisakan rasa marah yang kian membakar. Laras sudah terlalu lama menahan perasaannya, mencoba menjaga kehormatan keluarganya, mencoba kuat demi anak-anaknya, tapi kali ini, ia merasa sudah tidak bisa lagi.Ketika Dimas kembali ke rumah Santi pada pagi harinya, berusaha untuk berbicara dengan Laras dan berharap bisa mencapai kesepakatan, ia tidak menyangka bahwa dirinya akan berhadapan dengan Laras yang tak lagi sama. Laras yang biasanya tenang dan tabah kini berdiri di hadapannya dengan wajah yang penuh denga

  • Terbelahnya Rindu    Bab 52: Momen yang Pecah

    Dimas duduk di meja kerjanya, menatap ponsel yang tergeletak di atas meja dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia merasa harus segera menelepon Nina dan memastikan bahwa tanggung jawabnya atas anak yang dikandung Nina tidak diabaikan. Namun, di sisi lain, pikirannya dipenuhi dengan bayang-bayang Laras dan anak-anak mereka yang telah pergi meninggalkannya. Ia berada di antara dua dunia yang bertolak belakang—keluarga yang ia hancurkan dan janji yang ia buat pada Nina. Setiap langkah yang ia ambil terasa seperti menambah rumit keadaan, membuatnya semakin terjebak dalam perang batin yang tak berujung.Pikirannya melayang kembali ke malam ketika Laras meluapkan kemarahannya. Setiap kata yang diucapkan Laras terasa menusuk, membuatnya menyadari betapa dalam luka yang telah ia torehkan.

  • Terbelahnya Rindu    Bab 53: Nina yang Tak Terkendali

    Dimas duduk di ruang kerjanya, merasakan kepalanya semakin berat dengan beban yang ia pikul. Baru saja ia menerima panggilan dari pengacara Nina. Kali ini, Nina tidak hanya menuntut pengakuan sebagai ayah dari anaknya, tetapi juga menuntut dukungan finansial yang besar. Jumlah yang diajukan oleh Nina cukup mengejutkan, jauh melebihi apa yang sebelumnya pernah dibicarakan. Tuntutan itu jelas bukan hanya soal tunjangan anak; Nina seakan ingin memastikan bahwa hidupnya terjamin sepenuhnya.Dimas menutup telepon dengan tangan yang gemetar. Ia merasa marah, tertekan, dan semakin tidak tahu harus berbuat apa. Tuntutan yang semakin besar ini seperti tamparan yang menambah luka dalam hidupnya yang sudah hancur. Nina, yang dulu memberinya kenyamanan sesaat, kini berubah menjadi seseorang yang seolah tidak mengenal batas.

  • Terbelahnya Rindu    Bab 54: Laras di Titik Nadir

    Laras duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong. Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang tak henti-hentinya menghantui: Apakah semua ini sepadan? Mengapa aku masih bertahan? Apakah aku telah kehilangan jati diriku sendiri dalam upaya menyelamatkan sesuatu yang sudah lama hancur?Di sekelilingnya, kamar yang dulu terasa begitu nyaman kini hanya terasa dingin dan hampa. Setiap sudut ruangan ini menyimpan kenangan bersama Dimas—kenangan yang dulunya penuh dengan tawa dan cinta, tetapi kini hanya meninggalkan jejak pahit dari pengkhianatan yang menghancurkan. Laras merasa seperti hidup dalam dua dunia: satu di mana ia masih mencintai Dimas dan ingin mempertahankan keluarganya demi anak-anak, dan satu lagi di mana ia merasa telah kehilangan dirinya sendiri dalam perjuangan yang semakin tak berarti.

  • Terbelahnya Rindu    Bab 55: Anak-Anak yang Terdampak

    Hari-hari semakin berlalu dalam ketegangan yang tak kunjung reda. Laras menyadari bahwa, di tengah upayanya untuk bertahan dan mencari jalan keluar dari kekacauan ini, anak-anak mereka juga terpengaruh secara mendalam. Perubahan yang terjadi pada Sarah dan Naya mulai terlihat di sekolah, dan bahkan Raka yang masih kecil tampak lebih gelisah dan rewel dari biasanya. Laras tahu bahwa mereka merasa bingung dan cemas, tidak memahami sepenuhnya apa yang terjadi tetapi merasakan perubahan besar di dalam rumah yang dulunya hangat.Suatu pagi, Laras mendapat telepon dari wali kelas Sarah. Hatinya mencelos saat mendengar nada serius dalam suara ibu guru itu."Bu Laras, maaf mengganggu di pagi hari. Saya ingin menyampaikan sesuatu tentang Sarah. Sepertinya Sarah belakangan ini m

  • Terbelahnya Rindu    Bab 56: Hadirnya Kesadaran Baru

    Laras bangun pagi itu dengan perasaan yang berbeda. Setelah percakapannya dengan Dimas beberapa hari yang lalu, ia merasa bahwa ada dorongan baru dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dari sekadar rasa sakit dan kekecewaan yang selama ini ia rasakan. Sebuah kesadaran perlahan tumbuh dalam hatinya—bahwa ia tidak hanya perlu menyelamatkan dirinya sendiri dari kehancuran, tetapi juga memastikan bahwa anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan yang aman dan penuh cinta. Ketetapan hati ini memberinya motivasi yang selama ini ia cari-cari di tengah kebimbangan.Pagi itu, Laras memasuki kamar Sarah yang masih tertidur. Ia melihat wajah putrinya yang tenang dan damai dalam tidurnya, namun ia tahu betul bahwa di balik ketenangan itu, Sarah menyimpan banyak luka yang belum ia ungkapkan.

  • Terbelahnya Rindu    Bab 57: Kepahitan di Pengadilan

    Hari itu, ruang pengadilan penuh dengan suasana tegang. Dimas duduk di barisan depan, wajahnya kusut dan penuh tekanan. Ia tahu bahwa ini bukan hanya sidang biasa. Ini adalah kesempatan Nina untuk menuntut hak bagi anak yang dikandungnya, sebuah konsekuensi pahit dari kesalahan yang ia perbuat. Di antara bisikan para pengunjung dan tatapan tajam dari rekan-rekan yang hadir, Dimas merasa seolah-olah ia menjadi pusat perhatian yang tidak diinginkan.Laras, yang turut hadir di pengadilan meskipun dengan hati yang berat, duduk di kursi belakang. Kehadirannya bukan sebagai pihak yang mendukung atau menentang, tetapi sebagai saksi bisu dari peristiwa yang telah menghancurkan hidupnya. Melihat Dimas di bangku terdakwa membuat hatinya terasa seperti ditusuk-tusuk. Meskipun ia telah mengambil keputusan untuk berpisah, meli

Bab terbaru

  • Terbelahnya Rindu    Bab 78 - Pernyataan Cinta

    Pagi itu, Laras duduk sendirian di taman, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya. Ia menunggu Andi, meskipun pertemuan ini terasa berat. Setelah beberapa minggu berlalu sejak Andi mengatakan ingin menjauh, Andi tiba-tiba menghubunginya dan meminta bertemu. Laras menerima ajakan itu dengan perasaan campur aduk—ada kerinduan, ada juga rasa takut.Tak lama kemudian, Andi muncul di hadapannya dengan senyum lembut yang begitu Laras kenal. Senyum yang selama ini membuatnya merasa diterima, dipahami, dan dihargai. Senyum yang selalu berhasil membuat dunianya terasa sedikit lebih ringan.“Hai,” sapa Andi pelan, matanya penuh perhatian.Laras tersenyum tipis, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang tak biasa. “Hai, Andi. Kamu baik-baik aja?

  • Terbelahnya Rindu    Bab 77 - Pertemuan Terakhir Andi

    “Kamu beneran mau pergi?” Laras menatap Andi dengan mata penuh tanya, tapi jauh di dalam hatinya ia tahu jawabannya. Andi mengangguk perlahan, menatapnya dengan pandangan yang lembut namun penuh ketegasan.Keduanya duduk di taman kota yang sepi, sebuah tempat yang selama ini menjadi tempat pelarian Laras saat ingin bicara dengan Andi, saat dunia terasa begitu menghimpitnya. Namun, kali ini, ada keheningan yang berat di antara mereka, keheningan yang menyimpan begitu banyak kata tak terucap, begitu banyak perasaan yang terpendam.“Aku pikir… ini saat yang tepat, Laras,” kata Andi akhirnya, suaranya terdengar lembut namun penuh keputusan. “Kamu tahu aku selalu ada untukmu. Tapi sekarang, kamu perlu waktu untuk diri sendiri, untuk menyelesaikan semuanya tanpa… gangguan dari

  • Terbelahnya Rindu   Bab 76 - Pertemuan Rahasia Dimas

    Sore itu, Laras berdiri terpaku di depan kafe kecil di pinggir kota, dadanya terasa sesak. Ia tidak sengaja menemukan tempat ini saat ia berbelanja kebutuhan rumah tangga, namun pandangannya terpaku pada pemandangan di dalam kafe, tepat di sudut ruangan yang jauh dari pandangan umum.Di sana, Dimas duduk berhadapan dengan Nina, wanita yang telah mengguncang kehidupannya. Laras mengamati mereka dari balik kaca, bersembunyi di balik tiang toko di dekatnya. Meskipun hatinya berdebar-debar dan telinganya berdengung, ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk tetap melihat apa yang terjadi di hadapannya.Dimas terlihat berbicara dengan nada serius, sementara Nina terlihat sesekali menyeka air mata dengan saputangan. Entah apa yang mereka bicarakan, tapi dari cara mereka salin

  • Terbelahnya Rindu   Bab 75 - Raka yang Tersesat

    “Mama, kenapa Papa jarang di rumah?” suara kecil Raka yang penuh kebingungan mengambang di udara, membuat hati Laras serasa dihantam oleh kenyataan yang ia coba hindari selama ini.Laras menatap putranya yang baru berusia dua tahun itu dengan perasaan campur aduk. Raka menatapnya dengan mata bulat yang besar, penuh kepolosan dan rasa ingin tahu yang begitu tulus. Ia tahu, di usia sekecil itu, Raka mungkin belum sepenuhnya mengerti tentang absennya Dimas dari rumah. Namun, anak sekecil itu memiliki hati yang peka, dan setiap ketidakhadiran atau perubahan dalam rutinitas akan dengan mudah ia sadari.“Papa lagi sibuk kerja, Sayang,” jawab Laras, mencoba tersenyum. Senyum yang terasa getir, seolah bibirnya sulit melengkung tanpa ada rasa sakit di baliknya.

  • Terbelahnya Rindu   Bab 74 - Perasaan yang Tak Bisa Dihindari

    “Kamu tahu, Ras, aku nggak akan kemana-mana,” suara Andi terdengar lembut di seberang telepon, membungkus hati Laras yang tengah bergemuruh.Laras menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang menghantui pikirannya. Setiap kali ia mendengar suara Andi, ada rasa damai yang memenuhi hatinya, seolah-olah menemukan tempat perlindungan di tengah badai yang tak kunjung reda. Suara Andi selalu berhasil membuatnya merasa diterima, seolah tak ada yang perlu disembunyikan, seolah ia bisa melepaskan semua kepenatan tanpa takut dihakimi.“Aku tahu, Andi. Kamu selalu di sana, dan aku… aku nggak tahu harus bilang apa,” jawab Laras, suaranya bergetar samar. “Aku nggak mau kamu terlalu terbebani sama semua masalahku.”Di ujun

  • Terbelahnya Rindu    Bab 73 - Langkah Hukum yang Terus Berlanjut

    “Kamu sadar nggak, Laras, ini sudah terlalu jauh?” tanya Andi, suaranya nyaris berbisik.Laras mengangkat wajahnya, matanya tampak lelah dan penuh luka yang tersembunyi di balik senyuman yang dipaksakan. Keduanya duduk di sebuah kedai kopi yang sepi, di pojok kota tempat mereka biasa bertemu ketika Laras butuh pelarian dari kekacauan yang Dimas bawa dalam hidupnya.Andi menatap Laras penuh simpati. Ia tahu, masalah ini sudah menggerogoti perempuan yang selalu ia kagumi dalam diam. Namun, entah kenapa, Laras masih saja terlihat ragu untuk benar-benar melepaskan Dimas, meskipun pengkhianatan itu jelas telah menghancurkan hatinya.“Aku juga nggak nyangka semuanya akan begini, Andi,” jawab Laras akhirnya, suaranya bergetar. “Seakan-akan semua yang kubangun... rapuh. Seperti pasir yang tersa

  • Terbelahnya Rindu    Bab 72: Kesabaran yang Terkikis

    Laras merasakan kelelahan yang luar biasa. Setiap hari, ia harus menghadapi berbagai persoalan yang tak kunjung usai. Persidangan yang berlarut-larut dengan Dimas dan Nina, sikap memberontak dari Sarah yang semakin sulit dikendalikan, dan tuntutan sehari-hari sebagai seorang ibu tunggal yang harus mengurus dua anak lainnya, semuanya menumpuk menjadi beban yang terasa semakin tak tertahankan.Malam itu, Laras duduk sendirian di dapur setelah anak-anak tidur. Ia menatap secangkir teh yang belum sempat ia minum, merasakan kepedihan yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Kepalanya berdenyut, badannya lelah, tetapi pikirannya terus berputar, mengingat setiap konflik dan pertengkaran yang baru-baru ini terjadi. Sarah semakin berontak, Naya yang sering menangis melihat pertengkaran ibunya dengan kakaknya, dan Raka

  • Terbelahnya Rindu    Bab 71: Sarah yang Tertekan

    Sejak berita tentang perpisahan Laras dan Dimas sampai ke telinga anak-anak, terutama Sarah, suasana di rumah menjadi semakin tegang. Sarah, yang dulunya adalah anak yang ceria dan penurut, kini mulai menunjukkan perubahan sikap yang mencolok. Laras menyadari bahwa putri sulungnya ini sangat terpengaruh oleh keretakan rumah tangga mereka, dan dampaknya mulai terlihat dalam kesehariannya.Sarah sering kali pulang sekolah dengan wajah cemberut, langsung mengurung diri di kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Laras tahu bahwa putrinya sedang mengalami masa yang sulit, dan ia berusaha untuk tetap sabar dan memahami perasaannya. Namun, semakin hari, Sarah menjadi semakin sulit diatur. Ia sering membantah, mengabaikan nasihat ibunya, bahkan mulai menunjukkan sikap pemberontakan yang belum pernah Laras lihat sebelumn

  • Terbelahnya Rindu    Bab 70: Penyelidikan Masa Lalu

    Setelah keputusan untuk berpisah, Laras berusaha mencari ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Namun, meskipun ia telah berdamai dengan kenyataan bahwa hubungannya dengan Dimas telah berakhir, rasa penasaran yang tak tertahankan terus menghantuinya. Ada bagian dari dirinya yang merasa perlu mengetahui lebih dalam tentang hubungan Dimas dan Nina—tentang bagaimana semua ini sebenarnya dimulai, dan apakah ada tanda-tanda yang selama ini ia abaikan.Beberapa hari kemudian, Laras akhirnya memutuskan untuk menggali informasi lebih dalam. Ia tidak melakukannya karena ingin kembali pada Dimas atau mencari pembenaran untuk keputusannya, tetapi lebih sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang selama ini terus berputar di kepalanya. Ia merasa bahwa dengan mengetahui kebenaran, meskipun menyakitkan, ia bi

DMCA.com Protection Status