“Kau ingin aku percaya padamu sepenuhnya?” tanya Enrique yang membuat Willy menganggukkan kepalanya mantap.
“Katakan saja pada saya apa yang harus saya lakukan.”
Senyuman terukir di wajahnya. Enrique beralih tatap pada Darwin yang sejak tadi memperhatikan mereka. “Kau membawanya, kan?”
Darwin mengerutkan kening, untuk sesaat mencoba mencerna apa maksud dari perkataan pria yang menjadi tuannya itu. Namun tak lama kemudian dia mengeluarkan apa yang dimaksudnya. Darwin mengeluarkan sebuah kantong kecil berisi botol yang ukurannya juga sangat kecil. Dia lalu memberikan botol itu pada Enrique.
Enrique memberikan botol di tangannya pada Willy yang saat ini masih memandangnya dengan raut wajah bingung. “Ini. Pegang, dan simpan ini.&rdqu
Willy merasa berdebar saat menapaki kepingan marmer lantai di kediaman megah Cruz. Menyamar sebagai pelayan baru, ia bersikap tenang dan ramah di depan orang-orang yang belum pernah melihatnya. Hari pertamanya di sana dimulai ketika Merry, kepala pelayan, mengajaknya berkeliling."Aku akan menjelaskan tugas-tugas yang harus kau laksanakan," ucap Merry dengan suara berwibawa. Mereka melintasi lorong-lorong yang dihiasi lukisan-lukisan berharga, melewati ruangan-ruangan yang dipenuhi furniture mewah. Merry secara rinci memaparkan setiap tugas yang harus dikerjakan Willy di sana. Bukan hanya itu, Merry juga memberitahukan tugas pelayan dan maid lain yang bekerja di sana.Setiap mendengar penjelasannya, Willy hanya mengangguk, mencoba menyerap sebanyak mungkin informasi. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Vier, asisten pribadi Cruz yang terkenal teliti. Sa
Merry beranjak meninggalkan Willy seorang diri di sana. Dia harus pergi ke ruang makan guna menyiapkan segala hal yang diperlukan untuk makan siang Cruz dan Carla.Aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk menjalankan tugasku. Willy tersenyum penuh arti. Dia merogoh kantong pakaiannya, mengeluarkan botol berisi racun Vipernox yang semalam diberikan Darwin padanya. Makan siang Cruz kali ini akan menjadi awal dari penderitaannya.*Di dapur yang ramai, aroma rempah dan bau masakan menyambut Willy. Langit-langit tinggi dipenuhi asap dan kegiatan koki yang berlarian ke sana kemari. Willy melihat salah satu koki bergerak cepat menuju ruang makan, dan rasa percaya dirinya tumbuh. Melihat mereka yang tampak begitu sibuk, Willy jadi semakin merasa leluasa untuk menjalankan ren
“Apakah ini adalah camilan untuk tuan marquis?” tanya Willy pada salah seorang pelayan yang sedang mendorong troli makanan di lorong. Pria itu menoleh ke arahnya yang baru saja bertanya.“Ya, aku akan mengantarkan ini pada tuan marquis.”“Ah, kalau begitu biar aku saja yang mengantarkannya.”“Eh? Tapi—““Kau terlihat lelah, jadi biar aku yang mengantarkannya. Kau kembalilah, dan beristirahat.”“Baiklah, tapi apakah ini tidak merepotkanmu?”“Aku sudah menyelesaikan tugasku, jadi kau tidak perlu cemas.” Willy mengambil alih troli berisi makanan yang akan di antarkan ke ruang kerja Cruz. Pelayan
Lengangnya ruang kerja Cruz terhempas oleh suara tubuhnya yang tak terduga jatuh di lantai. Derapannya terdengar oleh penjaga yang berdiri tegak di koridor luar ruangan. Para penjaga itu, selalu waspada, segera mengintip masuk untuk memastikan segala sesuatunya aman. Ketika pintu terbuka, mereka terperangah menyaksikan Cruz yang terkapar tak berdaya di tengah ruang kerjanya. Keheningan tergantikan oleh kepanikan. Beberapa penjaga segera melangkah cepat, mendekati sosok Marquis yang tak sadarkan diri."Tuan, apa yang terjadi?" seru seorang penjaga, sementara yang lain segera mengambil posisi di sekitar Cruz. Mereka mencoba untuk membangunkan Cruz, akan tetapi tidak ada tanda-tanda respon dari pria itu. Hal ini membuat mereka semua semakin panik. Salah satu penjaga dengan cekatan segera mengecek napasnya, dan untungnya Cruz masih bernapas.“Tuan masih berna
“Apa yang terjadi?”Salah satu penjaga itu menatap Carla dengan pandangan khawatir. "Kami tidak tahu pasti. Tuan tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri di ruang kerjanya."Carla menelan ludah, mata terpaku pada wajah tak berdaya Cruz. Susan dan Hélie tiba di samping Carla, wajah mereka mencerminkan kekhawatiran yang sama. "Bagaimana ini bisa terjadi begitu tiba-tiba? Kita harus mencari tahu apa yang terjadi."Mereka menyaksikan dengan napas terhenti saat dokter melanjutkan pemeriksaannya. Setiap detik terasa seperti abad, ketidakpastian terasa menyiksa. Mendadak, dokter mengangkat pandangannya."Mohon maaf atas kepanikan ini semua. Tapi saya masih mencoba mencari penyebabnya. Marquis dalam keadaan tidak sadarkan diri, tapi detak jantung dan pernapasannya st
Vier melangkah dengan langkah tegas. Tatapan tajamnya menelusuri sekeliling, mencari salah satu anak buahnya yang telah lama terlibat dalam penyelidikan diam-diam. Setelah beberapa saat, dia menemukan sosok yang dicarinya."Adrian," panggil Vier, membuat anak buahnya itu menoleh dengan ekspresi waspada."Tuan Vier." Adrian, mencoba menyembunyikan kekagumannya di hadapan atasan yang selalu tajam dalam melihat situasi. Dia bergegas mendekat ke arah lelaki yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada."Bagaimana perkembangan penyelidikanmu? Apa yang sudah kau temukan?" Adrian melirik sekeliling, memastikan tidak ada yang mendengar. "Kami masih dalam tahap awal, tapi sepertinya ada sesuatu yang tidak beres. Tidak hanya Johan yang hilang, tapi juga rekan kami yang ditugaskan mengawasinya."
Kereta kuda yang ditumpanginya lantas berhenti di halaman depan kediaman marquis Cruz. Vier melangkah keluar dari dalam kereta. Namun baru saja dia mendarat dengan kedua kakinya, Merry yang sejak tadi ditugaskan Carla menunggunya bergegas menghampiri Vier.“Akhirnya kau sampai juga!” katanya dengan wajah resah. Vier sampai terkejut akibat kemunculannya yang tiba-tiba.“Merry, ada apa?” Vier menaikkan sebelah alisnya begitu melihat wanita itu tampak begitu resah.“Darimana saja kau sejak tadi!”“Aku ada urusan diluar. Tuan memintaku menyelesaikan beberapa pekerjaan,” ujarnya.“Ada masalah besar selama kau tidak ada! Tuan…”
“Pasti ada yang menaruh sesuatu di dalam makanan tuan marquis. Tapi apa? Apakah jangan-jangan racun? Tapi kenapa sama sekali tidak ada yang mencurigakan? Tidak ada bau, atau…, tunggu.” Vier menyadari sesuatu. Dia menaruh kembali makanan yang baru saja di ceknya. Vier lalu melepaskan penjepit dasi miliknya yang terbuat dari logam. Dengan teliti, dia menggoreskan benda itu pada makanan yang ada, dan mengecek reaksinya. Setelah mengecek semua makanan yang ada, satu-satunya makanan yang menunjukkan reaksinya hanyalah teh yang tergeletak di atas meja. Ketika Vier mencelupkan penjepit dasinya ke dalam teh, logam itu berubah menghitam. Menunjukkan reaksi bahwa di dalam minuman itu terdapat racun.Menyadari hal ini, wajah Vier langsung berubah panik. “Sial! Aku lengah.”*Enrique memandang
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny