Brakk!
Pintu itu terbuka, dan Carla bisa melihat siluet dua orang lelaki yang berdiri di sana. Mereka berdua tampak sedang bertarung. Yang satu sedang berjuang menahannya agar tidak bisa masuk, sementara yang satu lagi berusaha untuk menerobos.
Tring!
Pedang lelaki yang berusaha menahan sosok itu agar tidak masuk jatuh di lantai. Lelaki itu kini tidak bersenjata. Secara perlahan dia berjalan mundur dengan ketakutan. Namun sebisa mungkin dia masih berusaha untuk melindungi pintu agar dia tidak bisa menerobos. Lelaki itu sempat menoleh dan berteriak padanya. Namun Carla sama sekali tidak tahu apa yang dia teriakkan, karena suaranya terdengar samar-samar. Tak lama setelah berusaha keras menahan pintu, lelaki yang masih menggenggam senjata itu lantas mengayunkan pedangnya. Dan dalam satu ayunan, pedang itu melesat ke a
“Tuan putri, anda baik-baik saja?” tanya Susan. Wanita itu menatap Carla dengan raut wajah cemas. Sudah seminggu berlalu sejak kejadian Carla yang hampir diculik oleh Enrique, dan sejak saat itu, dia jadi bersikap aneh. Carla menjadi lebih sering murung dan lebih sering diam melamun seperti saat ini, terlebih dari yang didengarnya, Carla juga sering mengalami mimpi buruk yang membuatnya terjaga semalaman. Wanita itu juga sering menangis ketika terbangun dari mimpi buruknya. Carla yang diam termangu lalu beralih fokus padanya yang kini memandangnya dengan cemas. Wanita itu terduduk bersama dengan Hélie di kursi yang ada tepat di hadapannya. “Aku baik-baik saja.” “Apakah anda yakin? Akhir-akhir ini anda terus saja melamun.”
Carla membuka kedua matanya spontan ketika mimpi itu sekali lagi menghampiri tidurnya. Dengan keringat mengucur membasahi seluruh tubuh, dan jantung yang berdegup tak karuan, wanita itu terisak dengan posisi duduk di atas ranjang tidurnya. Tubuhnya gemetar dan perasaan yang sama terus menghampirinya setiap kali mimpi itu datang menghampirinya.Perhatian Carla beralih pada suara yang didengarnya. Dari arah pintu, dia melihat Cruz yang datang dengan wajah cemas. Lelaki itu menghampirinya dan berusaha untuk menenangkannya sama seperti malam-malam sebelumnya. Cruz memeluk Carla dan mengusap punggung wanita itu penuh kelembutan, dan entah sejak kapan, Carla merasa nyaman dengan setiap perlakuan lelaki itu. Dia merasa lebih tenang setelah Cruz memeluk serta menenangkan dia dengan caranya.“Kau sudah merasa tenang?” tanya Cruz s
Cruz terdiam memandangi wajah tenang Carla. Wanita itu akhirnya bisa kembali tidur setelah Cruz membantunya untuk merasa lebih baik, dan usahanya sungguh berhasil. Cruz juga bahkan berhasil mendengarkan semua isi mimpi yang dialami Carla. Lelaki itu terdiam dengan tangan yang perlahan terulur membelai rambut panjangnya.Aku pikir hal ini tidak akan pernah terjadi selama kau ada di sisiku, dan selama aku menjagamu dari Enrique. Tapi aku sungguh tidak menyangka hal ini pada akhirnya terjadi. Ini pasti sangat berat bagimu karena kau harus mengingat semua itu lagi, bahkan gara-gara ingatan itu, kau sampai bermimpi buruk… Cruz membatin. Setelah mendengar semua cerita Carla tentang mimpinya, dia tentu bisa langsung tahu dengan apa yang sebenarnya dialami oleh tunangannya itu.Cruz hanya tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi, padahal sebelumnya dia pikir Carla tidak akan pernah mengalami semua ini setelah dia membawanya pergi d
“Huft~” Cruz menghela napas seraya memijat keningnya.“Untuk sekarang lebih baik aku berhenti memikirkan tentang ramalan itu. Aku masih harus menyelidiki tentang wanita tua yang Carla ceritakan. Wanita yang sudah membantu Carla itu, sepertinya dia tahu sesuatu tentang Carla. Aku harus mencarinya dan menanyakan apa yang sebenarnya dia ketahui. Mungkin dengan aku menemukannya, aku bisa tahu apa yang menyebabkan Carla jadi seperti ini, dan siapa tahu aku bisa menemukan petunjuk tentang isi ramalan itu dari dia.” Cruz beranjak dari tempatnya. Dia baru saja hendak mencari Vier untuk memberikan perintah, namun lelaki itu sudah lebih dulu datang menemuinya di dalam sana.Vier tadinya hendak memberikan beberapa dokumen yang dia minta untuk dicarikan. Dan berhubung lelaki itu muncul ketika Cruz membutuhkannya, dia lang
Carla termangu memandang keluar jendela. Saat ini dia sedang berada di dalam rumah kaca, sedang menikmati waktu minum tehnya sambil membaca buku yang sempat dia pinjam dari perpustakaan. Walau setelah semua yang terjadi padanya, dia tetap harus berusaha mencari cara agar bisa kembali ke dunia asalnya di masa depan. Carla tidak ingin terus berada di sini, terlebih sekarang tidurnya selalu dihiasi dengan mimpi buruk yang sama. Carla menyeruput tehnya lalu menaruh cangkir itu kembali ke atas meja. Sebelah tangannya memijat tengkuknya yang terasa pegal akibat terlalu lama duduk dengan posisi kepala tertunduk membaca buku. Sejenak, Carla mengalihkan pandangannya pada hal lain. Dia menoleh keluar jendela dan memperhatikan semua tanaman indah yang ditanam diluar rumah kaca yang memang posisinya langsung mengarah ke taman. Sejak mengalami mimpi itu, aku jadi sama sekali tidak bisa tenang. Aku terus saja memikirkan tentang isi mimpi itu dan ketakutan setiap kali mengingatnya. Bahkan aku jadi
*Binbin Talk! Halo, Binbin di sini! Selamat datang di episode spesial. Akhirnya setelah perjuangan selama beberapa bulan, cerita ini selesai juga—maksudku season 1 nya selesai juga. Sebagai tanda berakhirnya season ini, Binbin ingin berbagi beberapa pengalaman ketika menulis cerita ini sekaligus menceritakan tentang awal terciptanya novel ini, dari mana ide cerita itu pertama kali muncul dan sebagainya. * Terbangun di Tubuh Tunangan Marquis Obsesif. Pada awalnya cerita ini aku buat dengan menggunakan judul yang berbeda. Untuk sebagian yang tidak tahu, cerita ini awalnya memakai judul dalam bahasa Inggris, yaitu “Thrown Into The Past.” Sayangnya editorku memintaku untuk mengubah judulnya agar menjadi lebih menarik. Editorku menyarankan agar judulnya diubah dengan menggunakan judul bahasa Indonesia. Namun kecenderunganku yang sering membuat judul dalam bahasa Inggris saat itu cukup membuatku kebingungan untuk mencari judul yang tepat. Setelah permintaan untuk mengganti judul, aku
Pats!Carla membuka kedua matanya spontan. Tubuhnya gemetar hebat, dan keringat mengucur membasahi seluruh tubuhnya. Dia terdiam dengan wajah pucat pasi sambil berusaha mengatur napas dan debar jantungnya yang sama-sama tidak beraturan. Kedua matanya berkaca-kaca. Lagi-lagi dia mengalami mimpi yang sama.“Kau bermimpi lagi?” Perhatian Carla seketika beralih pada datangnya suara. Begitu menoleh, dia melihat Cruz yang sudah ada di dalam kamarnya. Lelaki itu berjalan menghampirinya setelah sebelumnya duduk di sofa yang ada di sana.“Cruz…”Cruz duduk di tepi ranjangnya. Seperti apa yang dia lakukan biasanya, lelaki itu memeluknya untuk membuat Carla merasa lebih tenang. Lalu tanpa merasa sungkan, Carla membalas pel
“Memangnya aku tidak boleh mencium tunanganku sendiri?” Suaranya yang begitu rendah, berhasil membuat jantung Carla semakin berdebar. Entah sejak kapan suara Cruz terdengar begitu indah, dan kenapa Carla baru menyadarinya? Bahkan mendengar suaranya dalam jarak yang sedekat ini saja berhasil membuat jantungnya berdebar tak karuan.Carla lagi-lagi hanya bisa menelan ludahnya susah payah. Pandangannya tanpa sadar beralih menatap bibir Cruz. Suara indah itu baru saja keluar dari sana. Di saat yang bersamaan, Cruz melakukan hal yang sama tanpa sadar ketika dia menangkap pandangan mata Carla yang kini beralih menatap bibirnya. Entah kenapa Cruz melihat tatapan itu seolah sebuah kode bahwa Carla menginginkan sesuatu. Tanpa sadar Cruz mendekatkan wajahnya, mendaratkan bibirnya pada bibir lembut wanita itu, dan menciumnya dengan penuh kelembutan.
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny