Vier, Susan, dan Hélie terdiam dengan keheranan. Mereka sungguh tidak mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang mereka melihat pemandangan yang bahkan terasa lebih aneh dari sebelumnya. Di satu meja makan yang sama itu, mereka melihat Carla dan Cruz yang duduk dengan suasana hati yang sungguh saling bertolak belakang. Cruz terlihat begitu cerah ceria hingga tampak tidak seperti biasanya, sementara Carla terlihat begitu gelap dengan aura pekat yang terasa sama asingnya. Mereka sungguh tidak mengerti dengan situasi ini. Selain itu, mereka bertiga melihat Cruz yang berulang kali tersenyum dan memberikan perhatian pada Carla, sedangkan respon Carla hampir mirip seperti seekor anjing galak yang akan menggigit kalau di dekati. Dia tampak tidak memiliki mood yang baik untuk menanggapi Cruz.
“Hm… hanya perasaanku saja atau mereka tampak sangat berbeda hari ini?”
“Kejadian saat sebelum beliau mengalami mimpi?”“Saat itu, bukankah beliau begitu marah?”“Iya, benar… tapi bukankah jedanya bahkan tidak sampai tiga hari? Memangnya kapan kau menaruh minuman itu pada minuman tuan, Vier?” Susan menoleh pada Vier.“Satu hari sebelum kami kembali. Namun kalau apa yang kalian katakan benar… apakah itu artinya ramuan itu tidak bekerja?” Vier membelalakan mata.“Jika ramuannya tidak bekerja, maka…” Susan, Hélie dan Vier mendadak saling pandang dengan wajah terkejut. Mereka memikirkan hal yang sama. Kemungkinannya hanya satu, ramuan itu tidak bekerja sama sekali dan sebenarnya apa yang terjadi memang k
“Tuan marquis akan marah pada kami kalau anda sampai keluar di tengah keadaan hujan seperti ini.”“Kalian tenang saja. Aku akan baik-baik saja. Lagipula aku hanya ingin berjalan-jalan ke rumah kaca sebentar, dan kalian lebih baik tidak ikut. Aku butuh waktu sendiri.”“Tapi, tuan putri—““Tetap di sini!” Carla meninggalkan mereka di dalam sana. Sungguh, untuk sekarang ini dia sangat membutuhkan waktu sendirian untuk menjernihkan pikiran sekaligus berusaha melupakan kejadian semalam. Dia ingin mencoba menghapus semua itu agar dia tidak terus merasa canggung berada di dekat Cruz.*Seharian ini Carla berusa
“Aku tahu kau belum tidur!”Carla membelalakkan matanya begitu mendengar penuturannya barusan. Dia sungguh terkejut karena Cruz berkata demikian. “Bagaimana dia bisa tahu kalau aku belum tidur?” gumamnya.“Aku rasa kita harus bicara. Buka pintunya!” ujar Cruz. Carla masih diam dan mencoba untuk tidak mendengarkan setiap kalimat yang baru saja terlontar dari mulutnya. “Carla Harper de Ophelia!”Gawat, sepertinya dia marah karena aku tidak membukakan pintu untuknya, pikir Carla. Walau demikian, dia masih diam dan menunggu hingga Cruz mengancam akan mendobrak pintunya.“Jadi kau tidak ingin membuka pintunya? Kalau begi
“Maaf, tapi tuan terlihat murung dan tidak bersemangat akhir-akhir ini. Apakah tuan baik-baik saja? Saya lihat juga tuan dan lady Carla seolah menjaga jarak, apakah kalian bertengkar?” tanya Vier dengan segenap keberanian yang sejak tadi berusaha dia kumpulkan.“Dia tidak ingin bicara dan menemuiku. Jadi tampaknya begitu.”“Apakah anda tidak berniat untuk berbaikan dengan beliau?”“Kau ini bicara apa? Aku sudah mencoba menemuinya. Tapi dia terus menghindariku, aku tidak tahu hal ini akan terus berlangsung sampai kapan…”“Hm…, kalau boleh saya membantu—““Memangnya ka
“Woah… aku tidak menyangka kalau akan ada tempat seindah ini…,” gumam Carla. Wanita itu berdecak kagum melihat pemandangan indah bukit yang dimaksud oleh Susan dan Hélie. Carla terdiam sembari mengedarkan pandangannya, menatap hamparan ladang bunga yang begitu indah dengan berbagai jenis dan warna. Tampak begitu indah, terlebih dia juga melihat ada pohon-pohon besar yang hijau dan rindang. Langit biru yang begitu cerah tampak begitu indah.“Indah, bukan? Sudah kami duga tuan putri akan menyukainya.” Susan tersenyum simpul. Dia menarik tangan Carla dan menuntunnya menuju salah satu pohon di atas bukit. Di belakang mereka, Hélie membawa barang bawaan berupa bekal dan alas untuk mereka duduk. Tiba di atas, mereka segera menggelar alas yang tadi mereka persiapkan dan duduk dengan tenang setelah mereka mengeluarkan semua hidangan yang mereka bawa.
“Apa yang sedang kau lakukan di sini? Kau mengikutiku?” Carla beranjak dari tempatnya dengan ekspresi wajah yang mendadak berubah kesal.“Aku tidak mengikutimu. Tadi Vier mengajakku pergi dan dia mendadak hilang. Aku berusaha mencarinya dan tidak disangka malah bertemu denganmu di sini.”“Alasan. Aku tahu kau mengikutiku kan?”“Aku sudah bilang padamu, aku hanya mengikuti Vier.”“Terserah kau saja. Aku mau pergi!” Carla beranjak hendak melewatinya, tapi dengan segera, Cruz menahan pergelangan tangannya. Mencoba mencegah Carla untuk pergi. Ini adalah momen yang memang sangat sayang kalau dilewatkan begitu saja. Vier sudah membantunya dengan susah payah untuk bisa mendamaikannya dengan Carla. Jadi Cruz tidak boleh
“A-apa maksudmu?” Carla menatapnya dengan wajah kaget bercampur bingung. Entah apa yang akan dilakukan oleh Cruz terhadapnya, tapi yang pasti Carla merasa ini bukanlah hal yang baik.Cruz tiba-tiba mendekatkan wajahnya. Membuat Carla berkeringat dingin. Lelaki itu menatapnya lekat dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. “Kau sudah berani mempermainkanku. Memangnya kau tidak tahu betapa tersiksanya aku karena aku tidak bisa bertemu denganmu? Selama ini aku sudah mencoba menahan diri untuk tidak melakukan ini padamu, tapi kau malah mempermainkanku dan membuatku kesal. Jadi kau harus menanggung akibatnya.”Cruz berbisik tepat di telinganya, membuat wajah Carla semakin merona. Carla benar-benar gelisah entah apa yang akan dilakukan Cruz padanya, tapi ini sungguh membuatnya tidak tenang. Apa yang
“Ti-tidak! Hentikan… aku mohon.”“Bukankah ini yang kau inginkan, huh?” Cruz menyeringai. Dia melirik Carla sambil menggigit tengkuknya pelan hingga meninggalkan jejak ciuman di sana.“Ahh~ aku mohon… jangan seperti ini…” Carla berusaha melawan, sialnya entah kenapa pikiran dan hatinya saling bertolak belakang. Bahkan tubuhnya seolah tidak keberatan dengan setiap sentuhan Cruz terhadapnya.“Lalu apa yang kau inginkan?”“B-bukankah kau bilang ada yang harus kita bicarakan?”“Tapi kau bilang tidak ingin membicarakannya kan?”“Tidak. Maksudku, memang sepertinya lebih baik kita bic
Waktu berlalu. Sejak pertemuannya dengan pria misterius yang memberikannya sebuah ramalan itu, Carla sama sekali tidak pernah bisa berhenti memikirkannya. Terkadang ada momen dimana Carla terus dibuat kepikirkan dengan setiap kalimat yang terlontar dari bibir lelaki itu, terlebih ramalannya mengenai musuh yang selama ini mengintai.Carla terus bertanya-tanya, siapa yang sebenarnya dimaksud oleh pria itu, dan apakah benar dirinya memiliki musuh. Semua pertanyaan itu bermunculan, dan setiap kali dia merasa kepikiran dengan semua itu, Carla malah jadi semakin bingung, terlebih di tubuhnya saat ini, sama sekali tidak ada ingatan sedikitpun yang berhubungan dengan musuh keluarganya.Hari berganti, dan bulan pun berlalu. Sudah banyak waktu yang Carla lalui, dan semakin lama, kandungannya semakin membesar hingga membuat Carla tidak bisa bergerak dengan bebas. Dia harus ekstra hati-hati dalam melakukan segala kegiatannya karena tidak ingin sampai membuat kandungannya mengalami hal yang tidak
Carla melangkah dengan langkah yang cepat. Berjalan menyusuri jalan kecil di desa. Saat ini dirinya sedang jalan-jalan sembari menghirup udara segar di desa yang tenang, menikmati langit senja yang memerah dan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan. Langit senja memberikan sentuhan keemasan pada pemandangan sekitarnya. Dia menikmati kesunyian dan ketenangan, terbuai oleh keindahan alam. Di belakangnya, Hélie dan Susan tampak sangat kesulitan untuk menyamai langkahnya karena Carla berjalan terlalu cepat. Bahkan kini Hélie dan Susan tampak tertinggal jauh di belakang.“Memang tidak ada yang lebih baik dibandingkan berjalan-jalan sambil menikmati sore,” gumam Carla dengan suara pelan. Ketika wanita itu berniat untuk berbelok di jalan di hadapannya, Carla secara tidak sengaja menabrak seorang pria tua hingga membuatnya hampir saja jatuh.“Astaga, maafkan aku,” ucap Carla dengan cemas. “Aku sungguh tidak sengaja. Apakah kau baik-baik saja, tuan?”"Tidak apa-apa, nona. Aku baik-baik saja.” Pria
Dua bulan berlalu sejak mereka berdua mendapatkan kabar kehadiran buah hati mereka, dam setelah Carla mulai terbiasa dengan kondisinya, Cruz lantas menggelar pesta seperti apa yang mereka inginkan. Malam pesta pun tiba, acara malam itu dihiasi dengan lentera-lentera gemerlap dan bunga-bunga yang melimpah. Rumah Carla dan Cruz berubah menjadi tempat magis yang penuh kebahagiaan. Tamu-tamu yang datang sudah mulai berkumpul, dan suasana pesta terasa semakin meriah.Carla, mengenakan gaun yang memperlihatkan kebahagiaan dan kesejahteraannya, memandang sekeliling dengan mata penuh sukacita. Cruz berdiri di sisinya, menatapnya dengan bangga. Mereka berdua berencana untuk membuat pesta ini tak terlupakan."Kau terlihat begitu cantik malam ini," ucap Cruz sambil mencium pipi Carla."Terima kasih, Cruz. Aku tidak sabar untuk mengumumkan kabar baik kita pada semuanya," ujar Carla dengan senyuman bahagia.Pintu rumah terbuka, menyambut kedatangan tamu-tamu yang datang dengan penuh antusiasme. Me
Suasana senja menyelimuti rumah Carla dan Cruz dengan kehangatan. Cruz, yang baru saja mengetahui bahwa Carla mengandung anaknya, begitu bersemangat untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan. Dengan senyum cerah di wajahnya, Cruz mengajak Carla ke ruang makan yang dihiasi dengan lilin-lilin beraroma wangi dan bunga-bunga segar."Aku ingin membuat malam ini istimewa untuk kita berdua," ucap Cruz sambil menarik kursi untuk Carla begitu mereka tiba di sana."Apa yang ada di pikiranmu?" Cruz senyuman misterius. Mereka duduk di meja yang indah dengan cahaya lilin yang lembut memancar. Cruz memandang Carla dengan penuh cinta, "Sebenarnya, aku sangat senang mengetahui kita akan menjadi orangtua.""Aku juga, Cruz. Ini berita yang luar biasa.""Ketika aku tahu tentang kehamilanmu, aku ingin memberikan yang terbaik untukmu. Jadi, malam ini adalah permulaan dari serangkaian momen romantis yang akan kita alami bersama."Makan malam mereka disajikan dengan hidangan favorit Carla dan Cruz. Setia
Sesampainya di rumah setelah bulan madu yang penuh kebahagiaan, Carla dan Cruz kembali ke rutinitas keseharian mereka. Cruz mulai sibuk dengan pekerjaannya yang memakan banyak waktu dan energi. Namun, di sela-sela kesibukannya, ia selalu menyempatkan diri untuk mencurahkan perhatian kepada Carla.Sementara itu, Carla dengan sabar senantiasa menanti kepulangannya di rumah. Setelah menikah, dia kini jadi memiliki tujuan lain dengan menanti kepulangan Cruz setiap saat.Malam tiba, suasana rumah mereka berdua diisi dengan cahaya lilin lembut. Carla duduk di sofa, membaca buku sambil menunggu kepulangan Cruz. Setelah sepanjang hari berkejaran dengan tugas dan pertemuan, Cruz akhirnya tiba di rumah dengan senyuman lelah namun penuh cinta."Kau merindukan aku?" tanya Cruz begitu tiba di rumah. Pria itu berjalan menghampiri Carla dengan senyuman di wajahnya. Tiba di dekatnya, Cruz memeluk Carla seraya mencium keningnya. Carla mengangguk dengan wajahnya yang langsung berseri-seri begitu meliha
Pulau kecil yang belum tersentuh oleh keramaian, sebuah surga tersembunyi di tengah lautan, menjadi destinasi liburan romantis bagi Carla dan Cruz. Cruz dengan senyuman misteriusnya memandu Carla keluar dari dermaga, mengungkapkan pemandangan keindahan pulau tersebut.Pulau yang mereka kunjungi terletak di semenanjung barat kerajaan yang memang sudah sering menjadi tujuan wisata untuk para bangsawan dari berbagai kerajaan. Tempatnya yang nyaman di tambah dengan pemandangan yang indah selalu bisa membuat setiap mata terpikat melihatnya."Selamat datang di pulau impian kita," ucap Cruz dengan mata yang berbinar melihat kekaguman di wajah Carla. Wanita itu tampak begitu takjub begitu menyaksikan pemandangan pulau yang tampak begitu indah. Dia bahkan baru sampai, dan Carla sudah bisa melihat keindahan pulau itu.Begitu turun dari kapal, Carla dan Cruz lantas berjalan sebentar. Mereka berdua melewati jalan setapak yang dikelilingi oleh bunga-bunga warna-warni, sampai akhirnya mereka tiba d
“Argghhh…” Cruz melenguh panjang ketika akhirnya dia mencapai kepuasannya. Sementara itu, Carla sama sekali tidak memiliki tenaga dan bahkan hanya bisa terpejam dengan napas terengah-engah. Dia sungguh sudah sangat lelah sejak tadi, tapi Cruz sama sekali tidak mau mendengarkan kalimatnya.Cruz menumpahkan seluruh cairan putih dari kejantanannya di dalam tubuh Carla. Wanita itu bisa merasakan semburannya yang begitu banyak dengan sensasi hangat yang luar biasa. Entah sudah berapa banyak pria itu keluar di dalam. Carla tidak berniat menghitungnya.Cruz mencabut kejantanannya dari kewanitaan Carla lalu berbaring di sisinya dengan napas tersengal. Dia terdiam sambil mencoba mengatur napas. Setelah beberapa saat, Cruz lantas melirik Carla yang kini tampak sudah tak berdaya. Wanita itu sudah kehilangan banyak tenaga akibat pergumulan mereka sepanjang malam. Bahkan saat ini, malam sudah hampir berakhir, Carla dan Cruz bisa melihat langit di luar sudah mulai sedikit terang.Cruz yang lelah me
Carla dan Cruz duduk bersama di balkon yang dihiasi lentera memancarkan suasana yang intim. Mereka tertawa dan bercanda, membagi kisah-kisah lucu dari masa lalu. Cruz menggenggam tangan Carla dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kehangatan.Waktu berlalu, dan mereka sudah menghabiskan dua hari masa pernikahan mereka. Setelah resmi menjadi suami-istri, Cruz jadi lebih sering merindukan Carla. Dia ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Akan tetapi karena Cruz memiliki banyak pekerjaan yang menuntut untuk di selesaikan, Cruz jadi harus sedikit bersabar. Terlebih dia juga jadi harus menunda rencana mereka untuk melakukan bulan madu.Sejak berhasil mengalahkan Enrique dan membongkar semua kejahatannya, Cruz mendapatkan kepercayaan yang lebih besar dari raja, dan itu membuatnya jadi memiliki lebih banyak pekerjaan. Bahkan seharian ini, Cruz jadi harus menghabiskan banyak waktu di dalam ruang kerjanya, walaupun dia sangat ingin untuk menghabiskan waktu bersama Carla.Sementara it
Waktu berlalu, dan malam pun tiba. Carla dan Cruz duduk di tepi tempat tidur mereka, wajah penuh kebahagiaan. Ruangan yang dihiasi dengan bunga-bunga segar menciptakan atmosfer romantis. Mereka menatap satu sama lain dengan mata penuh kasih, menyelipkan tawa kecil di antara percakapan mereka."Kau tahu, ini adalah malam yang luar biasa," kata Cruz sambil tersenyum manis. Matanya menatap Carla lekat. Pria itu kemudian meraih tangan Carla, dan menggenggamnya erat."Ini akan menjadi malam terbaik dalam hidupku.” Cruz mencium punggung tangan Carla, membuat wajah wanita itu berubah merah merona saat Cruz bersikap begitu manis terhadapnya. Carla terdiam; mereka saling pandang, penuh dengan rasa cinta yang tak terucapkan.Sinar bulan menerangi ruangan melalui jendela, menciptakan bayangan lembut di sekitar mereka. Cruz menyentuh wajah Carla dengan lembut, dan membelai pipinya. Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan yang dipenuhi oleh getaran asmara yang tak terkalahkan.Carla terseny