Sekelompok berandalan masuk ke dalam dealer mobil milik Nate, tepat beberapa menit setelah kepergian Nicko. Tanpa basa-basi mereka mulai mengacak-acak. Kursi yang tertata rapi ditendang dan dilempar, vas bunga pun dipecahkan. Keributan yang mereka ciptakan tentu membuat para pengunjung lari terbirit-birit.
"Nate Brighton! Keluar kau!" teriak salah seorang berandalan yang merupakan pemimpin dari gank yang memporak-porandakan dealer mobil.Nate yang mendengar namanya disebut pun langsung berlari tergopoh-gopoh sambil diikuti kedua rekannya. Lebih tepatnya teman yang menjadi minion untuknya.Kedarangan kelompok berandal itu pun cukup mengejutkan baginya, lantaran ia kenal betul siapa orang-orang itu. Belum sempat keterkejutannya hilang, sebuah tinju menghujam perutnya. Dia yang berdiri tanpa kuda-kuda pun terhuyung jatuh menerima serangan yang tiba-tiba."Ouch!" keluhnya kemudian dibantu oleh dua temannya untuk berdiri."Siapa kJosephine memandangi benda pipih di hadapannya. Kabar yang baru ia terima berhasil mengubah moodnya saat berada di lingkungan kerja yang baru.Masih terekam jelas dalam otak, peristiwa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu. Saat wanita tua itu berpura-pura sakit agar ia bersedia menemui Adrian Law dan berkencan dengannya.Ayahnya Edmund baru mengabarkan kalau Nenek dilarikan ke Rumah Sakit tiba-tiba. Wanita tua itu tiba-tiba jatuh tak sadarkan diri setelah memimpin rapat.Kembali Jo menimbang-nimbang sendirian. Bertanya-tanya apakah mungkin keluarganya mempermainkannya lagi. Memikirkan rencana apa yang akan dilakukan untuknya. Apakah mereka akan menjebaknya untuk bersama Nate Brighton yang belakangan ini."Huh, apa mereka mencoba menjadikanku umpan untuk bisa bersama putra keluarga Brighton?" keluhnya sambil memegangi ponselnya."Tapi, bagaimana kalau kali ini Nenek benar-benar mendapat musibah," pikirnya.
Jo masih menatap suaminya dengan kecurigaan. Ia memang tak menyukai Nate dan perilakunya, tapi tak bisa membenarkan jika Nicko melakukan tindakan di luar batas."Apakah Nick membuat keributan dengan Nate ya?" pikir Jo.Selama dua tahun belakangan, ia baru menyadari kalau suaminya sebenarnya memiliki kemampuan bela diri. Terlihat saat mengunjungi LaFayette restoran beberapa waktu lalu. Nicko yang tubuhnya cenderung kurus justru dengan mudah melumpuhkan petugas keamanan yang bertubuh besar.Jo khawatir kalau suaminya tersinggung akan ucapan keluarga Brighton dan membuatnya marah."Nick, kau tidak berkelahi dengan Nate Brighton kan?" tanyanya hati-hati.Pertanyaan Josrphine yang terdengar terlalu hati-hati itu ternyata menyelamatkan Nicko. Seketika tercetus alasan yang tepat untuk menutupi kecuriagaan Josephine."Sesuatu terjadi pada dealer mobil laki-laki itu. Aku tak sengaja melewati lokasi dealer mobilnya
Pria paruh baya itu menggigit bibirnya, merasakan nyeri akibat cengkraman pemuda yang tersisihkan itu."Dasar laki-laki tak tahu diuntung, beraninya kau bersikap kurang ajar," jawab Howard dengan suara yang tertahan."Siapapun tak kuijinkan untuk menyakiti Istriku," jawab Nicko kemudian menghempaskan tangan Ayah Damian.Damian yang sudah mengetahui bagaimana kekuatan Nicko pun memilih diam tak membela ayahnya. Tak ingin merasakan ngilunya pukulan yang disebabkan oleh kepalan tangan suami sepupunya itu lagi."Siapa yang tak memiliki sopan santun di sini. Ibu kandung kalian sedang berbaring lemah, tapi kalian malah sibuk membicarakan perceraian. Sibuk menyalahkan Jo dengan apa yang terjadi," kata Nicko yang mampu membungkam seluruh anggota keluarga Windsor."Kalian semua orang yang memiliki pendidikan tinggi, seharusnya di saat seperti ini kalian fokua pada kesembuhan pasien. Lakukan sesuatu yang membuat Nenek menjadi le
Dokter cantik itu hanya menutup mulutnya begitu melihat kondisi Elizabeth. Tubuh rampingnya terasa lemas dan seolah akan tumbang."Dokter Ryan, bagaimana ini?" tanya Howard sang putra tertua mewakili Keluarganya yang terlihat panik.Tak satupun dari mereka tahu apa yang harus dilakukan. Bahkan sang dokter pun tak tahu. Gadis itu hanya bisa menunduk sambil memainkan jemarinya."Dokter, apakah Ibu akan semakin buruk?" tanya Ayah Josephine, sementara Catherine hanya bisa menangis tersedu-sedu. Kakak kandung Josephine itu sangat takut melihat keadaan sang Nenek.Frekuensi kejang pada tubuh Elizabeth semakin sering. Wanita tua itu pun terlihat sangat sulit untuk bernapas.Sebagai profesional medis, tentu ia sangat tahu apa yang terjadi pada Elizabeth. Ia tahu kalau ia telah melakukan kesalahan fatal yang dapat menyebabkan kematian pada pasiennya. Namun ia masih mencoba untuk mengelak dengan apa yang terjadi sekarang.
Pasangan muda itu pun melangkah cepat menuju ruang tempat Elizabeth dirawat. Wanita tua itu sempat tenang sejenak, tapi kembali kejang. Dolores yang mencoba memberikan pertolongan pun semakin bingung.Mungkin jika ada seorang yang ahli pengobatan di ruangan ini akan berpikir yang dilakukan oleh Dokter Dolores adalah sebuah kekonyolan. Mereka pasti akan berpikir kalau dokter ini begitu gegabah dan bertindak ngawur. Konsentrasinya telah pecah oleh kegugupannya."Aduh, bagaimana ini. Buku panduan akupunturku pun tersimpan di mobil," batin dokter Ryan.Perempuan muda ini pun mencoba untuk menenangkan diri dengan menghela napas sambil memejamkan mata sejenak. Jemarinya mencoba untuk meraba-raba kulit Elizabeth.Brak!Pintu kamar pun dibuka dengan kasar. Kehadiran Nicko bersama Josephine oun memecah keheningan mereka.Seketika pandangan keluarga Windsor pun mengarah kepadanya."Datang juga kau rupan
Kepergian dokter Dolores Ryan menimbulkan tanda tanya bagi keluarga besar Windsor. Tak seorangpun mengira dokter terkenal itu mengundurkan diri secara tiba-tiba. Apalagi keputusan pengunduran dirinya disebabkan oleh seseorang yang tak pernah dianggap oleh keluarga itu.Meskipun yang dilakukan oleh seseorang yang tak dianggap itu dibenarkan oleh dokter Dolores, tapi tak seorangpun dari mereka yang peduli. Status sosial dan ekonomi sang menantu itulah yang membuat mereka enggan menganggap apalagi berterima kasih.Tanpa berpikir panjang, Nicko mengambil tas peralatan kedokteran milik dokter Dolores dan bergegas meninggalkan ruangan tanpa pamit. Apa yang dilakukan olehnya tentu menimbulkan kecuriagaan tersendiri pada sang istri."Nicko mau apa ya?" pikir Josephine kemudian ikut keluar ruangan dan mengejar suaminya. Entah apa yang dipikirkan olehnya, rasa cemburu ataukah penasaran.***Lelaki berjaket sport itu tampak seten
Pemuda tampan itu tetap bersikap tenang dengan kejutan yang ditemukannya saat membuka pintu. Sementara dokter Dolores melangkah mendekat ke punggungnya.Josephine, sang istri tercinta tengah berdiri mematung di sana. Memperhatikan suaminya yang berduaan dengan sang dokter di tempat yang sepi."Kau sudah lama di situ?" tanya Nicko sambil melangkah mendekat pada istrinya, tapi perempuan itu justru melirik ke arah Dolores."Ya, aku sudah lama di sini dan aku mengetahui apa yang kalian lakukan," jawab Josephine tegas dan membuat dokter Dolores merasa tidak enak."Maaf Nona Windsor, apa yang Anda lihat tak sesuai dengan apa yang Anda pikirkan, kami tak melakukan apa-apa," Dolores mencoba membela Nicko.Josephine mengetuk-ngetuk kakinya yang bersepatu tinggi, dengan tangan bersedekap ia melirik ke arah Dolores. Pandangannya cukup tajam, entah apa arti dari pandangannya, hanya ia sendiri yang tahu."Huh, jangan s
Daisy menyambut pasangan muda ini dengan tidak bersahabat. Tatapan penuh amarah ditujukan pada menantunya."Kalian ini selalu bertingkah seperti layaknya pengantin baru saja. Setiap hari berjalan-jalan dan pulang larut," cibir Ibu mertua Nicko saat mereka baru saja memasuki rumah."Maaf, kami tadi menemani dokter Dolores Bu," jawab Josephine."Memangnya menemani dokter itu harus berdua. Kau saja kan sudah cukup? lihat, suamimu yang bodoh ini sampai lupa menyiapkan makan malam untuk kami," protes Daisy."Ibu tidak bertanya padamu!" balas Daisy ketus. Kemudian perempuan ini pun menatap ke arah menantunya."Jangan sombong mentang-mentang berhasil menyelamatkan Ibu, maka kau lalai akan tugasmu," tambah wanita berambut pirang ini dengan nada tinggi."Sudahlah Daisy, biarkan saja mereka istirahat. Lagipula kita berdua kan sudah makan karena kiriman dari keluarga Law tadi," kata Edmund."Huh memang b