“Kau mau ke kantor hari ini?” tanya Tuan wu pada putri sulungnya.
Sara hanya mengangguk dan mulai menikmati oat dengan raspberry dan susu tanpa lemak di hadapannya.
“Aku akan ke kantor cabang setelah mengantar Angeline sekolah,” jawabnya enteng.
“Kurasa kau tak perlu melakukannya, sebaiknya kita fokus pada acara yang lain saja!” seru Tuan Wu.
Sara mengerutkan dahinya, meletakkan sendoknya sejenak dan memperhatikan ayahnya. Perempuan Asia ini tak mengerti kenapa sang Ayah justru menghalangi keinginannya untuk ke kantor cabang. Kantor cabang milik Tuan Wu memang sedang mengalami masalah, penjualan di kantor itu semakin hari semakin menurun dan perem
Perlahan Nicko melepaskan dekapannya pada sang istri. Kini tangannya yang sedikit pucat karena minimnya sinar matahari saat hidup dalam penjara pun membelai rambut Josephine dengan lembut.Mata cokelat itu menatap Jo lekat-lekat, dan seperti biasa selalu teduh dan memberikan ketenangan.“Katakan saja apa yang kau inginkan Jo?” tanya Nicko dengan lembut.Jo pun menunduk, ia mulai ragu untuk mengungkapkan permintaannya kali ini. Permintaannya kali ini memiliki hubungan dengan keluarga Windsor.“Mmmm sebenarnya aku … aku bingung untuk mengungkapkannya, dan mungkin aku takut untuk mengatakan hal ini padamu, tapi,—” Jo tak melanjutkan kalimatnya, ia kembali menunduk.Jika ia tak mengatakan hal ini tentunya pikiran Jo terus saja diganggu oleh bayangan tentang keluarganya. Namun jika ia mengatakan, Jo khawatir akan muncul kemarahan pada suaminya.
Mobil mewah milik Nicko berhenti di sebuah bangunan bergaya kuno tapi kokoh. Di halaman gedung itu tampak beberapa anak-anak kecil berlarian. Sementara di sudut lain anak remaja tampak sibuk berolahraga.Yang menarik perhatian Nicko adalah seorang anak laki-laki yang hanya duduk sendiri di bawah pohon sambil mendekap lututnya. Nicko menurunkan kaca mobilnya dan kembali memperhatikan anak itu lagi. Posisi mobilnya memang tak jauh dari pohon tempat anak itu berteduh, itulah sebabnya Nicko dapat melihatnya dengan jelas.“Kasihan sekali,” gumam Nicko mengejutkan Jo yang sedang duduk di sampingnya.Perempuan berambut pirang itu pun hanya mengerutkan dahi. Ia tak juga mengerti kenapa Nicko harus mengajaknya mengunjugi penampungan anak-anak. Apalagi saat suaminya bergumam kasihan, mungkinkah sang suami hendak mengadakan kegiatan amal di tempat ini.“Kau akan menjadi donatur untuk tempat in
Ini kali pertamanya Jo bepergian dengan menggunakan helikopter. Wajah perempuan ini terlihat lebih pucat, tangannya pun tak henti menggenggam erat sang suami. Mungkin ia gugup karena ini pengalaman pertama.Perlahan helikopter milik keluarga Lloyd menapaki helipad di area distrik C. Saat itulah Nicko dan istrinya mendapat sambutan dari sipir penjara yang dulu pernah mengurusnya. Mereka semua menaruh hormat, bahkan menunduk saat bersalaman dengannya.Sejenak Nicko menghirup udara sekitar penjara distrik C, melihat ke sekeliling dan bernostalgia. Di tempat inilah ia mendapatkan banyak pengalaman dan pelajaran hidup.“Silakan Tuan,” salah seorang sipir penjara yang bertugas mengawal mereka pun membuka jalan.Nicko hanya mengangguk dan tangannya tak henti menggandeng sang istri.Kembali Nicko melewati lorong yang dulu membawanya ke dalam sel yang sempit, remang dan gelap.
“Ya, adopsi putraku, bukankah kalian berdua belum memiliki anak?” tanya Rodgie mengulang kalimatnya.Kali ini ia tidak lagi menunjukkan sikap yang ramah, dan Jo kembali dibuatnya takut. Namun tidak dengan Nicko. Ia justru mengangkat telapak tangannya meminta Rodgie tenang.“Jika perlu aku akan berlutut di hadapan kalian berdua agar kalian mau mengadopsi putraku. Hanya kalian orang baik yang kukenal. Nicko selama ini akulah yang melindungimu, tidak bisakah kau mewujudkan permintaanku ini?” pinta Rodgie.Emosi pria ini terlihat sangat kacau. Antara marah, khawatir dan juga sedih semuanya bercampur jadi satu. Sejenak Nicko kembali pada Jo untuk membuatnya tenang dan mengkonformasi keinginan Jo tadi. Jo mengangguk meski sedikit takut.“Rodgie, kau tenang dulu. Kedatangan kami ke sini tak hanya ingin mengetahui kabarmu, tapi kami juga ingin meminta ijinmu untuk mengadopsi Rod
Pasangan muda itu duduk di bangku belakang mobil mereka. Seorang lelaki muda berambut cokelat dengan mata hazel menggenggam erat tangan perempuan berambut pirang di sebelahnya yang baru saja merapikan tatanan rambutnya.“Kuharap kau tidak bosan dengan keseharian ini. Aku pun sebenarnya jengah, tapi bagaimana lagi semua sudah berbeda, aku sendiri yang membongkarnya dan ini konsekuensi yang harus kuterima.”Perempuan berambut pirang ini menghela napas panjang dan tersenyum ke arah lelaki di sampingnya. Jemarinya yang dipoles cat kuku warna nude pun diletakkan ke atas tangan suaminya.“Nick, tenanglah kau tak perlu merasa tidak enak denganku, ini adalah keseharianmu yang sebenarnya. Sebagai istri sudah seharusnya aku mendampingimu dan melakukan kewajibanku,” jawabnya dengan nada yang lembut.“Kau tidak masalah dengan kegiatanku seperti ini? Apa kau tidak bosan?”
Jo menghembuskan napas panjang kemudian menatap layar ponselnya sambil mengeluh.“Apa sebenarnya yang diinginkan dariku,” runtuknya.Namun saat itu ia kembali mendapatkan pesan dari aplikasi chatting. Nomor yang sama dan sangat familiar baginya, yang beberapa menit lalu menghubunginya dengan tergesa-gesa.“Cepat kau menoleh ke belakang dan kau akan mengetahui apa yang sebenarnya kami inginkan,” tulis pengirim pesan itu.Dengan berat hati, Jo pun menoleh ke arah peneleponnya setelah ia mendengkus kesal. Ia tidak kaget dengan orang yang menghubunginya barusan. Nomor itu bukanlah nomor asing, nomor yang sama seperti saat ia masih berada di tempat tinggal lainnya. Yang membuatnya terkejut adalah bagaimana mereka bisa datang ke acara ini.“Ka … kalian! Bagaimana kalian bisa berada di sini?” tanya Jo dengan mata yang membulat karena terkejut.
Jo langsung menatap ke arah dua wanita yang menghadangnya. Sepertinya mereka berdua melakuka ini dengan sengaja. Mungkinkah ada sesuatu yang ingin disampaikan.Ada tatapan tidak ramah dari mereka berdua kepada Jo. Membuat istri Nicko berpikir apakah ada sesuatu yang salah dengan dirinya. Namun Jo tetap mencoba untuk berbaik sangka pada dua wanita yang menghentikannya. Ia memutuskan untuk bersikap ramah saja pada mereka karena ada nama besar keluarga Lloyd yang harus ia jaga.“Ada apa ya?” tanya Jo mencoba untuk ramah.Dua wanita itu hanya memicingkan mata kemudian mereka saling pandang satu sama lain. Setelah itu dagu mereka pun terangkat memberi tanda kalau sekarang adalah saatnya. Tentu saja Jo tak mengerti akan hal ini.“Hmm aku tahu tentang siapa kau yang sebenarnya,” salah seorang perempuan berambut merah Amanda Morgan mencibirnya.Jo hanya ters
Perlahan-lahan Josephine melebarkan jemari yang menutupi wajah. Mengintip apa yang terjadi barusan. Namun saat ia melihat bayangan yang menolongnya, ia pun kembali menyembunyikan wajahnya. Jo benar-benar tak siap atau mungkin malu saat dirinya dilihat dalam keadaan seperti ini.“Ba … bagaimana bisa?” tanya Eleanor pada rekannya.Baik Eleanor maupun Amanda sama-sama yakin kalau lokasi mereka sekarang benar-benar aman. Tempat ini cukup sepi dan jarang ada yang mengetahui keberadaannya. Namun ternyata diam-diam ada yang mengetahui dan mereaka berdua tidak pernah terpikirkan bagaimana mereka ditemukan.“Kenapa? Kalian kaget aku bisa mengetahui keadaan kalian?” tanya seorang laki-laki berpakaian rapi yang ternyata adalah Nicholas Lloyd.Kedua perempuan yang menjahili Jo tadi tak dapat berkata apa-apa. Mereka berdua pun hanya menunduk dan saling melempar kode satu sama lain. Saling berbisik sepertinya tengah merencanakan sesuatu.“Apa yang kalian lakukan pada istriku? Apa kalian pikir hal i