Sehari sebelumnya ….
Nicko meremas kertas yang berisikan pengumuman pernikahan Josephine dengan Gerald. Wajah pemuda ini tampak memerah setelah membaca pengumuman itu.
“Kurang ajar, berani benar mereka melakukan ini di hotel yang kubeli untuk Jo,” runtuk Nicko.
Russell dan Raina yang ada di dekatnya pun hanya bisa diam, memberikan kesempatan bagi Nicko untuk mengungkapkan semua emosinya.
“Nick, aku tahu ini sangat berat, tapi kita harus cepat bertindak. Kau tak perlu terlalu mengkhawatirkan akan hal ini,” kata Raina memulai.
Nicko mengangkat satu alisnya dan menatap Raina, tak mengerti kenapa sahabatnya itu bersikap seolah apayang terjadi ini bukan masalah besar.
“Kami sudah mengatur semuanya. Kami sengaja mengatur agar Gerald segera melangsungkan pernikahannya,” kata Raina sambil menegak minuman bersodanya.
Ucapan Nicko yang sesumbar akan kemampuannya membeli seratus helai gaun pengantin seperti milik Jo hanya dalam waktu lima menit saja. Semua yang hadir di situ tahu kalau gaun yang dikenakan Josephine bukanlah busana yang murah. Hampir semuanya mengenal sosok Nicko yang selalu menjadi pesuruh ataupun sopir saat bersama keluarga Windsor, sebagai kompensasi atas dirinya yang menjadi menantu tak berguna.Kasak-kusuk pun terdengar di telinga pemuda tampan ini. Namun ia tak peduli akan suara-suara sumbang yang mengatainya sedang mengada-ngada. Ia hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan-ucapan itu.“Akan kubuat kalian terkejut seperti mendapatkan sengatan listrik kali ini,” batin Nicko sambil memicingkan mata ke arah para undangan yang menghadiri pernikahan Josephine.Tak ayal, Jo dan Catherine pun langsung mendekat ke arah Nicko, dan Jo berbisik agar Nicko menahan ucapannya.“Nick, sudahl
Setelah berhasil menguasai dirinya, William pun kembali menggelengkan kepala dan membiarkan lembaran cek itu terbuka di telapak tangannya. Saat itulah Damian tanpa sengaja melihat nominal yang tertulis di sana.“Apa aku tak salah lihat?” pikirnya sambil sedikit mencondongkan tubuhnya agar dapat melihat lebih jelas nominal yang ada di sana. Tentunya Damian harus melakukannya secara diam-diam, karena ia tak mau dianggap tidak sopan.“Tak mungkin, cek ini pasti palsu,” pikir Tuan William.Namun pria itu kembali membolak-balikkan kertas cek yang diberikan oleh Nicko dan semakin lama ia memperhatikan semakin terlihat kalau cek itu asli.“Apa ada masalah Tuan William?” tanya Damian mencoba untuk menunjukkan empati, padahal ia ingin mengetahui lebih jelas nominal cek yang diberikan oleh si menantu tak berguna itu.“Kau lihat saja sendiri. Aku ak
Raina langsung merapikan rambutnya. Rambut hitam itu dibiarkan terurai dan melambai melewati Russell dan menyebarkan aroma wild floral. Lelaki berambut merah itu harus berusaha untuk menahan diri dari pesona kekasihnya.“Raina, tolong ya!” pinta Nicko kemudian memberikan mic yang tadi dipegang oleh Cathy.Perempuan berkulit ebony itu pun mengangguk. Ia memang didaulat untuk menjadi pembawa acara yang mengumumkan tentang siapa Nicko yang sebenarnya.Pernyataan Raina pun diiyakan oleh Tuan Phillip Lloyd. Bahkan pria paruh baya ini pun dengan lantang menceritakan bahwa hotel ini juga milik putranya, yang telah dibeli dari pemilik sebelumnya.Seketika keluarga Windsor tercengang mendengar pernyataan dari Raina dan Phillip Lloyd. Semuanya mengetahui siapakah Phillip Lloyd sebenarnya, walau tak pernah bertatal muka alias ahanya melihat figurnya dari media cetak, digital dan elektronik.&
Daisy yang mendengar ucapan anak perempuannya pun mematung sejenak. Ia tersentak dengan penolakan yang dilakukan oleh Josephine. Namun itu tak berlangsung lama, Ibu dari dua orang putri ini pun menutup mulut dengan telapak tangan yang terkembang menyembunyikan tawa.“Ha ha kau ini lucu sekali Josephine, Mana mungkin ada orang tua yang menyuruh anaknya bercerai kecuali suaminya adalah seorang laki-laki yang tidak baik. Selama ini Nicko selalu menunjukkan rasa cinta dan kesetiaannya padamu dan juga keluarga besar Windsor, bagaimana mungkin aku bisa menyuruh kalian berpisah,” kata Daisy menyangkal.Nicko yang mendengar ucapan wanita ini hanya memalingkan wajah dan menahan tawa.“Anda sepertinya memerlukan penanganan profesional Nyonya,” kata Raina sambil mengejek mertua Nicko yang ada di hadapannya.Sebagai seorang sahabat, tentu saja Raina jengkel melihat kelakuan mertua N
Nenek Elizabeth tampak berusaha menyembunyikan perasaan bersalahnya karena selalu memperlakukan Nicko dengan buruk selama menjadi menantu keluarga Windsor. Wanita uzur tersebut memasang senyum yang dibuat seindah mungkin untuk memberikan kesan bagi keluarga Lloyd.Tak pernah ia memimpikan sebelumnya kalau akan menjalin hubungan kekeluargaan dengan keluarga Lloyd, bukan hanya itu mereka semua tidak berani membayangkan. Semenjak kematian Gilbert Windsor, keluarga ini kehilangan pamor. Hampir seluruh pembesar menyebutkan keluarga Windsor hanyalah keluarga nomor dua alias dianggap tidak penting.Keluarga Windsor mungkin hanya mendompleng kepopulerean dari keluarga lain semenjak kematian Gilbert. Harta mereka terbilang paling rendah jika dibandingkan dengan semua pembesar di Westside Coast.“Nicko apapun alasanmu untuk menyembunyikan identitas aslimu kami akan tetap menganggapmu sebagai menantu keluarga ini. kami semua
Jo mendongak dan memandang ke arah lelaki yang dicintainya. Keduanya pun saling mengangguk, yakin dengan keputusan yang telah mereka buat.“Kau yakin dengan ucapanmu barusan Jo?” tanya Nicko kembali memastikan pada sang istri.“Aku yakin sekali Nick, mereka semua pantas untuk mendapatkan hal ini,” jawab Jo mantap.Nicko menghela napas lega, “Baiklah jika memang ini adalah pilihanmu. Sebaiknya kita pergi sekarang, aku akan membawamu tinggal di tempat orang tuaku.”Jo pun mengangguk. Sebenarnya ia lebih memilih untuk tinggal di apartemen yang telah dibelinya bersama Nicko, tapi ia tidak boleh egois dan mementingkan keinginannya sendiri. Sudah bertahun-tahun Nicko terpisah dari kedua orang tuanya, dan mereka dipertemukan dalam keadaan Nicko sudah menikah.Jo harus memberikan kesempatan bagi suaminya untuk merasakan kehangatan bersama keluarga. Ter
Damian seakan tak mengubris bibinya yang penuh tanda tanya. Hingga kini Daisy masih saja memasang tampang penuh keheranan .“Ayo Bibi!” ajak Damian yang mempercepat langkahnya.Lelaki muda itu tak ragu lagi untuk menggandeng tangan Daisy bahkan mencengkeram kuat dan membuat Ibu kandung Josephine itu mulai merasa kesakitan.“Apa yang akan kau lakukan Damian, kenapa kau mulai berani bersikap kasar pada Bibi?” tanya Daisy mencoba untuk melepaskan cengkraman Damian.“Maaf Bibi, aku tak bermaksud untuk bersikap kasar padamu. Aku hanya mengejar waktu, jangan sampai kita kehilangan jejak mereka,” kata Damian sambil melonggarkan cengkramannya pada Daisy.Daisy kemudian mengangkat wajahnya ke arah Damian dan kembali fokus pada langkah kakinya. Meskipun ia tak tahu apa yang dimaksud oleh keponakannya itu.“Nicko, Jo tunggu!&rdq
“Kau ingin apa?” tanya Nicko kemudian beranjak sebentar untuk mengambil welcome drink yang memang disediakan untuk para tamu yang berada di lobi.Walau dirinya adalah Tuan Muda, ia tetap merasa risih jika hal yang sepele saja harus dilayani. Mengambil minuman untuk sang istri sudah sepatutnya dilakukan oleh suami.“Samakan saja dengan minumanmu,” jawab Jo.Nicko mengangguk, dan beranjak mengambil dua geles teh lemon dingin untuknya dan Jo. Tentu saja pelayan yang sedang berada dekat bar minuman selamat datang langsung mendatanginya, menawarkan diri untuk memberi bantuan.Namun Nicko menolak, ia malah memerintahkan pelayan itu untuk fokus pada tamu hotel bukan dirinya. Itu sudah tugas dari seorang pekerja hotel, melayani tamu yang datang baik menginap atau sekedar berkunjung.“Untukmu,” kata Nicko menyodorkan minuman pada istrinya yang masih dud