Sepeninggal kawan-kawan Daisy, dokter Dolores masih berusaha mendampingi. Ia mendengar berita kecelakaan Edmund dari administrasi Rumah Sakit.
Merasa memiliki kedekatan dengan keluarga Windsor, ia pun merasa bertanggung jawab untuk mendampingi mereka. Walaupun apa yang dialami oleh Edmund bukanlah spesialisasinya."Nyonya Daisy Windsor, anda pasti bisa melewati ini semua. Tenang ya!" katanya disambut anggukan oleh Daisy.Melihat keadaan wanita di sampingnya sudah berangsur-angsur tenang, dokter Dolores pun akhirnya memberi kesempatan pada Polisi untuk bicara padanya."Nyonya Windsor, ada polisi yang datang untuk menemui Anda, mereka ingin bicara mengenai kecelakaan Tuan Edmund," katanya ramah.Daisy pun mengangguk mengiyakan. Mau tak mau, siap tidak siap ia perlu mengetahui apa yang terjadi pada suaminya. Berikut dengan keadaan mobil mewahnya saat ini."Bisa kita bicara sebentar Nyonya Windsor?" tanya salaMasih dengan tatapan yang tajam, wanita paruh baya itu melihat ke arah menantunya. Napasnya tampak memburu dan kedua tangannya meremas roknya kuat-kuat. Kebencian terhadap sosok menantu semakin menjadi-jadi.Dulu kebencian yang dimiliki terhadap Nicko hanya karena dia miskin. Namun kali ini ia sangat benci karena sang menantu dianggap sebagai penyebab kecelakaan sang suami.Nicko tampak menggeleng, tak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh sang mertua."A ... Apa maksud Ibu, aku sama sekali tidak mengerti," balas Nicko."Jangan pura-pura Nicko. Kau kan yang melepas air bag, mengganti ban mobil milik suamiku dengan ban yang sudah usang agar kecelakaan," tuduh Daisy kemudian berdiri dan mendekat ke arah menantunya."Mengganti ban dan melepas airbag? Apa mungkin Nicko melakukannya?" tanya Josephine yang ternyata malah membuat Daisy murka.Wanita itu pun berdiri berkacak pinggang di depan putrinya.
"Buat apa kau bertanya seperti itu padanya Jo? Tentu saja dia tak akan mengakui perbuatannya," tambah Daisy mencoba memanasi putrinya.Jo bergeming tak mempedulikan perkataan Ibunya. Ia ingin mendengar pernyataan dari suaminya sendiri.Nicko yang menyadari kecurigaan sang istri pun menatap wajahnya dalam-dalam. Kemudian menghela napas panjang dan bicara selembut mungkin."Jo, apa kau menuduh aku yang melakukan ini semua?" tanya Nicko.Lagi-lagi Daisy yang membenci menantunya pun tak memberi kesempatan putrinya menjawab pertanyaan suaminya. Ia terus saja mengompori sang putri agar tak mempercayai suaminya lagi."Tak usah kau dengarkan dia. Lelaki yang selama ini kau bela tentu saja tak suka dengan hadiah yang diberikan Adrian pada kami. Dia sangat iri karena tak memiliki kendaraan mewah seperti yang dimiliki oleh Ayahmu. Itulah yang dilakukan selagi masih ada kesempatan, ia melakukan sabotase kendaraan," seru Daisy mengompori.
Catherine melirik saudaranya yang hanya diam saat petugas Norton meminta Nicko untuk ke kantor polisi. Kakak Josephine itu tak yakin kalau Nicko melakukan itu dengan sengaja."Jo, kenapa kau diam saja, cegah suamimu dibawa," bisiknya."Hei Cathy kau ini kenapa biarkan saja laki-laki itu dibawa polisi dan membusuk di dalam penjara. Di sana adalah tempat yang sangat pantas untuknya," kelakar Daisy."Tapi Bu, itu semua belum bisa membuktikan kalau Nicko yang melakukan perbuatan yang Ibu tuduhkan," sergah Catherine.Dokter Dolores yang ada di sana pun memiliki pendapat yang sama dengan Catherine. Terlebih ia mengetahui rahasia tentang Nicko."Mana mungkin Nicko iri dengan mobil yang dimiliki oleh Edmund, jangankan satu mobil, seratus pun mampu ia beli dalam waktu singkat," batin dokter Dolores.Namun perempuan ini tak bisa bertindak lebih jauh dari sekedar membatin. Bukan wewenangnya untuk ikut campur dalam ma
"Apakah saya diberikan waktu untuk menelepon seseorang?" tanya Nicko saat tiba di kantor polisi.Semenjak tadi petugas Norton memperhatikan saksi yang ia bawa. Lelaki muda itu tetap saja bersikap tenang, tanpa ada kepanikan sama sekali.Pandangan pemuda itu tetap lurus ke depan dan terlihat gagah. Cara bicaranya pun lancar, dan tidak canggung menatap lawan bicaranya. Sikap yang membuat petugas Norton mulai bimbang apakah benar pemuda seperti ini bisa melakukan apa yang dituduhkan oleh Daisy Windsor."Kenapa dia tenang sekali? Apa memang dia tidak melakukan apa yang dituduhkan. Atau mungkinkah ia seorang penjahat kawakan yang sudah malang melintang di dunia kriminal? Tapi kalau kawakan kurasa itu tidak mungkin. Aku sama sekali belum mengenal namanya," pikir petugas Norton."Bagaimana Tuan? Apa saya bisa menelepon seseorang?" tanya Nicko lagi."Ya, tapi kau hanya bisa menggunakan telepon yang ada di kantor kami," kata petugas.
"Aku sudah selesai," kata Nicko.Petugas di hadapan Nicko tampak garang, berbeda dengan petugas Norton yang berdiri di sampingnya. Petugas garang bernama belakang George itu pun memandangi Nicko dengan tatapan yang meremehkan nan sengit.Suami Josephine sudah menduga kalau mereka pasti akan menjadikan dirinya bahan bullyan. Apalagi kalau bukan karena penampilannya yang sama sekali tak berkelas. Terlebih lagi ia belum mencukur jambangnya hingga lebih mirip penjahat dibanding miliyarder muda.Petugas George langsung menggebrak meja tanpa basa-basi."Katakan apa yang kau lakukan pada mobil Tuan Windsor!" bentaknya langsung menuduh Nicko, tidak sesuai dengan pernyataan Petugas Norton yang mengatakan Nicko adalah saksi."Semalam aku membawa mobil itu untuk masuk ke dalam garasi, dan pagi tadi aku mengeluarkan sekaligus memanasi mobil itu," jawab Nicko singkat."Jangan bohong!""Tidak, aku mengatakan hal ya
Semakin lama ia memikirkan tentang orang yang ia bawa ke kantor, semakin banyak pertanyaan yg muncul dalam otaknya. Tak hanya siapa laki-laki ini, tapi juga alasan keluarga Windsor menginginkan ia dihukum mati.Semuanya benar-benar terlihat janggal di mata petugas Norton. Ia pun sempat berpikir kalau keuarga Windsor sama sekali tak tahu kalau laki-laki ini adalah orang suruhan. Selain itu juga menduga kalau lelaki ini juga bermasalah dengan keluarga korban, setidaknya itu dari apa yang ia dgar saat memberi kabar di rumah sakit."Tapi, kalau ia adalah orang kiriman dari pusat, kenapa bisa dijadikan tertuduh atas kecekaan yang terjadi pada Tuan Windsor? Ah sudahlah itu pasti masalah internal dengan keluargaya. Aku harus bersikap baik, dan mnunjukkan profesionalismeku dalam bekerja. Anak dan Istriku masih butuh makan, aku tak boleh kehilangan pekerjaan atau jabatanku degan bersikapbrutal seperti yang dilakukan rekanku," tambah petugas Norton dalam hati.
"Hei, aku bicara padamu Bung, apa kau tak mendengar pertanyaanku?" tanya pria berambut merah dengan suara yang tegas dan tatapan yang tajam."Ma .. Maaf, Anda bicara apa tadi?" tanya petugas yang berjaga di depan.Petugas ini masih muda, dilihat dari sikap dan seragamnya, sepertinya petugas ini masih belum berpengalaman. Sepertinya baru saja lulus dari akademi kepolisian. Namun sepak terjang kelmpok jubah hitam sudah tak asing lagi di telinganya."A ... apakah ini yang dinamakan kelompok berjubah hitam. Mereka terlihat menyeramkan sekali," pikirnya.Pria bercodet yg mendampingi si rambut merah pun melambakan tangannya agar petugas di kantor depan itu mendekat ke arahnya. Kemudian mengambil ponsel yang ada di tangan si rambut merah untuk mendekatkan foto Tuan Muda pada wajah lelaki itu."Kutanya sekali lagi, dimana lelaki ini sekarang? Jangan berani berbicara tidak tahu, sebab ia baru saja meneleponku dan mengatakan ia
Sementara itu di rumah Sakit ....Sambil digandeng Paman Howard, Nenek pun datang menemui Daisy. Tentu saja sebagai seorang Ibu ia terlihat begitu mengkhawatirkan kondisi putra bungsunya."Daisy, bagaima keadan suamimu?" tanya Nenek yang terliht begitu khawatir.Wanita paruh baya itu sepertinya tak sanggup untuk menceritakan bagaimana keadaan suaminya. Ia justru duduk bersimpuh dengan kepala berada di pangkuan sang Ibu mertua, Daisy menangis sesenggukan."Ini semua gara-gara lelaki tak berguna itu Bu. Dia yang menyebabkan suamiku celaka," Daisy mengadu.Tak perlu menyebutkan nama, tapi semua sudah tahu siapa yang dimkasud oleh Daisy. Saat itu semua terlihat begitu geram, termasuk Damian yang sedang tidak dipedulikan oleh Nenek karena kegagalannya merebut villa miliknya dari tangan si menantu tak berharga.Situasi saat ini dijdikan Damian sebagai moment dimana ia bisa mencari panggung. Ia harus menunjukkan kepeduli