Kembali Josephine memperhatikan apa pesan yang dituliskan oleh sang suami. Terasa begitu menenangkan, dan perlahan membuat hawa dingin di tangannya hilang secara perlahan.
"Tenang saja, Sayang. Kau pasti bisa bekerja sama dengan Richmond," tulis sang suami padanya. Seketika senyumnya merekah dan kembali percaya diri. Seorang pria berdasi melangkah ke arah Josephine dari meja resepsionis. Kemudian mengarahkan senyum padanya. Dalam hati, Josephine berpikir kalau pria itu adalah Raymond Evans yang akan ia temui. Wanita berparas cantik seperti Barbie itu pun berdiri dan menyambut Tuan Evans. "Anda Nyonya Josephine Windsor?" tanyanya sopan.Ini pertama kalinya ia dipanggil Nyonya Josephine Windsor, semenjak menikah. Meski panggilan itu memberi kesan lebih tua, tapi ia bangga. Dengan begitu, ia bisa menunjukkan statusnya yang sudah tak lagi lajang. "Benar, Anda pasti Tuan Raymond Evans?" tanya JosephPerempuan berambut pirang ini duduk dengan tidak nyaman. Jantungnya berdegup kencang selayaknya dentuman musik cadas yang memekakan telinga.Sudah lebih dari lima belas menit ia berada dalam posisi seperti itu, karena pria yang ia temui barusan tak kunjung kembali. Membuatnya semakin lama semakin cemas memikirkan kegagalan yang akan datang."Sepertinya apa yang kulakukan ini akan sia-sia. Apa sebaiknya aku pergi saja ya?" pikirnya.Namun, kembali ia mengingat wajah suaminya yang tampan dengan rahang persegi. Mata hazel yang selalu memberikan kesan nyaman apabila memandang dirinya."Ah kenapa aku tak mencoba mengirim pesan pada Nicko saja, dengan begini aku bisa membunuh rasa bosan yang melanda," batinnya, kemudian meraih ponsel pintar dari dalam tas tangannya."Sukses ya, Sayang."Ternyata sang suami sudah mengirimkan pesan padanya sejak tadi. Namun sepertinya saat itu, ia tengah berbincang dengan Tu
Wakil direktur itu menunjukkan proposal yang diberikan oleh calon kliennya yang kini menunggu di bawah. Namun direktur baru itu tak ingin melihatnya."Aku sudah mengetahuinya, aku yang membuat proposal ini bersama Istriku. Tolong kau tanda tangani saja surat perjanjian kerja sama dengan pihak Windsor. Agar tak menimbulkan kecurigaan mintalah pihak Windsor untuk menyerahkan salinan neraca keuangan tahunan mereka. Satu lagi, pastikan nama Josephine Windsor ada dalam perjanjian kita!" perintah Nicko.Keputusan yang dibuat Nicko semata-mata adalah untuk mendukung istrinya. Hidup dua tahun di tengah keluarga Windsor membuatnya paham bagaimana keluarga Windsor bersikap pada istrinya yang cantik."Aku akan mentransfer 60% dari total 3 miliar ke rekening perusahaan Windsor, sisanya akan kutambah minggu depan. Kau perlu mengadakan pertemuan dengan keluarga Windsor dan meninjau perusahaan mereka!" tambah Nicko lagi."Baik, Tuan M
Mungkin hati Josephine saat ini seperti kebun bunga, penuh warna dan kegembiraan. Hari ini ia berhasil menunjukkan kemampuannya untuk menggandeng perusahaan raksasa seperti Richmond."Ini semua karena dia yang selalu percaya pada kemampuanku," ungkap Jo dalam hati.Dorongan dan kepercayaan dari sang suamilah yang membawanya pada posisi sekarang. Segera saja ia mengambil ponselnya begitu Tuan Evans tak nampak dari pandangannya lagi."Sayang, kau pasti tak percaya dengan apa yang akan kukatakan," ujarnya pada Sang Suami melalui panggilan telepon."Hmm, ada apa Josephine? Kau sudah bertemu kembali dengan Tuan Evans?" tanya Nicko berpura-pura tak mengerti.Padahal saat Istrinya menelepon, ia sedang berdiri di samping Olivia White yang tengah mengawasi Laura. "Aku sudah melakukannya, Sayang. Kau tahu, direktur baru itu tertarik dengan proposalku. Kau tahu apa yan
Mobil Van milik Nicko masuk ke dalam pelataran Richmond. Ia terpaksa berkendara memutar agar Istrinya tak curiga.Kali ini tak seorangpun berani mencegah mobil itu masuk ke dalam gedung. Semua karyawan sudah tahu kalau mobil itu adalah milik Nicholas Lloyd. Jika mereka berani bertindak semena-semena, maka mereka akan berurusan dengan kepala divisi SDM.Kejadian yang barusan menimpa Laura Dean telah terekam pada otak mereka. Tentu sangat memalukan jika hal ini tetjadi pada diri mereka.Seorang wanita berambut pirang segera melangkah ke depan lobi begitu melihat van putih itu dari kaca. Pemilik mobil juga telah memberitahunya kalau mobil ia sudah sampai."Sayang, keluarlah! Aku tak berani untuk masuk ke dalam gedung, pakaianku tidak pantas!" tulisnya begitu tiba di pelataran.Tanpa ada rasa canggung ataupun rendah diri, perempuan cantik itu masuk ke dalam mobil van. Tak perlu menunggu lama, ia pun
Adrian tak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Hampir tiga jam ia brrkendara bersama sahabatnya Damian, tapi Josephine tak juga ditemukan. Pria berambut pirang ini sudah mencoba menghubungi kantornya, tapi tak ada informasi tentang kedatangan Josephine. "Kita berhenti di sana!" pinta Adrian pada sahabatnya. "Kita mau ke mana?" tanya Damian. "Kau turunlah. Aku akan kembali ke kantorku," titahnya membuat Damian mengerutkan dahi. "Kau menurunkanku di jalan?" "Ya, aku masih banyak pekerjaan. Ingat aku tak akan memberikan apapun pada keluarga Windsor jika aku belum berkencan dengan Josephine!" katanya dengan ancaman. Mau tak mau, Damian pun menghentikan mobil Adrian yang ia kendarai dan keluar dari mobil mewah itu. Dengan terpaksa ia kembali ke perusahaan Windsor dengan mengendarai taxi. &nb
Kepalan tangan itu bersiap untuk melayangkan tinju pada wajah Nicko. Membuat Josephine semakin ketakutan dan berteriak."Jangan sakiti suamiku!" teriaknya memohon, tapi mereka malah membentak perempuan berwajah seperti boneka itu."Diam kau!" kata salah seorang dengan kasar.Mendengar bentakan pada wanita yang begitu ia kasihi, tentu membuat Nicko naik pitam. Tangan mereka yang tadi siap meninju malah ditangkap oleh telapak tangan Nicko.Tak ada yang mengira, kalau pemuda yang ukuran tubuhnya lebih kurus dari mereka berhasil melakukannya. Bahkan Josephine sendiri menutup mulut keheranan. Terlebih kedua orang itu merintih kesakitan, seolah tulang pada pergelangan tangan mereka tengah dipatahkan.Napas Nicko terdengar begitu memburu, dengan tempo yang begitu cepat. Kulitnya tampak merah seperti terbakar matahari dan matanya membulat. Ekspresi wajah yang tak pernah dilihat oleh Josephin
Josephine semakin merapatkan tubuh pada sang suami begitu masuk ke dalam rumahnya. Nicko yang berada di sampingnya pun menggenggam tangannya erat-erat. "Apa kau takut akan sesuatu?" "Itu mobil Damian, dan melihatnya membuat perasaanku jadi tidak enak." "Tadi aku berbohong pada Paman Howard jika aku akan bertemu Adrian mengurus investasi," jawab Josephine lirih. "Aku akan jadi perisaimu. Tenang ya!" Dua sejoli itu pun memasuki rumah Edmund Windsor yang tak terlalu besar. Tangan kanan Nicko menggandeng istrinya erat. Sementara tangan kirinya membawa tas belanja kebutuhan Josephine. Benar dugaan Josephine, Damian sudah menunggunya di ruang tengah bersama dengan Nenek dan Paman Howard. Sedangkan Ayah dan Ibu Josephine hanua menunduk. Mereka berdua pasti habis dimarahi habis-habisan. Nenek Elizabeth menurunkan kacamatanya sedikit, kemudian melirik ke arah cucu perempuannya yang bar
"Sayang, katakan pada mereka apa yang kau dapat hari ini!" pinta Nicko dengan lembut dan melingkarkan tangannya pada pundak sang Istri."Eh," balas Josephine sedikit gugup, tapi tak lama. Kemudian ia mengambil folder berisi pernyataam kerjasama dengan pihak Richmond."Masalah bisnis keluarga tak perlu dikhawatirkan lagi. Kurasa besok kita bisa membayar keterlambatan gaji para karyawan," kata Josephine dengan penuh percaya diri.Ucapan Josephine kali ini sukses membuat Paman dan sepepunya tak bisa menahan tawa. Dalam pikiran mereka mana mungkin seorang seperti Josephine melakukan hal ini."Kau ini lucu sekali Jo," komentar Damian."Aku tidak sedang melawak," balas Josephine ketus."Lalu kau kira dari mana bisa membayar gaji para karyawan. Kurasa kau tahu kan kalau jumlahnya hampir mencapai satu miliar?" Kali ini Nenek berkomentar sambil menunjuk cucu perempuannya dengan tongkat miliknya.&n
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt