Nicko tak berani melirik ke arah istrinya dengan alasan masih mengemudi. Perangai ini semakin dirasa aneh oleh Josephine yang memang mulai mencurigai suaminya.
"Sayang, katakan padaku apa kau mengenal Tuan Evans?" tanya Jo kembali menyelidik.Nicko mencoba untuk mengatur napasnya, dalam hati, dan berkata dalam diam."Aku tak boleh terus begini. Istriku tak boleh curiga tentangku.""Tentu aku mengenalnya. Bukankah kau mengenalkannya padaku saat kunjungannya ke Hotel Windsor," kata Nicko mencoba meyakinkan sang Istri.Namun ternyata tak semudah itu untuk meyakinkan sang istri. Mata indah Josephine masih saja menatap suaminya penuh curiga. Ia masih yakin kalau Nicko ada hubungannya dengan semua ini."Apa hanya itu? Kau begitu percaya diri memintaku untuk mencoba bicara dengannya mengenai masalah keluargaku, seakan kau mengenal dekat pria itu," kata Jo.Untuk menutupi kegugupannya, Nicko pun tertaJo yang ada di samping Nicko pun menggandeng lengan suaminya dengan erat. Sambutan yang diberikan oleh Kyle Brenan terlihat menyeramkan di kedua matanya."Sayang, sepertinya dia marah karena kita terlalu lama menggunakan mobilnya," bisik Jo yang terlihat ketakutan."Ssst tenang saja, kucoba untuk bicara dengannya dulu agar beliau tidak salah paham," balas Nicko yang ikut-ikutan berbisik.Pemuda ini pun melangkah sedikit mendekat pada Kyle Brenan dengan lengan yang masih dipegangi istrinya sangat erat. Raut wajah yang kalem dan bersahabat tak ada lagi pada wajah pria yang telah lama mengabdi pada Phillip Lloyd ini."Maaf, kami baru bisa meninggalkan acara," kata Nicko kalem.Dengan langkah yang berwibawa, pria ini pun melangkah melewati Nicko dan Josephine tanpa menoleh ke arah mereka berdua. Ia seolah menganggap kalau Nicko dan Jo tidak ada, atau mungkin pengganggu untuknya.Kyle Brenan tampak memeriksa mo
Jo mendaratkan tubuhnya di tepi ranjang seketika mereka berdua tiba di rumah. Nicko yang duduk di sebelahnya pun segera meraih kaki istrinya dan ditumpangkan pada pangkuan dan memijatnya."Hmm lega sekali rasanya. Kukira pemilik mobil itu akan marah pada kita," kata Jo sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran ranjang."Yah, aku juga begitu. Mungkin Tuan Brenan terlalu lama menunggu kita," kata Nicko yang masih memijat betis istrinya."Kau pasti lelah," kata Nicko saat melihat istrinya menikmati tiap pijatannya."Huwaaa! Tidaaak!"Suara teriakan yang terdengar tiba-tiba pun merusak kemesraan antara Nicko dan istrinya. Josephine yang tengah menikmati waktu dimanja sang suami pun terpaksa menurunkan kakinya dan segera berdiri."Ada apa lagi dengan Ibu?" tanyanya yang memang sangat mengenal teriakan milik sang Ibu."Entahlah, lebih baik kota lihat saja apa yang terjadi," ajak Nicko.
Tak ada penyesalan bagi Nicko saat melakukan ini. Perlakuan buruk seperti ini sudah terbiasa ia terima. Catherine yang melihat kejadian ini rasanya ingin berdiri dan membantu adik iparnya. Namun saat melihat Jo, ia pun mengurungkan niatnya."Jangan Cathy, kau tak perlu berlaku berlebihan. Ingat, dia adalah suami adikmu, jangan rusak rumah tangganya," pikirnya.Wanita yang status pernikahannya kini tak jelas pun kembali pada Ibunya. Kembali mencoba menenangkan. Sementara adiknya tampak menggerutu akibat ulah Ibunya."Ibu, kenapa harus kasar dengan Nicko?" tanya Jo menunjukkan protes atas perlakuan Ibunya."Ini semua gara-gara lelaki tak berguna yang kau nikahi. Coba dari dulu kau menurut pada Ibu dan menceraikannya lalu menikah dengan Adrian Law, pasti kehidupan kita tak akan seperti ini," omel Ibunya yang tak dapat dimengerti oleh Jo.Sementara Catherine meremas-remas ujung roknya. Ia mencoba untuk menahan diri a
Mendengar apa yang dikatakan oleh Daisy membuat Jo mulai bertanya-tanya. Perempuan muda yang belum membersihkan tata riasnya pun menyipitkan mata dan menatap Ibunya."Ibu beli perhiasan pada Nyonya Brighton?" tanya Josephine tak percaya.Mendengar ucapan Jo, tentu saja menbuat Daisy mendadak kikuk. Wanita paruh baya ini pun menoleh ke kanan dan kiri, mencari-cari sesuatu yang bisa ia bicarakan sebagai pengalihan."Bu, jawab Bu! Apa Ibu membeli perhiasan yang ditunjukkan Nyonya Brighton saat makan siang di Hotel Emerald beberapa waktu lalu?" tanya Jo menyelidik dan membuat Ibunya semakin kikuk.Tentu saja hal ini menimbulkan kecurigaan pada Josephine, karena sepengetahuannya Ibunya tak memiliki banyak uang. Ditambah lagi Ibunya pernah berkata kalau tabungannya hanya tiga ratus juta, dan tabungan itu adalah milik Jo, bukan Ibunya.Daisy kembali menunduk dan mengigit bibir bawahnya. Ia tengah bingung dengan apa yang harus
Tiga jam sebelumnya .... Dengan baju terusan sepanjang lutut, wanita paruh baya itu mendatangi kediaman keluarga Brighton. Maksud hati, Daisy ingin membawakan makanan untuk sahabatnya. Sambil tersenyum wanita itu berkhayal kalau putrinya akan tinggal di rumah mewah dua lantai di hadapannya. "Pasti menyenangkan untuk Jo tinggal di rumah ini, apalagi jika ia mengajakku dan Edmund untuk turut serta," ungkapnya dalam hati. Dengan langkah yang penuh percaya diri, wanita lima puluh tahunan itu pun mendekati pagar rumah keluarga Brighton. Rumah dengan dominasi warna putih yang berdiri begitu kokoh. Ia tak berhenti mengungkapkan kekaguman dalam hati. Rangkaian bunga liar dan topiari yang ada di halaman seolah-olah memanggil Daisy untuk segera masuk. Tanpa ragu lagi ia mulai menekan bel, hingga muncul dua orang pria berpakaian hitam keluar menemuinya. "Wow, hebat sekali. Mereka bahkan memepekerjan penjaga rumah," batinny
Suasana asing sangat terasa begitu Daisy turun dari taxi. Kali ini ia datang ke lingkungan pasar, yang seumur hidup hanya beberapa kali dikunjungi olehnya.Aroma amis dari ikan dan daging yang bercampur dengan sampah sayuran menusuk-nusuk hidungnya. Membuat wanita ini terpaksa menggunakan saputangannya untuk menutup hidung.Sesekali tubuhnya tersenggol pedagang dan buruh angkut yang ada di sana. Membuat Daisy harus mengusap bagian bajunya yang tersenggol, karena tak rela baju mahalnya terkontaminasi kuman."Huh, kenapa juga aku harus ke tempar ini? Tapi kalau tidak kesini, tentu aku akan terus penasaran," pikirnya. Daisy berbelok ke arah kiri, memasuki sebuah gang mengikuti petunjuk yang ada pada secarik kertas pemberian penjaga rumah Brighton. Namun baru beberapa langkah memasuki gang, ia sudah dikejutkan oleh sesuatu.Seorang pemuda dengan rambut hitam tampak memotong-motong daging, dengan ditemani wanita seumurannya yang m
"Hei Nyonya besar, apa kau tidak melihat kalau di sekitarmu hanya ada penjual daging dan ayam?" sindir salah seorang pedagang."Ha ha benar sekali ... Apa jangan-jangan kau ini pasien rumah sakit jiwa ya!" Pedagang yang lain ikut menyindir Daisy.Mendengar ocehan itu tentu saja membuat Daisy naik pitam. Martabatnya serasa jatuh oleh sindirian-sindirian mereke. Sementara Ellen tetap saja bersikap santai dan tak merasa bersalah."Kau! Kau membawa uangku 250 juta, dan menjanjikan akan mengenalkanku pada pembuat perhiasan agar aku bisa mendapatkan harga murah," ucap Daisy sambil mengarahkan telunjuk ke arah wanita di hadapannya.Ellen hanya memandang temannya kemudian mencibir lagi."Kau ini bicara apa? Mana mungkin kami menjual berlian. Uang dari mana untuk modal usaha berlian," balasnya.Sementara Nate putranya hanya menunduk, ia tak berani untuk menatap Daisy ataupun berbicara. Ia tak ingin membuat Ibunya m
Nicko melangkah kaki lebar-lebar dan menyusul istrinya ke kamar. Dia harus menghibur Jo yang sangat kesal akibat Ibunya menggunakan uang tabungan miliknya.Didapatinya tubuh ramping istrinya yang cantik tengah telungkup dan menangis sesenggukan. Pemilik tinggi enam kaki itu pun mengambil tempat duduk di sampingnya dan mengusap kepala Jo dengan lembut."Sayang," panggilnya.Perlahan-lahan Jo mulai membalik tubuhnya dan duduk di samping Nicko. Kepalanya disandarkan pada pundak sang suami."Ibu membogongiku. Uang yang susah payah kukumpulkan sirna begitu saja," ungkapnya dengan suara yang terisak."Katakanlah Jo, ungkapkan semua kemarahanmu," kata Nicko yang memang memilih untuk membiarkan istrinya mengungkapkan semua amarahnya.Tak ada yang lebih melegakan bagi seorang yang sedang susah selain memiliki sosok pendengar yang baik.Ia tahu betul bagaimana perjuangan istrinya mengumpulkan pundi-pund
Matthew tidak berkata apa-apa, bahkan bereaksi terhadap Josephine yang masih keheranan. Ia malah menunjukkan sikap dingin pada Josephine. Saat ini jantung Josephine pun bergetar penuh ketakutan, ia langsung memeluk tubuh Ian yang saat ini sudah tertidur dengan erat.Matthew melirik sejenak dan tak mempedulikan Jo, ia malah melangkah keluar dan kembali dengan membawa kejutan. Matthew langsung menarik tubuh dua penjaga yang sedang pingsan ke dalam dan menggulingkannya pada tumpukan jerami.Tanpa diduga Matthew pun mendekat ke arah Jo dan melepas jaketnya dan memberikan pada Josephine, “Pakai ini di luar akan dingin!”Sedikit ragu Josephine pun menerima dan memakai jaket milik Matthew. Pemuda asing itu pun mengangkat tubuh Ian pada pundaknya dan mengangguk , “Aku akan mengantarmu ke kota, setelah itu hubungi suamimu untuk menjemput! Kita harus cepat sebelum mereka semua bangun!” ajak Matthew.
“Jadi ini perbuatanmu?” tanya Nicko dengan geram. Kali ini wajahnya memerah dan matanya menatap tajam ke depan.“Ha ha ha kenapa? Apa ini terdengar menyakitkan untukmu? Baguslah kalau ini terdengar menyakitkan untukmu. Setidaknya dengan begini kau tahu telah berhadapan dengan siapa, dan kau bisa berpikir ulang untuk menghianati putriku!”“Watson, kau!” amuk Nicko. Kali ini ia benar-benar marah sampai tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tangannya mulai mengepal kuat dan memaki pria yang meneleponnya. Tak ada yang pernaha mengira kalau Robert Watson, ayah Camilla terlibat penculikan istri dan anaknya sekarang.“Brengsek kau Watson, apa maumu! Aku peringaktan kau kalau aku tidak pernah mengkhianati putrimu. Itu hanya sebuah permainan konyol di masa kecil!” balas Nicko.“Permainan konyol masa kecil katamu? Sayang sekali sampai sekarang putriku masih saja
Pria yang dikenal Josephine melipat tangannya di depan dada lalu berjalan mendekati Josephine. “Kau ingin tahu kenapa aku bisa berada di sini? Tentu saja karena aku ingin bertemu denganmu manisku.”Tentu saja pria itu adalah Gerlad Jones, laki-laki paling egois yang pernah dikenal oleh Josephine.“Apa kau tidak bosan menggangguku terus menerus? Bukankah kau sudah tahu kalau aku dan kau tidak lagi ada hubungan apa-apa?” balas Josephine dengan ketus.Gerald langsung berjongkok dan menjajari posisinya dengan Josephine. Kali ini ia menyentuh lembut pipi Josephine dan membuat mantan kekasihnya itu jijik.Josephine tampak menepiskan tangan Gerald yang terus saja berusaha untuk menyentuhnya. Semakin Josephine menghindar semakin ia senang untuk menggodanya.“Kulitmu tetap saja mulus dan lembut, hanya saja sekarang kau sedikit berbeda. Sepertinya kau sedikit
Sore ini Nicko tengah menemani Josephine dan Ian untuk pergi ke taman. Kali ini mereka hanya ditemani oleh Jacklyn dan juga Owen pengawal Ian dan Jo.Sepertinya sudah cukup lama Josephine tidak menghabiskan waktu bertiga seperti sekarang ini. Belakangan, Nicko memang sibuk dengan segala aktivitasnya sendiri dan juga dunia pengobatan yang baru saja didapatkan olehnya. Kini mereka pun berpikir untuk beristirahat sejenak, lagipula semalam Jo berkata kalau ia ingin berbagi.Dengan bantuan Owen dan juga Jacklyn mereka pun menggelar meja dan meletakkan beberapa kotak makanan di sana yang akan diberikan pada siapapun yang membutuhkan secara cuma-cuma. Kali ini bukan hanya Jo saja yang terlihat begitu senang, tapi juga Ian, karena ia sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama ayah angkatnya itu.Begitu Nicko selesai membereskan meja dan meletakkan beberapa makanan, seorang wanita paruh baya dengan pakaian lusuh pun mendatangi mereka. Dilihat dari pakaian yang dikenakan sepertinya dia adalah
Saat ini Andrew Young benar-benar terdesak. Ia benar-benar tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ini.Orang yang dulu pernah dia remehkan tiba-tiba saja membalikkan keadaan hanya dalam hitungan beberapa menit saja. Dulu ia menganggap remeh keluarga Watson karena mereka memiliki kelas ekonomi di bawahnya.Apalagi dengan Nicko, dia justru tak pernah memperhitungkan pemuda itu sama sekali. Justru menganggap Nicko seperti hama yang harus segera dibasmi. Namun sekarang dialah hama itu. Bahkan Chuck yang jadi sekutunya juga menyalahkan dirinya.“Chuck, kau tidak menganggapku lagi? Apa kau tidak mengingat hubungan baik kita terdahulu?” tanya Tuan Young dengan suara yang terdengar bergetar karena mengandung kesedihan.Chuck menggeleng dan kembali berkata, “Apa kau tidak dengar apa yang telah dikatakan oleh pamanku tadi? Kami keluarga Watson sama sekali tidak menyambut kedatangan seorang pembohong. Sekarang lebih baik kau pergi dari sini!”“Chuck kau,—” Andrew tak lagi melanjutkan ucapa
Tubuh Andrew Young tiba-tiba terasa kaku dan lemas. Sekarang ia sudah tidak punya uang lagi dan itu sangat menyakitkan. Sekarang ia mendengar kabar kalau putra bungsunya mati bunuh diri, hidupnya benar-benar hancur saat ini.Dengan langkah yang gontai ia pun berjalan ke arah panggung kembali. Saat itu ia sudah melihat keadaan yang porak poranda. Semuanya penuh dengan sampah dan tak ada satu orangpun di sana.Ia pun berjalan dengan gontai, tapi seketika seorang pelayan pun datang untuk mengejarnya, “Maaf Tuan Young, ini tagihan untuk acara malam ini!”Saat itulah Andrew Young langsung menepuk dahinya dan bergumam kalau ia hampir lupa dengan tagihan yang harus dilunasinya. Saat menyewa tempat ini memang ia baru membayar setengah dari total layanan banket yang dipesan olehnya.Saat ini ia masih bisa bernapas lega sebab dalam saldo rekeningnya masih tersisa uang untuk biaya pelunasan acara kali ini. Namun untuk setelah itu ia tidak tahu harus bagaimana. Bahkan tidak yakin bisa membeli tik
Andrew Young tersentak dengan pernyataan mantan pengawalnya itu. Apalagi mereka malah menahannya dan membuat dirinya tidak lagi bisa bergerak dan mengumpankan pada orang-orang yang kini memburunya.Sebenarnya sekarang dia sudah benar-benar terjepit, tak ada yang bisa menolongnya. Ingin berteriak dan meminta tolong pada Matthew tapi sekarang anak muda itu sudah tidak bersamanya lagi. Lalu Tuan Watson, seharusnya pria itu bisa diandalkan olehnya. Sementara Chuck, adalah benar-benar sekutu baginya. Namun posisi mereka terlalu jauh dan tak memungkinkan untuknya berteriak.Kalaupun ia berteriak meminta bantuan mereka, sebelum Chuck datang ke sini dirinya pun sudah babak belur.Kini yang bisa dilakukannya hanya menggertak mantan pengawalnya lagi agar mau melindunginya. Pengawal yang telah dipecatnya adalah kumpulan orang-orang bodoh dengan badan yang kekar. Dengan memberikan mereka sedikit harapan saja, mereka pasti akan bergerak melindunginya, tak peduli sesulit apa rintangan yang harus di
Andrew Young mencoba untuk mengejar Nyonya Eleanor yang sekarang sudah menuruni panggung dan mengarah pada jalan keluar. Ia terus saja memanggil wanita itu dan memintanya untuk kembali.Namun sayang saat ia baru saja menuruni panggung ia sudah dihadang oleh beberapa orang yang telah membeli obatnya.Salah satunya adalah Tuan Austin. Ia berdiri merentangkan tangan dan menghalanginya untuk pergi. “Kau mau kemana? Segera bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan pada kami! Kembalikan uang kami!”Beberapa yang telah membeli obat itu pun ikut membantu Tuan Austin. Mereka semua tampak mengepungnya.“Cepat kembalikan uang kami!” seru orang-orang itu sambil berteriak marah.Andrew Young justru menggelengkan kepala dan mencoba untuk menolak, “Tidak … tidak kalian sudah tahu kan kalau jika barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan.”Namun orang-orang tidak mau mengerti dan berkata kepadanya dengan lantang, “Tidak bisa, uang ini harus dikembalikan karena kau telah melakukan penip
Andrew Young tersenyum dan menggelengkan kepalanya, “Tentu tidak Tuan. Harga itu adalah harga yang sangat sepadan dengan apa yang kalian dapatkan.”“Huh kau pasti ingin merampok kami dengan membayar biaya yang tak sedikit itu! Aku tak mau membeli!” seru salah satu pengunjung.Andrew Young pun tersenyum sinis an berkata, “Aku tidak memiliki niat merampok pada kalian. Aku menetapkan harga yang pantas. Seperti yang kalian lihat pada pesta ulang tahun Tuan Watson, dan juga perubahan pada diriku. Kalian semua bahkan sudah menyentuhku dan merasakan perbedaan yang terjadi. Jadi menurutku 2,5 miliar itu sangat pantas.”Para pengunjung yang mengerubunginya pun berbicara seperti dengung kumbang. Setelah itu ia pun berkata lagi dengan memberikan penjelasan pada semuanya. “Apa kalian semua tidak tahu kalau di masa muda kita banyak menghabiskan waktu untuk bekerja keras, memikirkan banyak hal bahkan membuat kita lupa akan makan dan kurang tidur. Seringkali kita harus memakan makanan cepat saji unt