Mendengar keputusan Nicko yang meminta Jo untuk tidak bekerja tentu membuat Daisy merasa kecewa. Wanita itu justru mengkhawatirkan kesusahan yang akan mereka dapat.
"Kau ini semakin lama semakin kurang ajar saja, berani benar mempengaruhi Jo untuk ikut-ikutan menjadi pemalas sepertimu!" protes Daisy.Kali ini Jo dan Catherine hanya saling pandang, kemudian melirik ke arah Nicko. Hampir saja Jo membuka mulut untuk melakukan pembelaan pada suaminya. Namun sayang ia kalah cepat dengan ocehan Ibunya."Kau ini kan pengangguran, makan pun kami yang mengurus. Sangat tidak pantas bagimu menyuruh Jo untuk tidak bekerja hari ini. Memangnya kalau Jo tidak bekerja kau mampu memberinya makan?" tambah Daisy."Jika aku tak bekerja hari ini atau besok kita masih bisa makan Bu, bahkan sampai satu bulan ke depan. Lagipula aku kan masih memiliki tabungan tiga ratus juta," sanggah Josephine yang menganggap kekhawatiran Ibunya ini berlebihan.Kini giliran Edmund yang mendekat pada menantunya. Meskipun sempat ia berpikir tentang kebaikan Nicko yang mencegah Howard melayangkan tamparan pada putrinya. Namun tampaknya gengsi sebagai seseorang yang berstatus lebih tinggi dari menantunya telah mengalahkan image baik tentang Nicko.Harga dirinya sungguh jatuh saat menantunya menyinggung soal permata yang ia beli. Permata itu dibeli pada perkumpulan pengagum batu mulia. Adalah kebanggaan tersendiri bagi Edmund yang telah mampu mengalahkan Tuan Bernard Bass yang selalu memenangkan lelang permata.Edmund berpikir kalau Bernard Bass sudah mulai bangkrut hingga tak berani mengalahkan penawarannya sebesar lima puluh juta. Walau sebenarnya saat itu Bernard Bass sedang mendapatkan suatu kabar yang mengharuskannya undur diri dari acara lelang, alhasil Edmund lah yang jadi pemenang.Kemenangan Ayah Josephine saat itu membawanya pada sebuah kejayaan. Ia tampak dikagumi dan diberikan tepukan tangan me
Mendengar tantangan menantu kurang ajar itu membuat Daisy dan Edmund merasa kesal. Mereka berdua saling pandang dengan napas yang sama-sama memburu."Ya Bu, bagaimana jika Nicko benar?" tambah Jo ikut-ikutan bertanya.Dengan santai Daisy pun menjawab tantangan putrinya dengan mengatakan jika Nicko yang menang, maka Nicko akan bebas tugas rumah tangga selama seminggu. Sementara pekerjaan sehari-harinya akan dilakukan oleh Daisy dan Edmund, tapi ternyata hal ini tidak disetujui oleh Jo."Satu bulan!" tegas Josephine membuat kedua orang tuanya terkejut. Meski mereka berdua yakin akan kemenangan mereka, tapi tetap ada ketakutan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Sebab semasa hidup mereka pasangan paruh baya ini tak pernah sekalipun mengerjakannya.Nicko tersenyum bangga saat menangkap kekhawatiran pada wajah mertuanya. Saat itulah ia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengorek informasi tentang uang tiga ratus juta milik istrinya
Nicko mematikan mesin mobilnya begitu tiba di kawasan pusat jual beli emas dan batu mulia. Mereka berlima sepakat untuk berjalan kaki dan mengikuti arahan Edmund yang menentukan dimana permata itu akan diperiksa."Kita akan ke First Gems," kata Edmund memimpin.First Gems adalah toko permata terbesar di kawasan ini, sekaligus toko permata paling tersohor di westcoast town. Toko yang selalu menjadi incaran bagi para kolektor batu permata.Bersama mereka memasuki bangunan dengan dominasi kaca berwarana gelap. Dari luar bangunan itu memang tampak seperti tak ada tanda-tanda kehidupan. Namun di dalam ternyata menyimpan aura yang berbeda.Gambaran keindahan dan kemewahan batu mulia mampu menyilaukan mata Daisy dan Catherine. Namun putri sulungnya tak seantusias sang Ibu.Dengan diikuti pelayan yang menyambut mereka, Edmund pun mulai menuju satu counter dan menceritakan maksud kedatangannya kemari."Selamat pagi
Wajah mertua Nicko tampak memerah dan tak henti bersungut-sungut begitu keluar dari First Gems. Hinaan dan pengusiran yang dilontarkan oleh Tuan Hudson tentu saja tak bisa mereka terima."Kau ini bodoh sekali Edmund, bagaimana bisa kau tidak mengetahui kalau permata itu palsu," umpat Daisy pada suaminya."Mana mungkin aku mencurigai benda itu palsu. Benda itu dilelang oleh ketua perkumpulan pengagum permata, bahkan membuat Bernard Bass kecewa karena kalah denganku. Kalau kau tahu bagaimana kami berebutan lelang harga," bantah Edmund tak mau kalah."Tapi buktinya, benda itu pecah saat terjatuh dan membentur lantai marmer. Kenapa kau tak memeriksa permata-permata itu lebih dulu sebelum membelinya."Sepasang suami itu terus saja bertengkar di dalam mobil. Membuat Catherine yang bersama mereka merasa tidak nyaman karena keributan itu. Sebab Ibunya tak hanya mengumpat, tapi juga beberpa kali memukul suaminya dengan kipas tangan yang mem
Seperti biasa Daisy melempar tas nya begitu tiba di ruang tamu. Perempuan itu pun berteriak memanggil nama menantunya untuk dibuatkan minuman dingin."Nicko! Cepar buatkan aku air limun yang dingin!" teriak Daisy.Si menantu yang saat itu hendak masuk ke dalam kamarnya pun berhenti sejenak. Sedangkan istrinya mengangkat telapak tangannya dan mencegah suaminya melangkah.Perempuan berambut pirang itu pun berbalik begitu melihat suaminya tak melangkahkan kaki ke arah Ibunya. Dengan tegas ia pun berkata pada sang Ibu."Apa Ibu lupa dengan kesepakatan yang dibuat bersama Nicko?" tanya Josephine dengan sengit. Daisy yang tadinya meluruskan kakinya pada sofa pun langsung berdiri, karena tak suka ditentang oleh putrinya."Kau bilang apa? Kesepakatan? Kesepakatan yang bagaimana?"Josephine pun tersenyum sinis pada Ibunya yang entah lupa atau berpura-pura. Sambil melipat tangan di depan dada, ia pun melangkah
Josephine tampak mendampingi suaminya yang tengah memasang penutup kayu pada jendela kamar Catherine. Semalam, pemuda ini berjanji untuk memperbaiki jendela kamar Catherine agar kakak iparnya bisa istirahat dengan nyenyak dan aman.Kamar Catherine yang letaknya di samping kamar Jo memang tak memiliki dua lapis penutup jendela. Kalau dulu memang sangat nyaman, karena sinar matahari lebih banyak masuk ke kamarnya. Namun situasi sekarang, mereka tentu harus waspada, kalau-kalau Armando datang dan menyakitinya lagi.Cuaca yang panas membuat Nicko harus melepas t-shirtnya dan membiarkan bagian atas tubuhnya. Memperlihatkan dada bidang dan perut roti sobek serta rambut-rambut halus yang tumbuh di bawah pusar hingga ke bawah.Sesekali Josephine menggoda sang suami dengan memeluk tubuhnya dari belakang dan mengelus perutnya."Hmm, kenapa Sayang? Minta lagi? Semalam masih kurang ya?" balas Nicko nakal.Jo hanya mencubit lengan
Nicko berdiri sambil memandangi jendela kamar Catherine yang telah selesai ia perbaiki dengan susah payah."Akhirnya selesai sudah," kata Nicko sambil memandangi apa yang baru saja ia kerjakan. "Ini terlihat rapi," puji Jo kemudian menoleh ke samping dan mendapati sosok Catherine di sana."Eh Cathy? Kau sudah lama di sana?" tegur Jo kemudian."Sekarang kau bisa tidur nyenyak di kamarmu Cat. Aku sudah menambahkan jendela untukmu," kata Nicko."Terima kasih. Maafkan aku kalau selama ini selalu kasar terhadapmu," balasnya dengan penyesalan."Sudah lupakanlah," jawab Nicko santai.Pemuda itu pun melihat ke arah istrinya yang saat itu menunduk sambil memainkan jari, seolah ada hal yang dipikirkan. Ia pun melingkarkan lengan pada pundak Josephine dan berbisik untuk mencari tahu."Aku hanya memikirkan Ayah dan Ibu. Tidakkah kau berpikir kalau mereka berdua tertipu?" tanya Jo yang sepertinya khawatir de
Dengan alasan ada proyek dadakan, Nicko pun berpamitan pada istri dan iparnya. Ia harus mencari tahu tentang lelang permata yang diikuti oleh Edmund.Mobil van putih itu pun membelah jalanan ibukota. Ia harus bertemu dengan Russell yang selalu bisa diandalkan."Huh ada-ada saja mertuaku ini," gumam Nicko sambil mengarahkan mobilnya ke rumah kedua orang tuanya. Ia memang sengaja untuk bertemu Russell di kediaman orang tuanya. Mengobati rasa rindu pada sosok yang melahirkannya.***Pagar elektronik itu pun terbuka begitu van putih milik Nicko tiba di depan. Inilah satu-satunya rumah mewah yang menerima van bututnya dengan baik."Biar saya parkir mobil Anda Tuan Muda," sapa seorang pekerja rumah Lloyd sambil menadahkan tangan, saat sosok Nicko baru saja menutup pintu mobilnya."Terima kasih, tolong ya!" katanya kemudian masuk ke dalam.Pekerja itu hanya menggeleng saat melihat tingkah laku