Selesai dengan makan malam. Keluarga Hermawan berkumpul di ruang keluarga.
Tidak lupa Riska yang menempel pada Angga seperti lem. Rosyad bahkan sudah berulang kali mengingatkan agar Riska menjaga jaraknya.
Bukannya mendengarkan, Riska malah akan mempererat pelukannya jika dia ditegur Papanya agar tidak menempel pada Angga setiap saat.
"Angga! Kamu tidak ada rencana untuk bulan madu?" tanya Kakek.
Angga terdiam sebentar. " tidak ada salahnya juga pergi bulan madu," pikirnya.
"Iya Kek. Angga sedang mencari waktu yang pas untuk pergi bulan madu," jawab Angga.
Kakek mengangguk senang. "Bagus! Bagus!,"
Setelah persiapan untuk bulan madu selesai. Hari ini Angga dan Riska akan berangkat bulan madu ke pulau sebelah.Riska ingin pergi kesana karena mendengar akan keindahan pulau tersebut.Kakek sangat heboh pagi ini. Dibandingkan dengan yang lain, Kakek lah yang paling bersemangat.Kakek yang ingin ikut mengantarkan mereka sampai bandara pun dilarang keras oleh Rahmat dan Sofia."Kenapa tidak boleh? Papa ini masih kuat, masih sehat," balas Kakek saat dilarang untuk ikut mengantarkan Angga dan Riska ke bandara.Karena Kakek masih rewel ingin ikut, akhirnya Riska turun tangan. Dia membujuk Kakek dengan penuh tipu dayanya. Pada akhirnya, Kakek mengalah.
Pagi ini, Angga dan Riska akan jalan-jalan ke pantai.Mereka juga membawa kamera DSLR untuk mengabadikan momen mereka.Riska tadinya ingin memakai baju pantai, tapi Angga melarangnya karena merasa jika baju pantai Riska terlalu tipis."Pakai kaos ini saja!" Angga mengulurkan kaosnya untuk di pakai Riska.Riska dengan berat hati menerima kaos itu, dengan wajah cemberut Riska mengganti baju pantai dengan kaos putih pilihan Angga."Berhenti cemberut! Jika kamu pakai kaos itu kan kita terlihat seperti memakai kaos pasangan," ucap Angga.Riska yang tadinya cemberut akhirnya menyunggingkan senyumnya. Ent
Sepanjang makan malam ini, muka Angga dan Riska terlihat masam. Terutama muka Riska, yang tidak kelihatan ramah sama sekali.Tadinya Angga ingin sekalian menghandle pekerjaannya yang berada di kota ini. Tapi yang tidak dia duga, mereka malah bertemu dengan wanita jadi-jadian di depannya ini.Risty Amora, salah satu wanita yang mengejar-ngejar Angga dari dulu. Sudah beberapa tahun ini Risty seperti hilang ditelan bumi. Tapi sekarang, dia tiba-tiba muncul dihadapan Angga lagi.Risty ini anak salah satu dari rekan bisnis Rahmat. Risty yang tidak sengaja bertemu dengan Angga, langsung menyukainya pada pandangan pertama.Akhirnya Risty meminta Ayahnya untuk menjodohkannya dengan Angga. Ayah Risty langsung menyetujui permintaan Risty tanpa berpikir panjang.
"Mau disuapi?" tanya Angga.Ditawari untuk disuapi, mana mungkin Riska menolak. Apalagi masih ada Risty di sana.Angga melakukan ini bukan hanya untuk membuat Risty jengkel. Tapi dia juga melakukan ini karena memang keinginannya dari dalam hatinya untuk menyuapi Riska.Riska menerima suapan dari Angga dengan hati gembira. Seperti kata pepatah, memukul dua burung dengan satu batu.Selain bisa membuat Risty menjadi jengkel. Hati Riska pun merasa senang dengan perhatian Angga."Oh iya! Pak Angga ini sudah menikah berapa lama kalau boleh tahu?" Gino bertanya di sela-sela makan malam mereka."Sudah seki
Seperti yang dikatakan Randy dua hari lalu. Hari ini dia akan kembali berkunjung ke kediaman Hermawan.Sejak terakhir kali dia berkunjung kesana dan mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari Angga dan Riska. Jujur saja Randy masih tidak berani untuk kembali berkunjung kesana.Mumpung mereka kini tengah berbulan madu, waktu ini Randy gunakan untuk mengunjungi Kakek dan juga Om dan Tantenya.Selain itu, Randy juga ingin berbicara dengan Fajar. Dia masih saja penasaran, alasan apa yang menyebabkan Angga dan Riska memperlakukannya seperti kriminal.Randy pikir Fajar pasti tahu, karena mereka bertiga sangatlah dekat sedari kecil.Kini Randy tengah berada di
Setelah pembicaraannya dengan Randy tadi, Fajar menjadi sadar, jika dirinya ternyata tidak cukup percaya dengan kedua sahabatnya.Jika dia mempercayai kedua sahabatnya, mereka pasti tidak akan menikah dengan paksa seperti itu."Tapi itu juga tidak bisa dibilang salahku! Salahkan keadaan yang sangat mendukung waktu itu," gumam Fajar. "Benar! Itu salahnya keadaan yang saat itu seakan membuktikan jika mereka memang benar-benar sudah melakukan hal diluar batas," lanjutnya.Fajar mondar-mandir di dalam kamarnya. Jauh di dalam hatinya, dia merasa bersalah dan bingung dengan kenyataan yang baru saja didapatkannya."Sekarang harus bagaimana?"Fajar kembali teringat
Malam ini Riska tengah duduk di pangkuan Angga. Mereka duduk di kursi yang berada di balkon kamar mereka, menikmati malam pertama mereka di pulau ini.Angga sibuk merapikan rambut Riska yang sedikit berantakan. Sedangkan Riska sendiri, dia sibuk memainkan jakun Angga yang sangat menonjol."Angga! Apa kita akan bertemu dengan Risty lagi?" tanya Riska di sela-sela kegiatan mereka.Angga menghentikan kegiatannya merapikan rambut Riska. "Aku harap tidak!" jawab Angga singkat."Aku masih kesal sampai sekarang!" Riska mengadu.Angga diam. Dia akan menjadi pendengar yang baik akan keluhan Riska."Memangny
Angga mendusel-dusel Riska yang sedang kesal. Bagaimana mungkin Riska tidak kesal, jika tadi pagi Angga mengerjainya tidak cukup hanya sekali."Kenapa, hhmmm?" Angga memeluk Riska dari belakang dengan wajahnya berada di ceruk leher Riska."Masih marah?" Angga mengendus leher Riska yang terekspos.Siang ini Riska menolak saat diajak Angga untuk jalan-jalan keluar.Apalagi alasannya, jika bukan karena badannya yang sangat capek bukan main setelah dikerjai Angga dari semalam.Riska tengah ngambek karena Angga tadi mengabaikan Riska yang memintanya untuk berhenti."Sudah ya! Jangan marah lagi, hmmm!" b
Mereka semua kini tengah menunggu Riska di depan ruang operasi. Bagaimanapun, Riska sekarang sedang menjalani operasi tentu saja mereka semua cemas. Tadi, sesampainya Riska di rumah sakit, tidak lama setelahnya Riska langsung tidak sadar. Akhirnya Dokter memutuskan untuk mengoperasi Riska dan juga untuk menyelamatkan bayinya. Angga yang juga sudah tiba, sudah tidak jelas lagi penampilannya. Rambut acak-acakan, pakaiannya juga sangat kusut. Khawatir tentu saja. Apalagi dia tidak bisa menemani Riska di dalam. Air mata tiada henti menetes di pipi Angga. Angga sangat takut saat ini. Takut jika sampai terjadi apa-apa dengan Riska dan anaknya. Tentu saja yang lainnya juga cemas. Tapi mereka mencoba untuk tetap berpikir waras, agar keadaan tidak menjadi lebih tegang lagi. # Saat ini Angga tengah menemani Riska yang sudah selesai operasi. Kata Dokter yang mengoperasi Riska, Riska akan baik- baik saja. Tapi Angga tetap saja khawatir karena sampai sekarang Riska masih belum sadar. S
Kehamilan Riska sekarang sudah menginjak usia delapan bulan.Siang hari ketika Riska merasa lapar, dia hendak turun ke lantai bawah untuk makan siang.Saat itu Angga sedang bekerja, sedangkan Rahmat juga sedang ada keperluan di kantor.Di rumah hanya ada Riska, kakek dan Sofia.Sofia yang sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang untuk semuanya dan menantunya.Kakek sedang beristirahat di kamarnya. Di usia yang semakin tua, tubuh renta Kakek menjadi semakin cepat lelah.Terkadang hanya untuk berjalan dari kamar ke ruang tamu saja Kakek sudah merasa kelelahan.Riska yang merasa sudah lapar pun turun ke bawah menuju ke dapur, tapi sesampainya Riska di lantai bawah. Riska tidak sengaja tersandung karpet yang berada di ruang keluarga.Jika ingin ke dapur, setelah menuruni tangga, maka akan melewati ruang keluarga terlebih dahulu, baru kemudian meja makan dan dapur."Arghh!"Teriakan Riska sontak membuat kaget Sofia dan Kakek.Sofia langsung meninggalkan pekerjaannya dan langsung
"Hallo! Mau main bareng Riska?"Riska kecil menghampiri dan menyapa Fajar yang masih saja setia berada dalam gendongan Roni.Hal itu tidak lain juga karena Riska diminta Rosyad untuk mengajak Fajar bermain.Sebagai orangtua, tentu saja Rosyad mengetahui apa yang sudah terjadi pada Fajar kecil.Ditinggal pergi oleh pengasuhnya, apalagi Fajar kecil yang memang sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh orangtuanya. Tentu saja bukanlah hal yang mudah.Rosyad tidak menyalahkan orangtua Fajar. Bagaimanapun, pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang mulia.Fajar kecil hanya melirik Riska sebentar, kemudian menyembunyikan wajahnya di dada bidang Roni."Kamu tidak mau main sama Riska? Tapi Riska anak yang baik kok!" ucap Riska kecil.Riska kecil pun merogoh saku dressnya dan mengambil permen yang tingga dua biji."Ini, aku kasih kamu permen!" ucap Riska sambil menyodorkan permen dua biji dengan tangan mungilnya."Terima kasih Riska! Nama yang cantik, secantik anaknya!" balas Roni mengambil permen yan
Mendengar Fajar menyebutkan satu nama wanita. Yang ada di benak Sofia ada satu orang, yaitu mantan Fajar.Satu-satunya wanita yang pernah menjalin hubungan dengan Fajar, sekaligus salah satu wanita yang membuat Riska mengalami mimpi buruk."Bagaimana kamu bisa bertemu dengannya kembali?" tanya Sofia.Walaupun kejadian itu sudah lama berlalu, tapi Sofia tahu jika itu juga menjadi duri dalam daging untuk Fajar."Dia sepupu Maria!" balas Fajar sembari melepaskan pelukannya."Katakan pada Fajar, bagaimana Fajar bisa menerima wanita yang ternyata adalah sepupu dari orang yang pernah memberikan Riska mimpi buruk?"Sofia terdiam mendengarnya. Dia sama sekali tidak mengetahui hal ini."Pantas saja Fajar tidak mau menerimanya!" batin Sofia."Bukankah kamu sudah melepaskan masa lalu? Ada baiknya masa lalu itu kita lepaskan, dan dari masa lalu itu kita buat pelajaran untuk hidup kita kedepannya."Sofia mengerti itu tidak mudah untuk Fajar. Jadi yang bisa Sofia lakukan sekarang adalah menasehatin
"Kenapa harus nunggu aku lahiran? Sekarang calonnya sudah ada di depan mata lho, Jar! Masa kamu mau menggantung anak orang begitu lama sih!" protes Riska."Dua bulan itu tidak lama lagi Ris! Aku sudah membuat kelonggaran untuk mencari pasangan setelah kamu melahirkan. Jangan dorong aku lagi ya! Aku ingin nanti wanitaku bisa menerima anakmu seperti aku menerimanya! Untuk sekarang aku benar-benar tidak berniat untuk mencari pasangan!" balas Fajar panjang lebar.Riska merengut mendengar jawaban Fajar.Fajar bisa menjadi lembut selembut-lembutnya kepada orang-orang yang disayanginya. Tapi Fajar juga bisa menjadi sangat keras kepala jika dia tidak menginginkan sesuatu."Jangan jadikan anakku sebagai alasan untuk kamu menolak wanita, Jar! Atau aku akan merasa bersalah padamu!" ucap Riska."Jangan merasa bersalah! Bagaimanapun ini sudah menjadi keputusanku. Kamu adalah orang yang sangat penting untukku!" balas Fajar tidak mau kalah."Jika saja kamu tidak memintaku untuk mencari pasangan, mu
Riska sudah tidak terkejut lagi mendengar pertanyaan dari Maria."Maksud kamu gimana?" tanya Riska memastikan.Pertanyaan Maria bukanlah pertanyaan pertama yang didengarnya. Cukup sering dia mendapatkan pertanyaan serupa dari orang-orang yang melihat kedekatannya dengan Fajar.Hal serupa juga terjadi jika dia bersama dengan Angga dulu."Maaf! Bukan apa-apa!"Maria sangat tidak menyangka jika dirinya akan kelepasan bertanya seperti itu."Bodoh banget sih kamu Maria. Bisa-bisanya kamu menanyakan hal sensitif kayak gitu," rutuk Maria dalam hati."Kamu nggak perlu merasa tidak enak! Ini juga bukan pertama kalinya aku mendapatkan pertanyaan yang serupa!" ucap Riska.Melihat Maria yang terdiam dan memukuli mulutnya, Riska tahu jika Marai merasa tidak enak karena sudah menanyakan hal seperti itu.Pada akhirnya, Riska memilih untuk menjelaskan kepada Maria, supaya Maria nanti tidak salah paham kepada Fajar."Kalau kamu tanya aku suka nggak sama Fajar, maka jawaban aku suka! Jika kamu bertanya
Fajar tengah memberikan makanan ke piring Riska. Itu adalah pemandangan yang Nita tangkap begitu dia kembali dari kamar mandi."Pada akhirnya aku masihlah kalah dengan Riska! Aku yang sudah berusaha dengan sebaik yang aku bisa, ternyata masih saja kalah dengan Riska yang bahkan tidak perlu melakukan apa-apa!""Kamu sudah kembali, Nit!" ucap Mama Maria.Sontak hal itu membuat semua orang yang berada di sana langsung terdiam.Mereka masih merasa agak canggung setelah mereka mengetahui apa yang sudah Nita lakukan kepada Riska dan kenyataan bahwa Nita ternyata adalah mantan pacar Fajar."Iya, Tan!" Nita yang masih tidak tahu apa-apa pun kemudian duduk kembali di kursinya, meskipun dengan perasaan yang berdebar-debar.Nita sebenarnya merasa takut dengan keberadaan Angga disana. Hanya saja sisi egois Nita masih tidak mau menyerah untuk kembali mengejar Fajar.Jarang-jarang kesempatan berdekatan dengan Fajar terjadi. Maka dari itu Nita harus memanfaatkan kesempatan yang jarang sekali terjadi
"Nita!" ucap Riska dengan suara pelan.Namun mau sepelan apapun Riska mengucapkannya. Angga yang tepat berada di sampingnya bisa mendengarnya dengan jelas.Angga mendengar dengan jelas jika Riska mengucapkan satu nama yang benar-benar bisa membuatnya murka seketika.Orang yang sama besarnya dia benci. Seperti dia membenci Risty."Sayang! Barusan kamu bilang apa?" tanya Angga memastikan.Di mata Angga, hanya ada Riska dan Angga tidak peduli dengan keadaan disekitarnya. Apalagi Riska sekarang tengah hamil, jadi perhatian Angga sepenuhnya dia curahkan kepada Riska. Dan Angga benar-benar menghiraukan sekitarnya.Tapi meskipun begitu. Jika ada bahaya yang mengancam Riska, entah bagaimana Angga akan selalu menyadarinya.Angga pun kemudian mengikuti ke arah mana Riska melihat.Betapa syoknya dia saat melihat sosok Nita. Wanita yang paling dia benci. Tidak pernah sebelumnya Angga membenci seseorang sebagaimana dia membenci sosok Nita.Sontak saja Angga langsung menatap tajam Fajar.Tatapan An
"Berati Nita adalah mantanmu itu?" tanya Maria, tapi lebih terdengar seperti untuk memastikan."Benar sekali! Nita adalah wanita brengsek itu. Apa kamu mau tau apa yang sudah dilakukannya kepada Riska?" tanya Fajar.Lebih tepatnya Fajar mengatakan itu untuk semua orang yang ada di sana.Orang tuanya saja hanya tahu jika mantannya dulu merundung Riska karena cemburu, sampai membuat Riska mengalami mimpi buruk.Atau bisa dikatakan jika orangtua Fajar hanya mengetahui setengah dari cerita yang sesungguhnya."Nita tidak mungkin melakukan hal yang buruk seperti itu kan?" tanya Papa Maria dengan suara yang terdengar tidak yakin.Sepengetahuannya, keponakannya itu selalu bersikap baik jika berada di rumah. Tapi dia juga tahu dengan temperamen sahabatnya itu. Tidak mungkin mereka akan mengatakan hal yang buruk hanya untuk menjatuhkan seseorang. Itu bukan gaya mereka."Aku juga bukannya mau menjelek-jelekkan orang, tapi menurutku wanita itu memang sudah sangat keterlaluan karena merundung tema