Arkan langsung menahan tubuh Ibell yang mendadak lemas ke pelukannya. Pingsan lagi! Ini kali kedua mahasiswinya ini pingsan di kampus, dalam jangka waktu yang tidak begitu lama. Arkan panik. Apalagi Teguh, temannya yang berprofesi sebagai seorang dokter itu tidak bisa datang untuk memeriksa Ibell. Teguh sedang mengikuti seminar di luar negeri. Arkan sendiri mulai kehilangan kesabaran saat melihat leletnya penanganan terhadap Ibell di ruang kesehatan kampus. Apalagi kemudian yang dipanggil malah Arjuna, mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang tidak lama lagi akan segera mendapatkan titelnya. Arjuna belum sempat memeriksa keadaan Ibell, saat Arkan tiba-tiba saja menggendong tubuh lemas Ibell masuk ke dalam mobil diikuti oleh Annisa. Setelah menidurkan Ibell di jok belakang, Arkan langsung tancap gas menuju ke salah satu rumah sakit terdekat. Meninggalkan Arjuna Wigunatra yang menatap kepergian mereka bertiga dengan sorot mata membara.
Kamu ini kenapa sih
"Bukan Mas. Isabelle ini memang anak dari perempuan itu, Celine. Tetapi Celine lah yang bukan anak kandung dari Mas. Jadi anak ini tidak pantas disebut sebagai cucu seorang BrataKesuma. Sampai mati pun Astri tidak akan pernah rela Mas!"Suara dengungan dan kesiap kaget mulai terdengar di setiap penjuru ruangan. Alex terdiam. Dia sama sekali tidak menyangka kalau Astri mampu menyembunyikan suatu hal besar selama ini darinya. Tetapi apakah itu benar? Atau hanya merupakan wujud dari kebencian yang tidak terlampiaskan selama ini? Sedikit banyak Alex tahu kalau Astri itu tidak begitu menyukai Celine. Tetapi rasa sayangnya kepada Christopher, Sergio atau pun Luna, sudah tidak perlu dipertanyakan lagi."Kamu punya bukti Astri? Ingat menuduh tanpa bukti itu namanya fitnah!"
"Kamu Arkansas anaknya Texas ya? Wah kamu sudah segede ini sekarang. Kenalkan saya Christopher, sahabat papamu sekaligus kakaknya Celine. Mari kita duduk di kantin. Ada yang ingin kami bicarakan dengan kamu." Akhirnya Arkan, Chris dan Raven pun segera berjalan ke arah kantin."Sebagai sesama laki-laki dewasa, mari kita bicara secara to the point saja. Kamu mencintai keponakan saya?""Tapi Chris, saya tidak su-"Chris langsung mengangkat tangannya. Mengisyaratkan Raven agar diam dulu."Ya. Saya sangat mencintai keponakan Anda dan anak perempuan Anda Pak Raven." Arkan menjawab tegas tanpa keraguan sedikitpun."Saya ini orangnya realis
"Arkan, anakku. Tahukah kamu, saat Mama mengandungmu, Mama sudah menyerahkan seluruh hidup Mama kepadamu. Mama telah mencintaimu sebelum Mama melihat seperti apa rupamu. Selama sembilan bulan lebih, Mama berbagi nafas denganmu. Berbagi makanan denganmu juga berbagi doa untukmu.Arkan, anakku. Tidak ada seorang ibu pun di dunia ini yang tidak ingin melihat anaknya berbahagia, begitu juga dengan Mama, Nak. Mama tahu, sulit bagimu untuk tidak jatuh cinta pada gadis secantik ini. Mama juga pernah muda. Kalau saja, ya kalau saja, perempuan itu tidak menyakiti Mama sampai separah ini. Mungkin Mama masih bisa berusaha pura-pura untuk melupakan kesakitan Mama, demi kebahagian kamu, Nak.Tetapi luka yang ditorehkannya pada hati Mama sudah terlalu dalam. Sampai Mama terkadang tidak mampu membedakan, mana penyiksaan bathin yang sungguhan dan mana penyiksaan yang cuma ada dalam bayangan Mama sendiri. Arkan, Mama tidak sanggup melihat wajah gadis
Dan akhirnya di sinilah Ibell terdampar. Duduk di taman belakang yang cantik dan asri. Dia sungkan saat harus berkumpul dengan keluarga besar Arkan yang juga sebagian besar sepertinya tidak menyukainya."Tante, Izar boleh nanya nggak sama Tante? Soalnya kata Om Arkan Tante itu orangnya pinter pake banget, kayak tokopedia eh esikopedia, Tan. Esikopedia itu apa sih Tante?"Ibell tersenyum saat melihat seorang anak laki-laki menghampirinya. Sepertinya bocah ganteng ini adalah anak sepupunya Arkan yang bernama Lily. Cantik, lucu dan berani. Pantesan anak-anaknya terlihat tidak takut berinteraksi walaupun dengan orang yang baru saja dikenalnya."Ensiklopedia, Sayang. Ensiklopedia itu sendiri artinya adalah rangkuman informasi tentang sesuatu benda, barang ataupun ilmu pengetahuan. Eh katanya tadi ada yang mau ditanyakan sama Tante ya?Mau tanya apa sih anak ganteng?" Ibell menja
Ibell diam saja saat juru periksa di kepolisian menanyakan siapa orang tua atau minimal walinya, dalam kasus kecelakaan lalu lintas ini. Sesungguhnya Ibell sedang bingung dia harus menghubungi siapa. Dulu dia sudah pernah berjanji untuk tidak akan mengganggu kehidupan daddynya lagi. Tetapi dalam masalah ini, dia memang membutuhkan seorang wali untuk membantu mengurus kasusnya. Ibell dianggap belum dewasa karena belum genap berusia delapan belas tahun. Bulan depan ia baru genap berusia delapan belas tahun."Nona Isabelle, sekali lagi saya bertanya, siapa orang yang bisa kami hubungi untuk kasus Anda ini. Semakin cepat Anda menghubungi orang tua, wali atau pengacara Anda, maka kasus Anda ini akan semakin cepat selesai."Juru periksa yang terlihat seram, mulai kesal karena Ibell yang susah sekali untuk diajak bekerja sama. Setelah berpikir masak-masak Ibell pun memutuskan akan menelepon Om Christopher saja.Bar
"Pelakunya? Bukannya pelakunya itu jelas-jelas gadis ini?" Hartomo menunjuk Ibell yang masih sesenggukan sambil memeluk erat daddynya."Ah Anda ini pengacara atau bukan sih? Masa Anda sama sekali tidak menghargai azas praduga tak bersalah. Kita berdua ini sudah jadi pengacara selama belasan tahun. Terlalu menyedihkan rasanya kalau kita hanya mengandalkan mata telanjang untuk menentukan nasib seseorang. Kalau Anda hanya menjadikan apa yang Anda lihat dan Anda dengar, sebagai titik acuan Anda dalam menentukan sikap. Jadi buat apa proses penyelidikan polisi, pengumpulan alat bukti, keterangan saksi mata, saksi ahli serta pengacara-pengacara seperti kita-kita ini di pengadilan?" Bima menggelengkan kepalanya."Bahkan saat seorang tersangka sudah mengaku sebagai pelaku pun, tetapi alat-alat bukti tidak mengarah kepadanya sebagai seorang pelaku, kita tidak bisa menghukumnya begitu saja atas dasar pengakuannya. Dia mungkin akan d
"Bapak tidak pulang? Ini sudah larut malam lho, Pak. Tante Flo nanti pasti nyariin Bapak. "Ibell yang merasa kasihan melihat Arkan yang sepertinya kebingungan harus bersikap bagaimana, menarik ujung kaos lengan panjang sang dosen yang masih saja memeluknya erat."Hah? Apa Petite? Maaf saya kurang begitu jelas mendengar kata-katamu tadi. Kamu bilang apa tadi hmmm?" Arkan menyelipkan sejumput rambut Ibell yang menutupi keningnya ke belakang telinga. Arkan memang sedang gegana dan dilema luar biasa. Dia sebenarnya ingin pulang dan segera menginterogasi ibunya dan juga Dokter Anita. Tetapi dia juga tidak tega membiarkan Ibell sendirian menginap di kantor polisi. Kalau saja di bolehkan, dia ingin sekali menemani Ibell di ruangannya.Bayangan Ibell yang nota bene seorang perempuan tidur di antara para laki-laki membuat hatinya tidak tenang. Saat ini saja sudah begitu banyak kepala yang menoleh sedikit
"Menunggu waktu saya meninggal maksudnya? Anda ini hebat sekali ya dosen bahlul. Merencanakan suatu tindakan percobaan pidana di kantor polisi. Tetapi tidak heran juga sih mengingat track record ayah Anda yang juga pernah mendekam di penjara. Buah 'kan memang jatuh tidak jauh dari pohonnya."Gue bales lo! Raven menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu, maksud daddy Ibell juga anak yang berasal dari genetika yang tidak baik karena punya mommy mantan narapidana ya? Bukannya daddy dulu juga mencintai mommy makanya daddy merebut mommy dari Om Dewa? Kalau di runut-runut Ibell ini berasal dari orang tua yang dua-duanya tidak baik dalam hal etika bukan?"Wajah Ibell mendung. Entah mengapa dia merasa daddynya masih saja menyesalkan kehadirannya yang berasal dari rahim seorang mantan narapidana. Istimewa daddynya
"Saya terima nikah dan kawinnya Isabelle Artharwa Al Rasyid binti Al Rasyid dengan mas kawin 222 gram emas dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Arkan dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas."Bagaimana saksi? Sah?" tanya Pak Penghulu."Sahhh!!!" Koor dari para saksi dan semua tamu undangan yang menyaksikan ijab kabul terdengar lantang."Alhamdullilah."Setelah acara ijab kabul selesai, penghulu meminta Ibell keluar dan duduk di samping suaminya. Ibell kemudian mencium punggung tangan Arkan, yang kini telah sah menjadi suaminya. Acara dilanjutkan dengan acara sungkeman. Usai sungkeman diadakan dengan sesi photo keluarga. Setelah acara yang paling ditunggu-tunggu, yaitu acara hiburan pun dimulai.
Ibell melangkah ragu-ragu saatmelintasi kamar demi kamar di RSJ tempat Tante Florida dirawat. Langkahnya mendadak terpaku, saat melihat sosok Tante Florida yang sedang duduk santai di kursi taman. Menurut Arkan, akhir-akhir ini Tante Florida memang lebih suka duduk di taman daripada di dalam kamar. Kesehatan jiwa raganya maju pesat bulan-bulan terakhir ini. Ibell menyurutkan langkah kala melihat dokter Prambudi datang dan membawakan sebuket bunga untuk Tante Flo. Pak dokter ini memang hebat. Dari usianya belasan tahun sampai lima puluhan tahun, cintanya kepada Tante Flo tidak berubah. Ibell baru saja akan membalikkan badannya, saat suara bariton dokter Prambudi memanggilnya. Ternyata sang dokter telah mengetahui kedatangannya. Ibell menghampiri mereka berdua ragu-ragu."Sini, Nak. Kamu mau menemui Tante Flo bukan? Ayo duduk sini." Dokter Budi menggeser pinggulnya ke samping. Memberinya tempat duduk di sisi kanan Tante Florida. Setelahnya sang dokter
"Bagaimana dengan ibu Anda, bukankah ibu Anda selalu memandang Ibell seperti hama yang akan merusak keluarganya? Anda juga mengatakan bahwa ibu Anda adalah surga Anda? Lantas apakah hanya karena seorang wanita, Anda rela menggadaikan kebahagiaan Ibu Anda sendiri?"Raven masih belum menyerah. Bukan sifatnya untuk takluk begitu saja sebelum bertarung habis-habisan. Karena yang dipertaruhkannya di sini adalah masa depan anaknya. Dulu sebagai seorang ayah dia sudah sangat banyak berbuat salah. Kali ini dia akan berusaha menjadi orang tua yang benar. Karena terkadang anak seusia putrinya ini, belum bisa membedakan antara perasaan cinta atau hanya sekedar kagum karena merasa ada pembela. Orang yang sedang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan dirinya sendiri. Dia ingin agar putrinya benar- benar yakin dulu akan perasaannya sendiri, baru dia akan mengambil keputusan."Tidak ada siapa yang akan menggadaikan kebahagian siapa
Ibell baru sampai di depan gang rumahnya, saat pandang matanya tertumbuk pada empat mobil mewah yang terparkir di halaman rumah Pak RT. Rumah Pak RT memang bersebelahan dengan rumahnya. Pertama Ibell menduga mobil-mobil itu adalah mobil tamu-tamu Pak RT. Namun saat ia melihat nomor polisi dua mobil mewah itu, ia langsung mengenali pemiliknya. Mobil pertama adalah mobil daddynya. Dan mobil yang satunya lagi, ia kenali sebagai mobil yang pernah ditumpanginya berkali-kali karena tidak sengaja. Yaitu mobil Revan Aditama Perkasa. Itu artinya pemilik mobil-mobil itu sebenarnya adalah tamunya.Masalahnya, apa yang menyebabkan mereka beramai-ramai ke rumahnya? Ibell bingung. Ia jadi merasa kembali dikejar-kejar oleh para rentenir. Biasanya memang seperti itu. Apabila ada mobil asing di depan rumahnya, pasti ada rentenir yang sedang menunggu kepulangannya untuk menagih hutang.Sementara itu, Arkan mulai merasakan udara-udara tidak enak di sekitarny
Ibell menepis serangga yang menggerayangi wajahnya. Tetapi sepertinya serangganya tidak ada takut-takutnya. Ibell membuka mata. Bermaksud untuk melihat apakah ada semut yang mengerubungi wajahnya. Tetapi netra brandynya malah saling bersirobok dengan manik hitam segelap malam Arkan yang sedang menciumi permukaan wajahnya.Astaga, ternyata ini rupanya serangganya! Eh tapi tunggu dulu. Sepertinya ada yang salah di sini! Mata Ibell membelalak. Kenapa dosen mafianya bisa ada di sini?!"Lho Bapak kenapa bisa ada di ranjang saya?""Pertanyaan kamu terbalik, Sayang. Seharusnya saya dong yang nanya, kenapa kamu bisa ada di ranjang saya?" Arkan mengulum senyum. Ia merasa geli melihat Ibell yang belum sepenuhnya menyadari keberadaannya, dan apa seperti apa penampakannya saat ini."Hah! Iya ya?" Pandangan Ibell perlahan menjelajahi sudut-sudut kamar. Dimulai dari tirai abu-abu, wallpaper bermotif catur, meja
"Nis, ini kita bisa masuk penjara lho kalo si pemilik apartemen tahu kita udah nyelinap diam-diam ke wilayah pribadinya. Masak gue kemarin baru keluar dari kantor polisi, tetiba masuk lagi aja? 'Kan nggak lucu."Ibell berbisik pelan di telinga Annisa. Saat ini mereka berdua sudah seperti dua penjahat kambuhan yang sedang menyatroni mangsanya. Jalan berjingkat-jingkat dengan gerakan sehalus mungkin agar tidak menimbulkan suara. Annisa ingin masuk ke kamar Cakra dengan tiba-tiba. Siapa tahu WIL-nya Cakra ada di sana katanya."Bell, coba lo aja yang buka itu handle pintunya dan dorong pelan-pelan. Gue mau nyiapin jantung dulu. Biar dia nggak kaget-kaget amat kalo pas ngedapetin ada cewek naked yang lagi bobok cantik sama si Cakra di ranjangnya."Ibell dengan cepat menggeleng. Nyari mati kalau ketahuan itu mah!Annisa yang penasaran akut membuat gerakan memohon, diikuti dengan pandan
"Lho Opa sama Pak Cakra kok bisa datangnya barengan? Opa kenal sama Pak Cakra?" Ibell memandang opa dan bos ketusnya heran. Sementara dua orang di depannya terlihat bingung karena tidak saling mengenal sama sekali. Kebetulan saja mereka tiba berbarengan."Oh ini Opa kamu ya, Belle? Kami tidak saling mengenal. Mungkin kebetulan saja kami berdua tiba berbarengan di sini. Oh ya Opa, kenalkan saya Cakra Prajna Wisesa. Atasan Isabelle di restaurant Nikmat Rasa. Senang berkenalan dengan Opa."Cakra menjabat tangan Dirga diiringi dengan seulas senyum sopan di bibirnya. Ibell takjub. Ternyata boss ketusnya bisa bersikap manis dan sopan juga. Opanya juga balas menjabat dan menyebutkan nama. Opa Dirga juga menanyakan soal kinerjanya di restaurant. Boss ketus ini kalau soal diplomasi memang luar biasa. Tetapi coba kalau hanya berdua, kalau tidak menyindir-nyindir pasti mengomelinya.Ibell melirik ke arah Albert, yang seketika m
"Menunggu waktu saya meninggal maksudnya? Anda ini hebat sekali ya dosen bahlul. Merencanakan suatu tindakan percobaan pidana di kantor polisi. Tetapi tidak heran juga sih mengingat track record ayah Anda yang juga pernah mendekam di penjara. Buah 'kan memang jatuh tidak jauh dari pohonnya."Gue bales lo! Raven menaikkan satu alisnya. "Kalau begitu, maksud daddy Ibell juga anak yang berasal dari genetika yang tidak baik karena punya mommy mantan narapidana ya? Bukannya daddy dulu juga mencintai mommy makanya daddy merebut mommy dari Om Dewa? Kalau di runut-runut Ibell ini berasal dari orang tua yang dua-duanya tidak baik dalam hal etika bukan?"Wajah Ibell mendung. Entah mengapa dia merasa daddynya masih saja menyesalkan kehadirannya yang berasal dari rahim seorang mantan narapidana. Istimewa daddynya
"Bapak tidak pulang? Ini sudah larut malam lho, Pak. Tante Flo nanti pasti nyariin Bapak. "Ibell yang merasa kasihan melihat Arkan yang sepertinya kebingungan harus bersikap bagaimana, menarik ujung kaos lengan panjang sang dosen yang masih saja memeluknya erat."Hah? Apa Petite? Maaf saya kurang begitu jelas mendengar kata-katamu tadi. Kamu bilang apa tadi hmmm?" Arkan menyelipkan sejumput rambut Ibell yang menutupi keningnya ke belakang telinga. Arkan memang sedang gegana dan dilema luar biasa. Dia sebenarnya ingin pulang dan segera menginterogasi ibunya dan juga Dokter Anita. Tetapi dia juga tidak tega membiarkan Ibell sendirian menginap di kantor polisi. Kalau saja di bolehkan, dia ingin sekali menemani Ibell di ruangannya.Bayangan Ibell yang nota bene seorang perempuan tidur di antara para laki-laki membuat hatinya tidak tenang. Saat ini saja sudah begitu banyak kepala yang menoleh sedikit