Vote dan komen, ya.
“Di mana Aceli?” “Di kamar, Tuan.” Voleski sama khawatirnya mengikuti langkah Kingston yang mencapai kamar lebih cepat. Pria itu duduk di pinggir ranjang. Memanggil Aceli pelan dan membalikkan tubuh yang sedang menyamping untuk telentang. “Apa kata dokter?” “Demam sangat tinggi, Tuan.” Voleski menunduk ragu. Samar dia menangkap dari ekor mata jemari Kingston tengah mengusap kulit pipi Aceli. “Bukankah semalam dia baik – baik saja?” Voleski menelan ludah kasar memilah kata yang tepat memberi Kingston penjelasan. Suhu tubuh Aceli melonjak tinggi di sepertiga malam. Di tengah – tengah tidur gadis kecil itu memanggil nama Pandora. Voleski berasumsi Aceli sedang merindukan Pandora terlepas mereka melakukan panggilan video hingga terlelap tenang. “Semalam setelah Anda pergi. Aceli menunggu Anda ikut terekam di ponsel Nona Pandora. Tapi Anda tidak kunjung sampai. Itu membuatnya sangat sedih,” tutur Voleski pelan. Namun penjelasan demikian bukan bagian penting dari isi pikirannya. “Ak
Keputusan Kingston menimbulkan pertanyaan besar yang beranak pinak tak terpecahkan dalam isi kepala Pandora. Dia tak mengerti mengapa pria itu mau mengorbankan sesuatu yang berharga—cinta yang masih didambakan hanya untuk menarik kepercayaan Chris. Seharusnya Pandora menghentikan Chris terhadap prinsip dan idelisme ayahnya yang menyakiti posisi Kingston. Dia merasa tidak tega mengamati pria itu beberapa waktu lalu dari atas balkon. Masih terbayang bagaimana raut wajah Kingston yang jelas tak bisa bohong. Ada kemarahan yang dipendam. Kekecewaan yang membuat pria itu enggan menatap lurus ke depan saat mengawasi pekerja kontruksi lapangan membongkar monumen dan melakukan pemindahan, yang Pandora sendiri tidak tahu selanjutnya lokasi mana akan dijadikan rumah baru untuk makam Arcadeaz. Namun dia dapat merasakan betapa Kingston sangat menyesali hal itu. Sering kali terlihat menunduk. Jarang sekali bicara, bahkan ketika Helios menanyakan sesuatu, seolah dunia Kingston ikut terseret jauh.
Suara jeritan menggelegar jauh—agak samar, tetapi cukup menarik Pandora berpaling ke arah pintu. Merasa aneh dan bingung. Tidak biasanya suara Aquela melengking nyaris memenuhi seisi gedung mansion, bahkan pintu tertutup pun masih bisa menghantarkan suara wanita itu yang begitu histeris ketakutan. “Chris, tolong aku. Kau di mana!” “Mereka sudah sangat dekat.” Rasa penasaran Pandora semakin membludak. Bertanya – tanya siapa mereka yang Aquela maksud. Mengapa ibunya terdengar panik berlebihan di jam – jam pagi seperti ini. Pandora tak bisa menganggap abai hal tersebut, sekalipun Aceli sedang bersamanya. Setelah bangun tidur gadis kecil Kingston memaksa Pandora menemaninya bermain apa saja yang diinginkan. Mungkir Pandora untuk menolak. Tidak pula dia mengabaikan suhu tubuh Aceli yang sedikit mulai turun. “Aceli, bisa main sebentar dulu di sini? Kakak Panda mau lihat apa yang terjadi di luar.” Pandora menyentuh lembut kulit pipi Aceli sebelum beranjak pergi. Langkahnya terhenti di d
“Lebih cepat lagi, Grandpa. Kakak Panda sudah semakin dekat.”Aceli bicara seperti itu untuk mendobrak Chris merangkak lebih cepat, meski sebenarnya Pandora hanya melangkah sampai di depan pintu kamarnya sendiri. Menatap dari tempat dia menjulang. Sesekali melirik ke arah bawah memperhatikan hewan buas Kingston masih dibiarkan berkeliaran bebas, dan itu adalah tolok ukur yang membuat Pandora mempertahankan langkah—menunggu Chris akan berbalik badan membawa Aceli yang menunggang di atas tubuhnya.Sama persis yang Aqeula alami. Wanita itu tak lagi menghuni mansion dengan leluasa. Lebih memilih mendekam di dalam kamar. Ketakutan hingga menggigil—menghadapi gejala demam. Semua itu nyaris tak bisa Pandora percaya, namun itulah yang ayahnya katakan. Dampak dari kejadian pagi hari memberi Aquela pelajaran tak terlupakan.“Turun ke lantai bawah, Grandpa. Jangan kembali ke kamar.”Aceli merengut tidak rela, tetapi Chris sudah berpijak pada jalur seharusnya. Pola mengkhawatirkan terlihat jelas.
“Dad, mau kuseduhkan kopi?”Menghindari pertanyaan Kingston menjadi satu – satunya kegilaan yang harus diwaspadai. Pandora tahu pria itu sengaja ingin membuatnya tak berkutik di depan Chris. Sebaliknya dia bersikap seperti sedang memainkan peran penting dalam pemetasan teater. Kingston tidak akan bisa berkata apa pun, selain daripada mendampingi Chris dan duduk saling berhadapan.“Kau tidak bertanya pada King ingin minum apa? Dia baru kembail dari luar.”Pandora melirik Kingston sebentar. Sama sekali tidak tahu kesukaan pria itu. Kopi, teh, ntah yang mana. Manis, pahit atau yang perlu diracik secara khusus. Kedua hal itu tidak pernah terbesit akan menjadi pertanyaan yang harus Pandora hadapi.“King sangat mandiri, Dad. Apa pun bisa dikerjakan sendiri,” ucap Pandora, tapi dia menyadari Kingston menyerahkan tatapan yang berbeda. Benar – benar tidak baik jika Pandora terus membiarkan sorot mata mereka saling bersirobok.“Aku sedang ingin minum susu buatanmu.”Sudah Pandora duga. Tersirat
Helios membuktikan kata – kata yang diucapkan dengan kembali bersama tuannya. Kingston berjalan di barisan depan. Selangkah demi langkah menuruni anak tangga tanpa mengatakan apa pun. Wajah tampan itu nyaris tanpa ekspresi, menunduk ketika menemukan Pandora sedang menunggu. Benar – benar akan menghindari kontak mata dalam situasi tertentu, seolah penting baginya tidak melakukan interaksi atau semacamnya.Namun apa yang bisa Pandora katakan. Dia memang sudah menantikan hal tersebut. Tak bohong kalau mencemaskan Kingston. Pria itu mempertaruhkan nyawa untuknya, sekadar berterima kasih pun tak akan cukup mengganti kejadian hari ini, sehingga Pandora perlu memberi pelayanan yang dia minati.Rentetan kalimat sudah Pandora siapkan, tetapi dia mengurungkan niat setelah sadar jaguar Kingston tak sedang bersama pria itu.Diam – diam Pandora melirik Helios, barangkali bisa menemukan jawaban—nihil. Sorot mata Helios jelas menunjukkan sesuatu yang berbeda. Diamnya harus Pandora benahi.“Bagaimana
“Apa porsi untuk mom cukup, Dad?”Segala sesuatu sudah Pandora siapkan. Chris hanya perlu menyelesaikan sesuap makan malam dan membawakan bubur ikan salmon cincang buatan Pandora pada Aquela yang sama sekali tidak membiarkan pintu kamar ditempatinya terbuka lebar.Mendengar Kingston terluka Aquela menunjukkan sikap berlebihan pada Chris. Kalang kabut menuntut untuk segera pulang sehingga saat itu rencana kembali ke Cambridge telah mereka sepakati secara mendadak sekaligus mengejutkan Pandora.Dia harus merelakan ayahnya bersiap – siap pergi besok pagi meskipun masih menginginkan Chris berlama – lama di mansion Kingston. Pilihan ibunya sukar ditolak. Dan Pandora tetap memikirkan risiko buruk kemungkinan bisa kembali terjadi. Kepada siapa saja termasuk ayahnya yang kini sedang memperhatikan dua mangkok bubur di atas meja.“Ibumu tidak akan makan banyak saat sedang sakit. Tapi King, apa kau yakin calon suamimu sanggup menghabiskan semangkok penuh, Panda?” tanya Chris menerawang jauh. Buk
Bergelung dengan selimut tebal tak cukup membuat Pandora nyaman. Secara bergiliran dia mengubah posisi tidur. Kadang – kadang menghadap Aceli di sampingnya. Kemudian membelakangi gadis kecil Kingston sambil memikirkan bagaimana kondisi pria itu setelah malam yang larut menawarkan embusan angin untuk mengetuk kaca jendela.Tidak ada yang salah dari keputusan Pandora saat beranjak bangun, membuka pintu di samping jendela. Dia butuh udara sekadar menyejukkan perasaan yang dipenuhi kecamuk bingung. Sepanjang waktu memikirkan pria yang tidak dicintainya sesuatu yang aneh. Sedikitpun tak terbesit cara mengenyahkan Kingston dari benaknya. Sekarang Pandora harus menemukan pria itu sedang menyangga lengan di sudut balkon, sesekali meneguk minuman keras dengan tatapan menerawang ke depan.Satu langkah Pandora mendekat setelah memberanikan diri dan menentramkan debaran jantung yang bergolak lantang. Hati – hati dia melirik Kingston. Berdiri saling bersisihan, cukup memberanikan diri berada di sa
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s