Visual King dan Pandora bisa dilihat di cover baru. Tapi untuk gambar yang lebih interaktif dan jelas bisa follow igeh-ku (susi_miu). Jangan lupa vote dan komen, ya. Love you ....
“Lebih cepat lagi, Grandpa. Kakak Panda sudah semakin dekat.”Aceli bicara seperti itu untuk mendobrak Chris merangkak lebih cepat, meski sebenarnya Pandora hanya melangkah sampai di depan pintu kamarnya sendiri. Menatap dari tempat dia menjulang. Sesekali melirik ke arah bawah memperhatikan hewan buas Kingston masih dibiarkan berkeliaran bebas, dan itu adalah tolok ukur yang membuat Pandora mempertahankan langkah—menunggu Chris akan berbalik badan membawa Aceli yang menunggang di atas tubuhnya.Sama persis yang Aqeula alami. Wanita itu tak lagi menghuni mansion dengan leluasa. Lebih memilih mendekam di dalam kamar. Ketakutan hingga menggigil—menghadapi gejala demam. Semua itu nyaris tak bisa Pandora percaya, namun itulah yang ayahnya katakan. Dampak dari kejadian pagi hari memberi Aquela pelajaran tak terlupakan.“Turun ke lantai bawah, Grandpa. Jangan kembali ke kamar.”Aceli merengut tidak rela, tetapi Chris sudah berpijak pada jalur seharusnya. Pola mengkhawatirkan terlihat jelas.
“Dad, mau kuseduhkan kopi?”Menghindari pertanyaan Kingston menjadi satu – satunya kegilaan yang harus diwaspadai. Pandora tahu pria itu sengaja ingin membuatnya tak berkutik di depan Chris. Sebaliknya dia bersikap seperti sedang memainkan peran penting dalam pemetasan teater. Kingston tidak akan bisa berkata apa pun, selain daripada mendampingi Chris dan duduk saling berhadapan.“Kau tidak bertanya pada King ingin minum apa? Dia baru kembail dari luar.”Pandora melirik Kingston sebentar. Sama sekali tidak tahu kesukaan pria itu. Kopi, teh, ntah yang mana. Manis, pahit atau yang perlu diracik secara khusus. Kedua hal itu tidak pernah terbesit akan menjadi pertanyaan yang harus Pandora hadapi.“King sangat mandiri, Dad. Apa pun bisa dikerjakan sendiri,” ucap Pandora, tapi dia menyadari Kingston menyerahkan tatapan yang berbeda. Benar – benar tidak baik jika Pandora terus membiarkan sorot mata mereka saling bersirobok.“Aku sedang ingin minum susu buatanmu.”Sudah Pandora duga. Tersirat
Helios membuktikan kata – kata yang diucapkan dengan kembali bersama tuannya. Kingston berjalan di barisan depan. Selangkah demi langkah menuruni anak tangga tanpa mengatakan apa pun. Wajah tampan itu nyaris tanpa ekspresi, menunduk ketika menemukan Pandora sedang menunggu. Benar – benar akan menghindari kontak mata dalam situasi tertentu, seolah penting baginya tidak melakukan interaksi atau semacamnya.Namun apa yang bisa Pandora katakan. Dia memang sudah menantikan hal tersebut. Tak bohong kalau mencemaskan Kingston. Pria itu mempertaruhkan nyawa untuknya, sekadar berterima kasih pun tak akan cukup mengganti kejadian hari ini, sehingga Pandora perlu memberi pelayanan yang dia minati.Rentetan kalimat sudah Pandora siapkan, tetapi dia mengurungkan niat setelah sadar jaguar Kingston tak sedang bersama pria itu.Diam – diam Pandora melirik Helios, barangkali bisa menemukan jawaban—nihil. Sorot mata Helios jelas menunjukkan sesuatu yang berbeda. Diamnya harus Pandora benahi.“Bagaimana
“Apa porsi untuk mom cukup, Dad?”Segala sesuatu sudah Pandora siapkan. Chris hanya perlu menyelesaikan sesuap makan malam dan membawakan bubur ikan salmon cincang buatan Pandora pada Aquela yang sama sekali tidak membiarkan pintu kamar ditempatinya terbuka lebar.Mendengar Kingston terluka Aquela menunjukkan sikap berlebihan pada Chris. Kalang kabut menuntut untuk segera pulang sehingga saat itu rencana kembali ke Cambridge telah mereka sepakati secara mendadak sekaligus mengejutkan Pandora.Dia harus merelakan ayahnya bersiap – siap pergi besok pagi meskipun masih menginginkan Chris berlama – lama di mansion Kingston. Pilihan ibunya sukar ditolak. Dan Pandora tetap memikirkan risiko buruk kemungkinan bisa kembali terjadi. Kepada siapa saja termasuk ayahnya yang kini sedang memperhatikan dua mangkok bubur di atas meja.“Ibumu tidak akan makan banyak saat sedang sakit. Tapi King, apa kau yakin calon suamimu sanggup menghabiskan semangkok penuh, Panda?” tanya Chris menerawang jauh. Buk
Bergelung dengan selimut tebal tak cukup membuat Pandora nyaman. Secara bergiliran dia mengubah posisi tidur. Kadang – kadang menghadap Aceli di sampingnya. Kemudian membelakangi gadis kecil Kingston sambil memikirkan bagaimana kondisi pria itu setelah malam yang larut menawarkan embusan angin untuk mengetuk kaca jendela.Tidak ada yang salah dari keputusan Pandora saat beranjak bangun, membuka pintu di samping jendela. Dia butuh udara sekadar menyejukkan perasaan yang dipenuhi kecamuk bingung. Sepanjang waktu memikirkan pria yang tidak dicintainya sesuatu yang aneh. Sedikitpun tak terbesit cara mengenyahkan Kingston dari benaknya. Sekarang Pandora harus menemukan pria itu sedang menyangga lengan di sudut balkon, sesekali meneguk minuman keras dengan tatapan menerawang ke depan.Satu langkah Pandora mendekat setelah memberanikan diri dan menentramkan debaran jantung yang bergolak lantang. Hati – hati dia melirik Kingston. Berdiri saling bersisihan, cukup memberanikan diri berada di sa
“Tapi di sini terlalu dingin,” bantah Pandora sejak Kingston mengambil sedikit jarak untuk membebaskannya. Suhu yang sedang dihadapi melebihi bekunya udara di musim dingin. Dia memilih duduk memeluk lutut yang saling menekuk. Memperhatikan pemandangan cantik di depan—puncak sebuah gunung samar – samar mengintip keluar saat cahaya safir melebar ke segala arah.Pandora mengusap telapak tangan sekadar membuat kehangatan. Berkali – kali melakukan hal yang sama—menempelkan kedua tangan di wajah sambil menegadah ke arah Kingston. Sebelah tangan Pandora terulur menggaet jemari Kingston. Meminta pria itu duduk di sampingnya. Pelan – pelan untuk saling memahami. Arus dan keheningan akan membawa mereka pada perkenalan yang utuh.“Kau belum menjawabku. Ini di mana?”Di suatu tempat yang akan sering Pandora kunjungi di masa depan, tetapi Kingston hanya diam berpaling—mengamati wajah Pandora lekat – lekat.“Tidurlah.”Suara dalam itu mengatakan hal demikian dengan cara yang lembut. Pandora hampir
“Bangun, Pandora.”Suara sayup – sayup dan usapan ringan silih berganti menyapa kulit wajah Pandora. Dia mengerjap pelan. Seseorang secara sengaja telah merayu mata hijau lumutnya untuk memancarkan warna yang cantik di pagi hari.Sedikit percikan membuat Pandora terkejut. Dia menahan napas menemukan Kingston berada sangat dekat di hadapannya. Pria itu terlihat segar dan berbeda—tidak seperti kali pertama menunjukkan reaksi terhadap jaguar yang cidera. Pandora tidak mendengar sedikitpun kabar tentang peliharaan Kingston. Tetapi dia lebih dulu mengingat Aceli. Segera berpaling ke samping—hanya sebentar karena selanjutnya Pandora menelusuri wajah Kingston lekat – lekat.“Di mana Aceli?”“Dia bangun lebih awal darimu. Mungkin sudah bertemu ayahmu di depan.”“Ayahku?”“Astaga ... ayahku.”Ledakan ingatan jatuh berserak membuat Pandora secara spontan ingin bangun, yang kemudian tersentak mengingat Kingston separuh menindihnya. Kedua lengan pria itu berada di sisi wajah Pandora. Keringat men
Aliran darah Pandora rasanya seperti dipaksa berhenti mengalir. Dia terdesak mengejar Aceli, bukan untuk dikejutkan kemunculan Kingston secara mendadak. Pria itu harusnya sudah meninggalkan area mansion. Pandora sangat yakin deru mobil Kingston sungguh telah menjauh, tetapi suara dalam itu baru saja menjelaskan dengan tegas Kingston menjulang tepat di belakang tubuh Pandora.Merinding. Sekadar berpaling Pandora sama sekali tidak berani melakukannya. Dia tak ingin lengah. Tak ingin Kingston meledakkan amarah—menghukum, atau segala jenis hal yang tidak termasuk dalam pengampunan. Namun bukankah keputusan Pandora tidak murni sebuah kesalahan.Aceli ....Di mana gadis kecil itu. Dia butuh Aceli untuk membuktikan pada Kingston bahwa semua yang terjadi hanyalah ketidaksengajaan. Pandora tidak bermaksud. Sekarang bagaimana dia akan membuat Kingston percaya sementara keberadaan pria yang bersangkutan sudah menawarkan satu ruang itu berlumuran ketegangan.“Aku bertanya padamu, Gadis nakal kesa
Hallo, Kakak - Kakak pembaca. Long Time No see di sini. Bagi yang belum tahu kalau kisah Hores dan Avanthe sudah muncul dan sudah bisa dibaca. Kalian boleh langsung cari saja di pencarian dengan judul 'Passionate Devil: Selir yang Terluka'."Di hari kau memutuskan untuk berubah jahat. Kau tak pernah mengajariku cara melupakan pria yang pernah sangat kukenal." -Avanthe- (Season dua: Series Demigod).Perjuangan Avanthe menghadapi kebencian Hores setelah perang dan kematian Raja Vanderox. Dengan kehadiran putri kecil-nya, apakah itu bisa mengembalikan perasaan Hores seperti sedia kala?Terkadang benci dan cinta adalah dua hal paling tak berjarak. Yuk, ikuti keseruan kisah mereka.
Ini waktunya ... sebuah perjuangan di mana cinta dan kerja sama adalah bukti paling nyata yang membawa Pandora pada titik mengagumkan. Pusat perhatiannya selalu terpaku kepada satu orang di sana; pria di atas podium dengan hak dan kerelasian terhadap kontribusi-nya sebagai seorang donatur. Kingston bicara setelah rektor memberikan sambutan pembuka hingga amanat. Sulit dimungkiri bahwa pria itu menjadi yang paling mencolok di antara civitas akademika dan siapa pun di sana. Sisiran rambut ke belakang, rapi, menambah kesan memuja. Sayup – sayup suara bisikan dari beberapa wisudawati terus menjalar sampai di pendengaran Pandora. Dia hanya bisa tersenyum tipis, dan mungkin tidak akan memberitahu Kingston, bahkan jika urusan pria itu selesai. Tidak akan memberitahu suaminya bahwa pria itu menjadi bahan gosip. Riuh tepukan tangan mengakhiri kesempatan Kingston ada di atas podium. Sorot mata spektrum itu sesaat menyorot ke arahnya. Senyum tipis, nyaris tidak terlihat, memancing Pandora memb
“Terima kasih, Helios.”Akhirnya, Pandora bernapas lega setelah perjalanan menuju pulang dan macam – macam kegiatan yang menguras tenaga; dia baru saja menyelesaikan kegiatan akhir kuliah lapangan, tetapi rasanya itu semacam sebuah perpisahan besar. Ntah karena Pandora bersama Anna sepakat melakukan kegiatan praktik di perusahaan Kingston, sehingga seluruh staff penting maupun para pegawai memperlakukan-nya lebih daripada mahasiswi yang mencari ilmu. Pandora lebih yakin hal tersebut karena ulah Kingston. Pria itu tak segan menunjukkan sikap manis di hadapan semua orang. Tidak peduli gosip akan bertebaran, asal Pandora menyelesaikan studi dengan baik. Demikian sering Kingston jadikan alasan ketika Pandora berusaha membatasi kedekatan mereka saat pria itu secara mendadak tiba di kantornya.Langkah Pandora pelan menaiki undakan tangga teratas. Hal paling pertama dilakukan adalah memasuki kamar. Dia sudah sangat merindukan tiga bayi-nya yang berturut – turut menyajikan sebuah pemandangan
Pandora tidak tahu harus terpaku pada yang mana. Bayi-nya yang tenang saat dimandikan, atau suami-nya yang panas ketika sedang menggosok sabun nyaris tak berbusa di tubuh mungil Luca. Gerakan tangan Kingston luwes, menegaskan betapa pria itu mahir menjalankan perannya sebagai seorang ayah. Dia telah, pernah, terbiasa memandikan Aceli sewaktu gadis kecil itu masih begitu bayi. Dan sekarang mempraktikkannya kepada anak sendiri, sementara Pandora ... sambil – sambil belajar dia menunggu Kingston selesai.“Handuk, Kucing manis.”Pandora mengerjap cepat setelah mengguncang dirinya keluar dari lamunan. Dia menyerahkan kain yang sama mungilnya di dekat tangan Kingston. Pria itu menerima dengan tenang; mengeringkan tubuh Luca, lalu membawa bayi mungil mereka keluar dari kamar mandi.“Kapan kau akan memberiku giliran?”Mengambil posisi duduk di pinggir ranjang sambil mengamati Kingston memoles minyak di beberapa bagian tubuh Luca, termasuk di puncak kapal yang lembut itu, membuat Pandora sedik
Tengah malam suara tangis menggelegar menjadi salah satu hal paling baru yang pernah Pandora hadapi. Dia mengerjap sebentar untuk menatap langit – langit kamar temaram. Sesaat Pandora bergeser, begitu hati – hati tidak ingin membangunkan Aceli di tengah – tengah ranjang. Tubuhnya sudah bersiap akan bangun menuju keranjang bayi, tetapi satu cekalan hangat benar – benar baru menghentikan apa yang nyaris Pandora lakukan.“Biar aku saja, Kucing manis. Sebaiknya kau kembali tidur.”Sayup – sayup suara dalam Kingston diliputi langkah kaki meninggalkan ranjang. Bayangan tubuh pria itu terus berjalan, kemudian berhenti di satu titik persis perhatian Pandora tak terenggut di sana.Gerakan Kingston luwes mendekap bayi mungil mereka. Lekuk tubuh pria itu terlihat menyisir di depan meja. Kingston mungkin akan menunggu beberapa saat sampai susu perah yang disimpan di satu perangkat khusus untuk mengisi penuh ke dalam susu botol.“Bawa Luca ke sini, King.”Namun, Pandora merasa terlalu lama, sement
Hari di mana dia dipersilakan pulang, Pandora melangkahkan kaki pelan – pelan masuk ke dalam gedung mentereng. Dia sedikit terkejut ketika menemukan Chris sudah berdiri menyambut dengan hangat, lalu pria itu segera mendekat diliputi satu – satunya perhatian tertuju pada bayi mungil dan kebiasaan tidur yang begitu panjang.“Kenapa tidak memberitahuku saat kau akan melahirkan, Panda?”Mendapati Chris mengajukan pertanyaan sambil tersenyum kepada Luca. Pandora segera memindahkan perhatiannya lurus – lurus memberi Kingston isyarat. Apa yang harus mereka katakan?Kejujuran sudah dipastikan tidak akan terjadi, karena itu akan sanggup membuat Chris berpikir betapa Pandora benar – benar telah membahayakan nyawanya.“Saat aku akan melahirkan, semuanya terjadi secara tiba – tiba, Dad. Jadi baru bisa memberitahumu belakangan.”Pandora meringis usai menceritakan separuh kebenaran. Memang Luca ingin dilahirkan secara tiba – tiba. Tiba – tiba kontraksi dan tiba – tiba dia harus menghadapi peristiwa
Pintu kamar rawat terbuka perlahan; di mana Kingston terlihat membungkuk menurunkan tubuh Aceli dari balik punggung pria tersebut. Gadis kecil yang sepertinya malas berjalan, sehingga butuh sentuhan ajaib dari sang paman untuk membuat mereka terlihat harmonis.“Mommy Panda!”Pandora tetap menjatuhkan perhatian; mengamati derap langkah Aceli terburu mendekatinya. Kursi yang diseret menimbulkan suara gemerisik, kemudian wajah Aceli muncul setelah gadis itu menaiki kursi sekadar menunjang tubuhnya yang pendek.“Aceli sangat merindukan Mommy Panda.”Senyum menggemaskan itu tidak pernah berubah. Pandora hampir tertawa menanggapi ungkapan kalimat demikian, tetapi dia tak bisa bohong; perasaan haru yang mendesak sedikit mengguncang sisi emosional-nya. Pandora sangat – sangat merindukan Aceli. Sengaja merentangkan tangan untuk melihat bagaimana reaksi gadis kecil Kingston.Aceli antusias ingin merangkak ke atas blankar, kemudian tubuh kecilnya langsung ditangkap. Bukan Pandora. Kingston-lah s
Iris hijau Pandora sekelebat menerima siraman lampu terang, dia mengerjap beberapa kali untuk membiaskan diri. Lurus – lurus mengamati, baru kemudian keningnya bertaut menyadari dia sedang berada di satu tempat berbeda. Seingatnya, hal paling terakhir bisa dia lihat adalah wajah Kingston yang begitu khawatir. Ya, pria itu yang paling terakhir ada bersamanya. Dan tiba – tiba saat dia merasa dunia kembali memberi sebuah kesempatan. Kingston pula yang sekarang sedang menawarkan tatapan lembut. Melebihi sebuah kemurnian yang pernah Pandora miliki.. Sorot mata itu teduh. Teduh sekali ke satu titik, turun sedikit di samping Pandora.“King ...,” panggil Pandora, tidak tahu mengapa akhirnya membuat Kingston seperti tersentak. Barangkali Kingston sedang melamunkan sesuatu, tetapi reaksinya begitu tak terduga ketika pria itu diam, seolah berjuang mengumpulkan informasi, yang salah – salah tidak pernah dipikirkan sebelumnya.Untuk waktu cukup lama Pandora masih harus menunggu. Tak sadar di satu
“Tuan ....”“Maaf, Tuan. Tubuh Anda tidak bisa menerima jarum suntik.”Kata – kata sang perawat menyeret perhatian Kingston untuk terguncang. Saat memikirkan bagaimana keadaan Pandora, itu membuatnya hilang cukup lama. Sekarang, setelah menyadari wanita yang ingin mengambil darahnya hanya melakukan hal sia – sia. Kingston tidak mengatakan apa pun, selain membiarkan kebekuan di urat nadi tangannya; yang tak terjamah, benar – benar bisa menerima benda asing menerobos ke dalam.Jarum tajam mulai berfungsi. Kingston terus terpaku pada aliran darah yang bergerak melalui selang. Darahnya akan diberikan kepada Pandora. Ini memang sebuah keputusan penuh tekad. Tidak tahu bagaimana selanjutnya. Kingston berharap darah yang dia donorkan tidak akan mempengaruhi tubuh Pandora. Itu adalah kemungkinan paling kecil. Kalaupun ada harga yang harus diterima. Hanya diharapkan Pandora tidak akan menua. Itu saja.“Anda mungkin akan sedikit merasa pusing, Tuan. Beristirahatlah sebentar.”Wanita yang baru s