“Helios sudah menunggumu.”Meski tidak sepenuhnya memahami maksud kemunculan Helios secara mendadak. Pandora tetap memberi gestur sekadar merespons perkataan Anna. Beberapa saat lalu, setelah menemani Anna melakukan pembayaran di bank. Mereka kemudian berakhir di kampus, karena sebagai penerima beasiswa Pandora diwajibkan, melalui pesan email, untuk mengumpulkan surat pendaftaran ulang agar proses admistrasi berjalan lancar.Dia tak pernah menduga kalau ... usai mengerjakan semua itu Helios akan datang menjemput. Pria yang Anna sebut terlalu dingin untuk didekati bahkan telah membuka pintu belakang mobil.“Silakan, Nona. Tuan meminta saya untuk menjemput Anda.”“Aku bisa pulang dengan taksi. Dia seharusnya tidak mengatur waktu yang aku punya. Kebutuhanku bertemu Anna belum selesai,” ucap Pandora sedikit jengkel. Berada di siang hari yang terik pun berkat campur tangan Kingston.Pagi tadi Pandora sungguh sudah terbangun lebih awal, tetapi dia tidak bisa menghindari setiap jengkal sentu
“Masuklah, Nona. Anda bisa tunggu sebentar di sini.”Sepanjang Helios menuntunnya menjelajah gedung pencakar langit. Pandora nyaris tidak bisa membayangkan ada berapa banyak uang yang ditanam untuk membangun tempat mentereng yang Kingston miliki.Dia merasa ragu ketika selangkah disapa suhu dingin membekukan. Ruang serba putih sebagiannya dibatasi sekat berbahankan kaca. Di hadapan Pandora terpantau pemandangan mencolok dari luar. Gedung – gedung lainnya semacam menawarkan ketertarikan yang lekat, tetapi Pandora punya beberapa hal untuk ditanyakan. Harus mencegah gelagat Helios yang siap menutup pintu ruangan“Apa King akan lama?”“Mungkin sebentar lagi, Nona. Sabar saja.”Hanya itu. Untuk beberapa saat Helios masih menahan diri, barangkali menunggu Pandora mengatakan hal penting sebelum memastikan bisa beranjak pergi.“Sudah tidak ada yang ingin ditanyakan, Nona?”Pandora menggeleng samar, dan saat itu dia mengamati pintu merapat dengan pelan. Sendirian di tempat yang begitu hening.
Ke mana Pandora ingin pergi ....Kejutan dan pemberian Kingston sudah lebih daripada cukup untuk menuntut hal baru sekadar menenangkan perasaan sendiri. Lagi pula Pandora tidak ingin bersikap egois ketika dia menyadari betapa wajah Kingston terlihat pucat. Sehingga memutuskan untuk pulang usai melepas gaun pengantinnya.Mereka berada di dalam mobil. Melakukan separuh perjalanan, dan selama searuh perjalanan itu pula butiran keringat selalu muncul untuk diseka lengan kemeja Kingston. Pria itu seperti kepanasan, meski tidak ada upaya selain mendapatkan pendingin alami atau menyalakan AC dengan suhu rendah.“Apa tidak sebaiknya kita ke dokter? Kau harus diperiksa.”Beberapa kali Pandora menyingkirkan anak rambut yang berterbangan. Menerima apa pun keputusan Kingston, bahkan saat pria itu memilih untuk menurunkan kaca jendela.Dia tidak menerima tanggapan persetujuan atas saran yang telah diberikan. Kingston tidak tertarik, terlihat dari caranya yang sekali pun tidak berpaling. Begitu fok
“Kau yang mimisan waktu itu, dan malah menuduhku.”Rasa anyir masih terbayang di benak Pandora. Dia bergumam seorang diri berusaha menenangkan ingatan yang begitu menakutkan. Darah Kingston melumer dengan cepat, sehingga dia harus bertindak luwes melakukan segala jenis upaya menghentikan apa pun yang sedang terjadi di bawah bantuan orang – orang yang bekerja kepada Kingston.Sempat terjadi perdebatan ketika Pandora menyarankan untuk menghubungi dokter. Mereka seperti tidak setuju, tetapi tidak memiliki pilihan atau opsi selain mengalah.Anehnya. Setelah dokter datang memeriksa, tidak ada diagnosis mengerikan. Organ tubuh Kingston dinyatakan tanpa mengalami masalah. Dokter sendiri tidak mempercayai apa yang dia katakan.Namun melihat gejalanya, dokter tetap meresepkan obat yang sekarang sudah ada di atas nakas.“Kakak Panda, apa daddy sudah bangun?”Aceli lagi ....Ntah kali ke berapa pintu terbuka secara tiba – tiba, lalu menutup kembali begitu gadis kecil itu tidak mendapat jawaban p
“Kau akan melewatkan jadwal minum obatmu lagi?”Bukan pemandangan baru jika Pandora harus mendapati Kingston hanya mengamati beberapa pil yang tertuang di telapak tangan tanpa sedikitpun niat untuk membiarkan tubuhnya dicecoki obat dari dokter.Ini adalah kondisi yang sama di hari ketiga Pandora harus menghadapi pemandangan seperti yang sudah - sudah. Tugasnya bertambah ketika memiliki keharusan membujuk Kingston, yang tidak cukup hanya dengan hal demikian. Butuh beberapa tindakan. Kejadian yang sudah sering kali terulang. Semacam sentuhan di wajah hingga tindakan ringan lainnya.Pandora meniupkan udara keluar dari rongga mulut. Bersikap sedikit agresif untuk merapatkan kedua kaki Kingston yang menapak agak berjauhan saat sementara pria itu masih duduk di pinggir ranjang dengan posisi sedikit membungkuk ke depan, persis membiarkan kedua lengan siku menyangga di sekitar area lutut.Respons Kingston yang hanya diam, itulah yang mengundang Pandora duduk di atas pangkuan setelah dia posis
Pandora tak pernah mengira perkenalan singkat bersama Avanthe, akan mambawa wanita memesona itu meminjam Kingston untuk diajak bicara secara serius. Dia sudah menunggu cukup lama sejak Kingston mempersilakan Avanthe memasuki salah satu ruangan kosong. Meninggalkannya bersama Hores yang kini telah memenangkan keberanian Aceli untuk duduk bersisihan di samping pria dewasa—ayah biologis sang gadis kecil yang sedang menatap sangat lekat.Genggaman dari jari – jari mungil pada telunjuk Hores, menciptakan sensasi harmonis, seperti sebuah pertunjukkan kasih sayang, yang meskipun tidak disadari salah satunya. Tetapi hubungan darah seupaya energi elektomagnetik. Pada satu kumparan akan terjadi keterikatan yang besar.“Apa aku terlihat mengerikan di matamu?”Pandora belum sepenuhnya mengerti apa yang membuat Kingston benar – benar waspada. Dia menilik Hores bukan suatu ancaman. Pria itu tahu bagaimana cara bersikap kepada gadis kecil. Bersikap lebih daripada hangat di bawah tutur kata yang lemb
“Lepas! Kau ingin lihat aku dimakan peliharaanmu, bukan?” Tulang rusuk Pandora sempat menghantam pembatas balkon. Menimbulkan rasa sakit yang cukup memberi efek putus asa, tetapi Kingston tidak akan membiarkan penderitaannya berjalan lancar.Kingston yang melempar dan yang pula membuat Pandora bergelantungan dengan ruas lengan dicengkeram sedemikian erat. Bangaimanapun pria itu sangat gila memenuhi sebuah ancaman tegas. Seolah perih di hati saja tak cukup mengimbangi kepuasan jika tidak dengan cara yang lebih menyaktikan.Kingston senang melihatnya terluka. Senang menyaksikan aliran air bersimbah dari sudut mata. Dan itulah yang sedang Pandora pertontonan pada seorang bajingan. Dia tidak menginginkan kehidupan yang kacau seperti ini. Tidak ingin diberi kesempatan bertahan saat sementara semua telah berubah.Ini bukan peristiwa manis yang didambakan. Semua telah hancur. Remuk redam tak berguna untuk memperdebatkan sesuatu yang tak akan kembali. Jika Kingston ingin mematikannya. Seharu
“Kau baik – baik saja, Pandora?” “Apa yang sudah dilakukan kakakku padamu?” Pandora segera mendapat pertanyaan mencecar ketika membukakan pintu kamar untuk Avanthe. Dia tidak langsung menanggapi, karena yang terpenting adalah memastikan pintu kembali dikunci dengan rapat. “Tidak perlu buru – buru. Tenangkan dirimu dulu.” Sentuhan Avanthe begitu lembut ketika wanita itu turut duduk di bawah kaki ranjang. Menarik Pandora masuk ke dalam dekapannya. Paling tidak sampai Pandora tak lagi bergegar di luar kendali. “Aku minta maaf jika dia benar – benar melakukan sesuatu yang sangat buruk.” “Dia menyakitiku—bukan kali ini saja.” Pandora sungguh terbata setelah rasa sesak lagi – lagi menyebar di rongga dada. Tubuh Avanthe seolah menjadi perlindungan saat dia membalas pelukan yang menjadikannya sedikit – sedikit lebih baik. Garis besar perbedaan dari dua bersaudara sepupu itu kentara. Benar – benar tidak bisa dibandingkan. Pandora menganggap sebuah kesalahan jika mengatakan Kingston adal