Ketukan palu mengakhiri pembacaan putusan dari hakim ketua; pengajuan perceraian telah dikabulkan. Akhirnya ....Pandora mengamati bahu Chris merosot lega. Kemudian memindahkan perhatian ke arah Kingston. Suaminya yang duduk dengan tenang, turut memastikan bahwa tatapan mereka bertemu; saling memperhatikan, membiarkan senyum melebar sebagai satu – satunya interaksi paling intim.Rahang yang telah Pandora cukur minggu lalu, baru saja dia lakukan hari kemarin—membuat wajah Kingston bersih tanpa akar – akar rambut tersisa.‘Makhluk tua yang awet’Rasanya Pandora ingin mencecar Kingston secara langsung. Dia tak bohong kalau percikan dalam dirinya begitu takjub mempelajari struktur wajah yang berkali – kali kelipatan; terlihat lebih muda dari semestinya.“Setelah ini aku akan memeriksa lukamu,” ucap Pandora setengah berbisik.Begitu hakim meninggalkan ruang sidang. Dia menyadari ayahnya beranjak bangun dari kursi di depan. Tidak ada kata yang bisa menggambarkan bagaimana Chris memperlakuka
Melahirkan; menjadi kata paling mengerikan bagi Kingston. Pria itu membungkuk di depan westafel; memuntahkan sesuatu dari dalam dirinya setelah menerima golakan yang menuntut secara mendesak. Kingston terlihat lebih tersiksa—tak lagi berusaha memaksakan diri menatap gumpalan darah ketika makhluk – makhluk mungil itu keluar.Salah Kingston sendiri ....Sekarang Pandora menghela napas mendapati sang suami seperti itu. Jari – jari tangannya memijit tengkuk leher Kingston. Terlepas dari kekhawatiran, perasaan Pandora melonjak membayangkan bagaimana jika dia yang melahirkan? Apakah juga akan sama?Dia segera mengguncang dirinya keluar dari bayangan yang masih terlalu jauh. Kingston masih harus, setidaknya, mungkin, masih akan mengalami hal – hal saat ini sampai trimeter kedua yang baru, baru akan tiba satu minggu ke depan. Tetapi Pandora akui; niat pria itu ingin menemani cheetah-nya melahirkan adalah ide paling konyol. Kucing besar Kingston sungguh telah ditempatkan di tempat khusus. Pa
Pandora mengerjap beberapa kali ketika pintu kelas, sesaat, terbuka menampilan sesosok pria sangat familiar. Dia bertanya – tanya benarkah itu Kingston, sedang menunggu, sementara seharusnya pria itu tahu waktu untuk pulang belum tiba.Mata kuliah tiga sks; satu sks sekitar 45 menit, dikalikan kelipatan tersebut. Tetapi hanya perlu satu jam lagi bagi Kingston mengetahui mereka akan melanjutkan kegiatan lain.Pandora tetap memusatkan perhatiannya di sana. Barangkali, teman sekelas akan segera kembali dari kegiatan berpamitan ke kamar mandi. Dia langsung melongokkan kepala saat ganggang pintu terlihat terbuka. Sekali lagi ingin memastikan; benar, Kingston ada di sana. Begitu sibuk mengulik ponsel hingga tidak memedulikan orang – orang sekitar.“Sudah ditunggin aja.”Pandora memindahkan perhatian, terkejut oleh suara bisikan Anna. Betapa gadis itu tahu apa pun yang sedang dia perhatikan.“Kau selalu lihat apa yang kulihat,” ucap Pandora setengah jengkel, setengah turut berbisik. Anna han
Pandora diam tidak mengatakan apa pun selama dalam perjalanan menuju pulang. Ada rasa takut yang ntah mengapa terus mengikuti bahunya. Kata – kata dokter kandungan semacam sebuah analisis yang mengejutkan. Sesuatu; rancu dan aneh terjadi pada janin yang dia kandung. Ya, itu, itu semua diucapkan dokter saat proses penampilan gambar di layar monitor berlangsung.Benar – benar bagian tak terduga. Pandora tak pernah mengira akan diberi pilihan untuk tidak mempertahankan. Secara pasti dia dengan tegas merasa keberatan. Bagaimanapun keputusannya adalah tetap seperti yang saat ini bisa dia lakukan. Pandora bahkan tak ingin terlalu lama di rumah sakit, segera pergi membiarkan Kingston mengurus sisanya.“Kita sudah sampai, Kucing manis.”Pandora menarik napas panjang. Memberanikan diri menatap ke arah pria yang sedang sibuk membuka sabuk pengaman. Kingston turun dengan tenang. Luar biasa tidak memberikan petunjuk apa pun mengenai perasaan dan apa yang sedang pria itu pikirkan. Tetapi mungkin—P
“Anak itu tak akan pernah bisa dilahirkan di hadapan manusia.”“Satu – satunya pilihan bagimu adalah membawa Pandora ke istana.”“Hanya di sini dia bisa melahirkan keturunanmu. Tidak peduli bagaimana risiko yang akan kalian hadapi.”“Jika dia akan mengorbankan nyawanya, itu konsekuensi yang harus kau terima.”“Aku sudah sering memperingatimu, Rhodes.”Empat bulan lama-nya, dan pembicaraan serius itu masih menjadi suatu lipatan yang menggunung di benak Kingston. Tidak ada solusi, sedikitpun untuk memecahkan kegelisahan bertingkat yang membuat Kingston nyaris tidak bisa memikirkan apa pun, selain bagaimana cara mempertahankan keduanya, Pandora dan makhluk mungil; masih bersemayam di dalam perut yang telah membengkak.Kingston menegakkan tubuh ketika pintu kelas dibuka. Postur tingginya tidak sulit menemukan Pandora paling terbelakang; sedikit kesulitan melangkah dengan keadaan perut sebesar itu. Paling tidak, Kingston harus menunggu beberapa mahasiswa mendahuluinya, kemudian diliputi ge
Pandora sedang melipat kain – kain mungil, memindahkannya ke dalam keranjang khusus untuk dipersiapkan di hari kelahiran; terhitung besok. Dia tidak mengerti akan seperti apa rasanya, tetapi dentuman di dada selalu memberi efek detak yang mendebarkan.Dia menarik embuskan napas membayangkan keharusan menenangkan diri. Menggenggam erat pada bibir keranjang, sesekali menyentuh pinggul saat dia akan melangkah ke sisi berbeda untuk meraih sarung tangan dan kaus kaki. Disatukan menjadi beberapa tingkat, lalu diletakkan di sudut paling pojok.Selesai. Pandora tersenyum tipis sambil – sambil mendorong kereta keranjang sebagai tahapan terakhir. Posisinya pas tidak jauh dari ranjang, kemudian jemarinya menarik katup sekadar mengunci roda agar tidak beranjak geser.Pandora sudah akan memutar tubuh meninggalkan kamar, tetapi dia menghentikan satu tindakan akan mengangkat kaki setelah menemukan Kingston terpaku diam membelakangi kusen pintu yang tertutup. Sebelah tangan pria itu memegang sesuatu,
Bahwa ada sebuah perjanjian yang telah disepakati Raja Vanderox bersama Hores. Tetapi Raja merasa semua yang pernah Hores tawarkan adalah konstansi penipuan. Lewat satu cakupan Hores tidak pernah ingin melibatkan Aceli untuk dijadikan tumbal dari segala energi. Sebagai ganti, pria itu akan membawa Pandora ... hidup dan secara bersedia ke hadapannya.Terdengar ironis. Betapa sang raja mempercayai satu demi satu rentetan peristiwa yang Hores ungkapkan. Hari ini, dimulai dari dia telah mengetahui semua itu adalah bohong ....“Kau takkan pernah bisa bersembunyi dariku.” Raja Vanderox menghujam Hores dengan tatapan mengancam. Terlihat keberanian kentara di mata putranya.“Rhodes telah menyembunyikan putriku, kau tidak akan pernah bisa menemukannya, Yang Mulia.”Raja Vanderox ingin sekali murka. Tatapan bengis yang dia runtuhkan ke arah Hores, tidak sedikitpun, memberi pria itu pengaruh. Tidak ada gentar yang sanggup melemahkan ketegangan antara mereka. Raja Vanderox kembali membayangkan di
“Pandora.”Terburu – buru Kingston menerobos masuk; dia tergemap untuk beberapa saat mendapati pemandangan yang menyeret seluruh kewarasannya. Sisa satu prajurit bawah tanah sedang menengadah; berusaha menghindari serangan demi serangan dan suara lengking yang menggelegar. Wajah sang prajurit tercabik – cabik oleh cakar yang menancap erat. Prajurit itu mengerang, Kingston akan menambahkan rasa sakit itu dengan satu hujaman menjadi pertumpahan tak terelakkan.Perhatian Kingston berpindah. Kucing – kucingnya hanya mengelilingi gadis yang ....Dia seperti mendapati Pandora tenggelam di kolam darah, tetapi darah itu tidak mengenang. Mengendap mengikuti tangisan bayi. Makhluk mungil yang berada di dekapan istri cantiknya. Betapa wajah Pandora begitu pucat; itu bukan hal bagus untuk diungkapan. Kingston segera bersimpuh. Tidak sekadar pucat; seluruh dalam diri Pandora adalah kelemahan. Kelopak mata Pandora semakin sayu.Beberapa kali Pandora berjuang. Mengerjap supaya bisa menyerahkan bayi