GWS, Rob..
“Tuan Stefan lebih tenang dari sebelumnya. Tidak ada laporan khusus dari para pengawal,” jawab Antonio. “Rafael tidak datang dan sengaja menunjukkan wajahnya lagi, bukan?” Pria bernama Stefan itu mengamuk setelah melihat Rafael dari jendela kamarnya. Robin bahkan belum sempat mengunjungi Stefan sejak saat itu, karena dia langsung terbang ke Pulau Luciano setelah menjenguk Dante, dan tanpa memberi pesan pada siapa pun. “Tidak, Tuan Rafael sibuk mengurus pekerjaan di perusahaan setelah kepergian Anda.” Ketika sampai di depan pintu rumah besar itu, Robin sempat ragu melangkah masuk. Namun, Antonio membuka pintu tanpa menyadari keraguan Robin, lalu mempersilakannya. Langkah Robin terasa berat ketika mendengar suara Stefan sedang bicara. Pria yang dulu selalu dia panggil dengan sebutan papa dengan senyuman hangat itu sedang bicara sendiri di depan foto ibu kandung Robin yang tergantung di dinding. “Aku hari ini belajar memasak khusus untukmu, Sayang. Segera pulang dan kita makan malam
Awal mula bertemu dengan Poppy, Robin Luciano seakan sedang berhadapan dengan Sienna Lori, ibu kandungnya. Sienna memiliki rambut hitam bergelombang, dengan perawakan ramping dan setinggi Poppy. Sikap Poppy pun hampir mirip dengan Sienna yang terlihat lemah dan membutuhkan perlindungan. Namun, akhirnya menusuk keluarganya sendiri dari belakang. Robin menyelamatkan Poppy karena merasa iba dengan nasibnya. Di lain sisi, dia ingin memiliki Poppy untuk melampiaskan kebenciannya kepada Sienna yang menghilang entah ke mana. “Dia siapa yang kau maksud? Apa kau sedang membicarakan mamamu?” Pertanyaan Stefan menyadarkan Robin. Stefan merangkak naik, kemudian mencengkeram kedua lengan Robin. Manik amber ayahnya yang lebih gelap dari milik Robin itu terlihat tak begitu bercahaya, hanya berkilau oleh air mata. “Apa maksudmu mengatakan itu? Mamamu tidak mungkin menggoda pengawal!” Stefan mengira ucapan Robin barusan ditujukan pada Sienna. Dia bahkan tak pernah mengenal Poppy atau hanya menden
Dua pengawal yang selalu menjaga Stefan langsung masuk ke dalam kamar setelah mendengar teriakan Stefan semakin keras. Sementara itu, Antonio melangkah ke depan, merentangkan tangan kirinya ke depan badan Robin. “Tuan, mari kita keluar dari sini,” pinta Antonio. Bukan hanya sekali Robin membuat Stefan mengamuk. Robin selalu terang-terangan mengatakan fakta kelam sehingga malah memperparah kondisi Stefan. “Tch! Aku juga mau pergi.” Sebelum meninggalkan ruangan itu, Robin menatap ayahnya yang sedang diikat di atas ranjang oleh dua pengawal. Stefan bisa melukai diri sendiri jika kedua tangannya dibiarkan bebas ketika sedang kambuh. “Tolong jangan berkunjung ke sini dulu sebelum Tuan Stefan tenang. Saya akan segera memanggil dokter.” Pengawal lain yang baru saja datang langsung menegur Robin. Penampilannya berbeda dari pengawal lainnya dan tak terlihat takut menghadapi Robin jika berhubungan dengan kondisi Stefan. Larry, kepala pengawal elite itu adalah orang kepercayaan Stefan dari
Semenjak Robin memindahkan Stefan di bangunan lain, lantai tiga di kediamannya bisa dimasuki oleh siapa pun. Akan tetapi, belum ada yang tahu mengenai hal tersebut sebelum hari ini, karena Robin lebih dulu menghilang selama seminggu ke Pulau Luciano. Saat ini, ada beberapa pelayan yang sedang membersihkan area di lantai tiga, kecuali kamar Robin yang hanya boleh dimasuki Antonio dan kepala pelayan. Robin duduk tenang di kursi sambil mendengarkan beberapa laporan Antonio mengenai pekerjaan di kantor. “Antonio, kau bisa istirahat sekarang,” titah Robin, setelah Antonio selesai dengan laporannya. “Saya akan mengawasi para pelayan dulu, Tuan. Mereka baru sekali naik ke lantai ini. Saya khawatir mereka akan melakukan kesalahan.” “Terserah kau saja. Jangan mengeluh kalau kau sakit atau kelelahan.” Robin membuka kancing baju sampai dada hingga terlihat otot kekarnya. Sejak tadi, dia merasakan pakaian melilit tubuhnya hingga dadanya terasa sesak, namun setelah membuka kancing pun, rasa se
Beberapa saat lalu, sebelum Poppy sampai di lantai tiga … “Donna, apa yang harus aku lakukan setelah ini?” Poppy duduk lemas di kursi kamarnya, melihat Donna memasukkan semua pakaiannya ke dalam koper dengan raut wajah murung. Pelayan pribadi yang akan menjadi orang asing baginya setelah hari ini, menghentikan aktivitasnya, lalu duduk di samping Poppy. “Tuan Robin belum tentu akan mengusir Anda, Nyonya. Mungkin, tuan hanya ingin memindahkan barang-barang Anda ke lantai tiga supaya Anda bisa satu kamar dengannya.” Poppy menggeleng pelan. “Kau tahu kalau itu mustahil.” Sebelum Donna menjawab, Antonio datang membawa map di tangannya. Dia langsung masuk karena pintu kamar terbuka lebar. “Nyonya, Tuan Robin sudah menunggu Anda sejak tadi. Mari, saya akan mengantar Anda.” Meskipun Antonio tahu bahwa tuannya akan bercerai dengan Poppy, dia masih bersikap sopan, sulit mengubah kebiasaannya. “Baik.” Poppy berjalan di belakang Antonio dengan gelisah. Dia ingin bertanya alasan Rob
Dada Robin berdesir-desir, seperti tertiup angin semilir. Beban yang selalu memenuhi dadanya lenyap begitu mendengar ucapan Poppy. “Apa kau sedang merayuku?” Namun, Robin kembali memberikan batasan, menganggap jika ucapan Poppy hanya sebatas tipuan. “Saul mengajarimu dengan baik.” Poppy menggeleng pelan. Setetes air mata yang mengandung ketulusan yang tak dihargai menitik di pipinya. Dia lantas mengusap wajah Robin penuh kelembutan selagi mengangkat kaki kirinya hingga duduk di pangkuan Robin dan berhadapan dengan sempurna. Kedua tangan Poppy mencengkeram pundak Robin. Mata mereka beradu cukup lama, mencoba menelisik isi pikiran masing-masing. “Apa kau sungguh akan membuangku?” Lidah Poppy yang terasa kelu bersusah payah menanyakan itu. “Benar. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi.” DEG! Kata-kata Robin bagaikan pisau yang membelah jantungnya, memutuskan harapannya. Akan tetapi, Poppy enggan berhenti untuk berusaha. Dia hanya wanita biasa yang tak memiliki apa pun, sedang
Robin mengacak kasar rambutnya. Ucapan Poppy membuatnya tak bisa berbuat lebih jauh. Dia adalah pria tegas dan selalu membuktikan ucapannya. Oleh karena itu, dia tak bisa mengingkari keputusannya, meskipun semua gara-gara Antonio. “Antonio, kau benar-benar brengsek!” geram Robin sambil menekan nomor Antonio di ponselnya. “Halo, Tuan. Saya baru sampai di apartemen. Ada perlu apa menghubungi sa–” “Sialan! Apa yang sudah kau lakukan?!” “Apa maksud Anda, Tuan?” Suara Antonio dari seberang telepon terdengar panik. “Kenapa kau memberikan poin-poin tidak penting dalam pemutusan kontrak dengan perempuan itu?!” Antonio terdiam cukup lama, mengingat isi dokumen yang dibuatnya dengan sempurna. Dia hanya melindungi Robin dari hal-hal yang tak diinginkan, termasuk apabila Poppy tiba-tiba mencoba menggoda Robin dan mengacaukan rencana mereka. Lawan bisnis mereka bisa memanfaatkan Poppy setelah perceraian. Antonio hanya menambahkan beberapa perjanjian yang menguntungkan untuk melindungi Robin
Di mata para pengawal, Robin Luciano adalah sosok yang menyelamatkan hidup mereka. Akan tetapi, tak bisa dipungkiri jika Robin tetaplah seorang kepala mafia. Tangan Robin tak sepenuhnya bersih. Dia pun pernah melukai seseorang jika dianggapnya perlu. Elio tahu betul itu, karena dia adalah pengawal khusus Robin yang selalu ada ketika bertransaksi dengan bisnis ilegal Luciano. Namun, menembak Antonio adalah bayangan terburuk dan mengerikan hingga membuat Elio ketakutan. Dia merasa perlu memberi tahu seseorang yang dapat menahan Robin, sebab tak ada satu pun pengawal yang berani menentangnya. “Tunggu di sini,” titah Robin ketika dia sampai di tempat parkir bawah tanah apartemen Antonio. “Baik, Tuan.” Setelah kepergian Robin, Elio segera menelepon Larry. Dia tak begitu mengenal para pengawal elit Robin yang dapat keluar masuk ke lantai tiga, yang dia pun baru hari ini pernah menginjakkan kaki di sana. Namun, beruntung dia memiliki nomor ponselnya. “Halo, Tuan Larry, saya adalah peng
Karya ini spesial untuk seseorang yang mengalami trauma serupa. Saya menulis ini dengan harapan X bisa jadi seperti Poppy yang akhirnya menemukan kebahagiaan sejati, serta dijadikan penghiburan dan motivasi. Respons trauma pada setiap individu itu berbeda-beda--saya tahu-- tapi saya yakin jika kamu bisa melaluinya. Waktu akan menyembuhkan lukamu, semua orang di sekitarmu akan selalu membantu. Kalau memang masih ada orang-orang toxic yang menghakimi nasib burukmu/hidupmu, abaikan saja ... seperti Rafael mengabaikan kebencian kakeknya. Maafkan kesalahan mereka untuk membuat hidupmu lebih nyaman dan damai, seperti Poppy memaafkan kesalahan besar ibu tirinya. Semua orang berhak bahagia, begitu pula denganmu ... 🌞 Sedikit dari Author ... Sebenarnya V tipe yang ... ini loh karyaku, mau suka atau nggak itu dari perspektif masing-masing, mungkin ada penulis lain yang baca cuma butuh inspirasi tanpa meninggalkan jejak, mungkin orang tertentu yg kalau pas cerita nggak sesuai dengan kei
“Oh, jangan menangis, Nick,” pinta Robin, berusaha menidurkan putranya. Namun, suara tangisan Nick semakin kencang. Poppy lantas ikut membantu Robin menenangkannya. “Lihat wajah Nick, suamiku. Dia menangis, tapi seperti sedang marah … seperti kau yang sering marah tidak jelas.” Poppy terkekeh. “Dia akan menjadi pria yang lebih tampan dariku kelak.” Poppy tiba-tiba mencium pipi Robin. “Tapi, kau tetap jadi pria yang paling tampan untukku.” Meski telah hidup bersama lebih dari setahun, wajah Robin masih merona setiap kali mendengar pujian istrinya. Debaran dalam dadanya pun masih sama seperti awal-awal menyadari cintanya. Perasaan Robin tak berubah. Hanya sikapnya yang berubah menjadi lebih penyayang. “Jangan terlalu banyak membaca novel! Awas saja kalau kau juga merayu pria lain!” “Itu tidak akan pernah terjadi.” Poppy malah mengusap-usap wajahnya ke wajah suaminya sambil terkekeh. “Aku tahu kau suka dirayu.” Robin masih menyimpan aura misterius. Namun, Poppy merasa lebih ban
“Dokter! Cepat periksa istriku!” titah Robin.Poppy tampak begitu lemas. Napasnya berat dan matanya tertutup rapat.“Istri Anda hanya kelelahan, Tuan.”Robin bernapas lega. Dia kembali menggenggam tangan istrinya. Seandainya dia bisa melahirkan, dia akan menggantikan peran Poppy daripada melihatnya begitu tak berdaya.Menyaksikan istrinya melahirkan, Robin sontak teringat pada Sienna. Apa pun kesalahannya, Sienna juga pernah mempertaruhkan nyawa demi melahirkannya.Robin merenung sambil menciumi punggung tangan Poppy. Dia yang merasa lebih tinggi dari para wanita, sampai membeli seorang istri, juga bersikap buruk pada ibunya, ternyata hanya pria lemah yang tak lebih kuat dari mereka.“Silakan menunggu di luar, Tuan. Kami akan bersiap memindahkan Nyonya Poppy ke kamar.”Robin keluar dari ruang bersalin dengan wajah bahagia. Keluarganya menyambut dengan pelukan hangat sambil memberikan selamat.Ketika memeluk Sienna, ucapan lirih lolos dari mulutny
Capri akan makan siang ketika Antonio meneleponnya. Dia sampai tersedak suapan pertama saat mendengar Poppy keguguran dan sedang diperiksa dokter.Dengan kecepatan penuh, Capri mengemudikan mobil sampai ke rumah sakit yang dikatakan Antonio. Dia bahkan kena tilang karena melanggar rambu lalu lintas jalan. Untung saja, dia tak mengalami kecelakaan.Melihat orang-orang berkumpul di ruang pemeriksaan, serta rekan sejawatnya yang pucat pasi, Capri merasakan firasat buruk. Tanpa basa-basi, dia segera mengikuti dokter itu untuk memeriksa kondisi Poppy.Setelah menunggu beberapa menit, Capri keluar sambil menunduk.“Jangan katakan itu,” gumam Robin, enggan mendengar berita buruk.Capri membuka mulut akan bicara. Namun, teriakan seorang wanita dari kejauhan menghalanginya.“Robin!!!” seru Sienna sambil menangis.Dia langsung memeluk putranya. “Tidak apa-apa. Yang penting Poppy selamat. Jangan menyalahkan dirimu sendiri.”
“Istriku!!” Robin panik bukan main. Poppy tak pernah menunjukkan wajah kesakitan seperti itu, bahkan ketika dia menyiksanya.Poppy memegangi perutnya yang terasa melilit kencang. Bayi dalam perutnya seakan memberontak ingin keluar, berputar-putar di dalam perutnya.Robin dapat merasakan gerakan bayi dari perut istrinya yang begitu jelas, seperti menendang tangannya. Bayi itu bahkan ikut menyalahkannya, pikir Robin.Dengan tangan gemetar, dia menekan nomor telepon Antonio di ponselnya sampai ibu jarinya hampir salah menekan nomor orang lain.“Cepat kemari! Istriku kesakitan!”“Baik, Tuan!”Antonio yang menunggu di luar, bergegas lari kencang ke dalam bersama para pengawal. Kedatangan mereka membuat pengunjung lain kaget dan panik.Sementara itu, Robin sudah berhasil menggendong istrinya. Cukup berat, namun dia tak begitu merasakannya.Mereka akhirnya bertemu di koridor. Para pengawal segera mengawal Robin, juga Antonio yang membawa sepatu Poppy yang terjatuh.“Cepat ke rumah sakit!” t
“Wah! Terima kasih banyak, Tuan Robin! Semoga kita bisa berjumpa lagi.” Wanita muda itu lalu pergi tanpa melihat Poppy.Robin berdiri canggung, tak berani menatap istrinya. “Ayo, makan … makan dulu.”Robin jelas menyembunyikan sesuatu!Ketika akan digandeng suaminya, Poppy segera menarik tangannya. “Apa-apaan itu tadi? Sejak kapan kau jadi ramah pada orang lain?!”Sebelum pertanyaan Poppy terjawab, seorang pelayan restoran mendekati mereka. “Tuan Robin, saya akan mengantar Anda ke ruangan yang sudah Anda pesan.”Dengan bibir cemberut, Poppy akhirnya menunda kemarahannya. Sampai di dalam ruangan VIP restoran, dia langsung menatap tajam suaminya yang duduk berseberangan darinya.“Kau belum menjawabku!”Sepanjang mengenal Robin, baru kali ini Poppy melihat kegugupan suaminya itu.Robin bingung … harus dari mana dia mulai menceritakannya?‘Tidak, itu bukan rahasia. Aku tidak pernah berniat menyembunyikan sesuatu dari istriku,’ batin Robin.“Kenapa kau membiarkan wanita lain mendekatimu? J
Dante tak punya niat lagi untuk membesarkan seorang Luciano yang bisa membangkitkan kerajaan mafianya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya yang akan segera berakhir.“Yang penting, istri dan anakmu sehat. Kuharap, Poppy dapat melahirkan cicitku tanpa masalah,” ucap Dante tulus selagi menahan sakit di jantungnya.Sebelum mengunjungi Dante, Robin ingin membicarakan banyak hal. Termasuk menunjukkan bahwa dia telah mengubah Pulau Luciano seperti keinginannya selama ini. Robin selalu ingin menyalahkan keputusan kakeknya. Namun sekarang, dengan keadaan Dante yang seperti itu, ucapannya hanya terkunci dalam hati.“Bagaimana keadaan Stefan?” Meskipun begitu, Dante masih belum bisa menerima sosok Sienna. Sejak dulu hingga saat ini, Dante merasa jika keluarganya berantakan karena wanita itu.“Papa sudah semakin sehat dengan hadirnya mama.”“Baguslah.” Tapi, Dante tak menunjukkan kebenciannya pada Sienna secara gamblang. Dia khawatir Robin tak mau menjenguknya lagi.“Rafael juga menemukan bakat b
“Maaf, Tuan.” Antonio lupa pada kecemburuan Robin yang semakin bertambah kuat selama istrinya mengandung. Bahkan, Robin pernah menugaskan tiga pengawal untuk ikut membangun proyek di Pulau Luciano hanya karena tersenyum menyapa Poppy dalam jarak dekat.Beruntung, penggunaan senjata sekarang diawasi ketat oleh Rafael supaya tak terjadi kekacauan yang tidak perlu. Kalau tidak, Robin mungkin akan menembak semua orang yang dipikirnya mencoba merayu Poppy.“Jangan keterlaluan, Antonio! Cepat cari pendamping daripada merayu istri orang lain!” Robin berdecak sebal selagi menuntun istrinya.“Baik, Tuan. Saya akan memikirkannya.”Mereka pun segera melaju ke rumah tahanan wanita.Awalnya, Carita menolak bertemu. Namun, Robin menggunakan kekuasaannya untuk memaksa Carita tanpa sepengetahuan Poppy.Dibalik kaca pembatas, Poppy akhirnya bisa menatap wajah ibu tirinya dari dekat. Carita terlihat kurus dan lusuh. Matanya tampak sayu, tak bisa menatap lurus ke arah anak tirinya.“Bagaimana kabarmu?”
Robin mewujudkan harapan Poppy sesuai ucapannya. Setiap hari selama berbulan-bulan, dia selalu memanjakan istrinya itu.Dengan kasih sayang yang Poppy dapatkan dari keluarga barunya, traumanya menghilang sepenuhnya. Dan kini, dia siap menemui ibu tirinya yang mendekam di balik jeruji besi.“Apa kau yakin akan menemuinya? Tidak bisakah menunggu setelah kau melahirkan?” Robin mengusap perut buncit istrinya yang duduk di pangkuannya. Wajahnya sesekali mengernyit ketika Poppy bergerak.Berat … namun, Robin tak mengeluh sedikitpun.“Aku yakin. Seminggu lagi aku akan melahirkan. Aku ingin dia mengetahuinya. Biar bagaimanapun, dia adalah orang yang membesarkanku selama ini.” Kebencian Poppy pada Carita berangsur menghilang, meski dia belum bisa memaafkan sepenuhnya. “Aku akan mendampingimu, sekaligus menjenguk kakek.”Dante Luciano dirawat di rumah sakit kepolisian. Sebulan lalu, Dante mengalami gagal ginjal parah, juga komplikasi penyakit lainnya.Robin juga baru tahu jika Dante ternyata