"Kayn, tolong bawakan, ini!" pinta Verlyn kepada Kayn setelah membeli beberapa pakaian. Kayn menghela napas kesal dan langsung mengambil paperbag berwarna hitam dari genggaman Verlyn. Verlyn tersenyum senang. "Terima kasih! Selanjutnya, ayo kita ke ..." Verlyn menoleh ke arah sekitarnya. "Kita pulang sa–" "Kita kesana!" ujar Verlyn cepat lalu menarik pergelangan tangan Kayn menuju toko yang tadi dia tunjuk. 'Sampai kapan aku terus begini?' batin Kayn tertekan. Kayn terpaksa mengikuti Verlyn kemanapun dia mau karena Verlyn akan menelepon Khalix dan Villian, jika Kayn tidak menuruti permintaannya. "Apalagi yang ingin kau beli, Verlyn?" tanya Kayn kesal. "Ini adalah toko kosmetik Syavala yang menjual brand make up high end yang sudah terkenal di seluruh, dunia!" jelas Verlyn sambil menarik kembali pergelangan tangan Kayn dan hendak melangkah masuk ke dalam. "Aku tidak mau masuk." Verlyn terkekeh. "Ayolah, Kayn! Tidak banyak wanita kok di, dalam. Kita juga sudah menggunakan kacam
"Aku adalah, temannya," jawab Verlyn cepat. Kayn langsung menoleh ke arahnya dan Verlyn hanya mengedipkan mata sebelah kirinya lalu beranjak dari kursinya. "Sellina, kau tidak perlu khawatir. Kayn bersamaku hanya untuk menemaniku berbelanja, di sini," lanjut Verlyn. 'Aku adalah calon istrinya yang baik, rendah hati, tidak sombong dan anggunly,' batin Verlyn sambil tersenyum ke arah Sellina. Sellina menatap Verlyn curiga. "Mengapa kau harus pergi bersama dengan pria yang sudah memiliki kekasih?" tanya Sellina. Verlyn tersenyum. "Kau tahu siapa ayah dan ibunya Kayn, kan? Ini adalah perintah dari mereka!" Sellina mengerutkan dahinya, seolah tidak percaya apa yang baru saja dia dengar. "Tidak mungkin, kau hanya berbicara omong kosong!" ujar Sellina kesal. Verlyn melangkah mendekati Sellina. "Jika kau berani melawan perintah sih, tidak apa-apa. Mereka tidak mengenalmu dan tidak tahu hubungan apa yang kau jalin dengan Kayn juga, sekarang." "Apa yang kau katakan, Verlyn?!" ujar Kayn t
"Kau sudah pulang, Kayn. Bagaimana harimu dengan Verlyn, hari ini?" tanya Villian setelah melihat Kayn melangkah masuk ke dalam rumah. "Ibu sudah tahu?!" Villian mengangguk dan tersenyum. "Verlyn sudah bilang pada Ibu, bahwa hari ini dia akan berbelanja bersama, denganmu. Mandi dan istirahatlah, sekarang," ujar Villian. Pandangan Villian tertuju ke arah tangan kiri Kayn, dia melihat seperti ada bekas olesan lip cream yang sudah mengering. 'Sepertinya memang ada perkembangan, ya,' batin Villian senang. Kayn melihat ke sekitarnya dan tidak melihat Khalix. "Ayah ada di mana, bu?" "Dia ada di ruangan kerjanya, nak." "Oke bu!" Kayn melangkah menaiki tangga dan pergi ke kamarnya. Setelah masuk ke dalam kamar, Kayn menaruh tas miliknya di meja kerja lalu menjatuhkan badannya ke atas kasur. "Hari ini terasa sangat panjang, karena aku menghabiskan waktu bersama dengan wanita itu hampir setengah hari penuh!" gerutu Kayn kesal. Kayn bangun dan melepas jas yang dia pakai. Dia beranjak da
"Verlyn, selama dua minggu terakhir ini. Setelah kau menyelesaikan pekerjaanmu, kau selalu langsung pergi meninggalkan, perusahaan," ujar Kaze. Verlyn mengangguk sembari mengecek laporan dan dokumen di meja kerjanya. "Iya Ayah, aku tidak membuat masalah, kok." "Ayah ingin tahu, apa alasanmu melakukan, itu?" "Aku pergi keluar hanya untuk berjumpa dengan Kayn di perusahaannya." Kaze sedikit terkejut mendengar jawaban Verlyn tadi. 'Apa sudah ada perkembangan di dalam hubungan, mereka?' "Tapi, sebagai seorang ahli waris, kau harus bertanggung jawab dan menjaga kedisiplinanmu. Ingat, banyak yang mengincar kelemahan kita, Verlyn." Verlyn merasa sedikit tersinggung dengan perkataan Kaze dan menghentikan pekerjaannya lalu menoleh ke arah Kaze. "Aku sangat tahu tentang itu, ayah. Aku bukan anak kecil lagi!" Kaze terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Verlyn. "Ayah hanya–" "Aku juga selalu menyelesaikan beberapa hal yang seharusnya ayah sendiri yang melakukannya! Tapi ayah selalu s
"Kita pergi sekarang, Kayn?" tanya Verlyn sembari tersenyum. Kayn terdiam dan menoleh ke arah Sellina. "Sellina, aku ..." Sellina menyentuh pipi Kayn. "Tidak apa-apa, Kayn. Aku bisa pulang sendiri, kok!" Kayn menggenggam tangan Sellina. "Tidak, aku tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Aku akan mengantarmu, dulu." Kayn menarik Sellina melangkah keluar dari ruangan bersama. "Tunggu aku, Kayn!" teriak Verlyn segera mengikuti Kayn dari belakang. Kayn dan Sellina melangkah masuk ke dalam lift dan Verlyn juga ikut masuk ke dalam. "Kenapa kau, mengikutiku?!" tanya Kayn kesal. "Kau tidak membaca pesannya dengan teliti, ya? Ibumu bilang bahwa kita harus pergi bersama!" "Merepotkan saja!" Pintu lift tertutup dan mulai bergerak turun, membawa mereka ke lantai satu. Kayn terus menggenggam tangan Sellina, sedangkan Verlyn hanya menggenggam ponselnya saja. "Kayn, aku pulang sendiri saja, ya," ujar Sellina di sebelah kiri Kayn. "Tidak, Sellina. Aku akan mengantarmu," balas Ka
Kayn melangkah keluar dari rumah menggunakan hoodie berwarna abu-abu dan celana jogger berwarna hitam. Verlyn menoleh ke arah Kayn dan tersenyum. "Kau sudah siap, Kayn?" tanya Verlyn. Kayn mengangguk dan Verlyn menoleh kembali ke arah Villian. "Kami berangkat dulu, Ibu!" "Iya, nak. Hati-hati, ya," balas Villian. Verlyn mengangguk dan melangkah pergi bersama Kayn. "Aku yang akan mengemudi, sekarang!" ujar Verlyn bersemangat. "Tidak, aku saja," balas Kayn dingin. "Ga mau!" Verlyn langsung berlari ke arah mobil dan masuk ke dalam, membuat Kayn merasa kesal dan tidak bisa berbuat apa-apa. "Memangnya kau sudah mahir mengendarai mobil?" Verlyn melipat tangannya dan tersenyum. "Tentu saja! Aku sudah mahir mengendarai mobil sejak berusia enam belas tahun!" jawab Verlyn pamer. Kayn memutar bola matanya. "Lakukan sesukamu saja." Kayn membuka pintu mobil bagian belakang. "Hei, kenapa kau duduk di, belakang?" tanya Verlyn heran. Kayn melangkah masuk ke dalam dan menutup pintu mobil. "Ka
Verlyn melangkah keluar dari toko dan terkejut melihat Kayn duduk di kursi depan sebelah pengemudi. "Loh? Ada yang aneh ..." Verlyn segera menghampiri Kayn yang sudah berada di dalam mobil. "Kau tidak duduk di belakang lagi, Kayn?" "Tidak," jawab Kayn singkat. Verlyn tersenyum senang. "Baiklah! Tapi, kau mau aku yang mengemudi?" tanya Verlyn lagi. "Jangan banyak bertanya, kita pulang saja sekarang." Verlyn menghela napas lalu segera masuk ke dalam mobil dan menyakan mesin. "Apa kau, yakin?" tanya Verlyn memastikan sambil melajukan mobilnya untuk masuk ke area jalan raya. Kayn tidak menjawab dan sibuk memainkan ponselnya. "Baiklah, jangan menyesal, ya!" Lima belas menit kemudian. "Ibu, kami pulang!" Verlyn melangkah keluar dari mobil. Kayn ikut keluar dari mobil sembari memegangi kepalanya yang kembali pusing. "Seharusnya aku tidak membiarkanmu mengemudi lagi!" ujar Kayn menyesal. Verlyn menoleh ke arah Kayn dan tersenyum. "Kau sendiri yang mau aku mengemudi, kan?" "Tapi j
Verlyn merasa bingung ketika memilih gaun yang akan dikenakannya nanti untuk menghadiri acara pesta minum teh di rumah Villian hari ini. "Aku tanya Kayn saja, deh!" Verlyn segera mengambil ponselnya yang berada di kasur dan menelepon Kayn. Beberapa detik kemudian, panggilan di terima. "Kayn? Apa aku, mengganggu?" "Kau sedang mengganggu waktuku tahu!" "Kalau begitu tolong aku, sebentar!" Verlyn menyalakan kamera di ponselnya untuk mengajak Kayn melakukan panggilan video. "Kenapa tiba-tiba panggilan video?!" Kayn langsung mematikan kamera ponselnya. "Kau malu, ya? Haha!" "Jika tidak ada hal penting, akan aku matikan sekarang." "Oke-oke, maaf ..." Verlyn mengarahkan kameranya ke empat gaun panjang yang berwarna krem, coklat, hijau dan putih yang ada di kasurnya. "Bantu aku memilih gaun mana yang cocok untuk datang ke acara pesta minum teh ibumu!" "Kenapa harus aku yang memilih?" "Karena pilihanmu selalu tepat!" "Alasan yang tidak logis." "Masuk akal saja, bagiku. Cepat bantu a