Gua lembab yang ada di area gunung agung. “Ahhh sakit sekali!” teriak pemuda tegap yang berbaring malas di atas batu. Sosok itu adalah Surya, setelah kejadian yang cukup banyak telah dialami kemarin. Tubuhnya tampak tidak bisa menangani itu semua. Dia bangun dengan perasaan sakit di sekujur tubuhnya. Surya perlahan mengangkat selimutnya, dia menguap dengan malas. “Tampaknya aku bangun terlambat.” Pemuda itu berkata sambil menggosok matanya dengan sangat buruk. Surya mulai bergegas ke arah sungai, dia mandi dengan damai. Pemuda itu sedikit merilekskan otot ototnya yang telah menjadi kaku karena kesibukannya. Setelah Surya selesai dengan mandinya, sosok itu langsung bersiap untuk berangkat ke bengkel datuk merah. ... Bengkel datuk merah. “Apakah benar inyiak balang bekerja di sini ni?” “Benar, Apakah kita tidak dibohongi pula ni?” “Sudah, Bagaimana pula Sinta membohongi kita.” Kata Rizal. Rizal pada awalnya mendapatkan berita ini saat dia sedang melakukan urusan yang ada di k
Di bengkel datuk merah. “Apa yang ingin walikota sampaikan?” tanya Surya. “Kami juga tidak tahu. Kami hanya ditugaskan untuk mengundangmu ke kantor walikota,” jawab Reno. “Baiklah, aku akan ikut bersama kalian.” Surya menyetujui. “Baiklah ikuti kami.” “Datuk aku pergi dulu.” Surya pamit. “Baiklah hati-hati.” Kata datuk merah tanpa menghalangi Surya untuk pergi. Ketiga orang itu akhirnya berjalan keluar dari bengkel datuk merah. Mereka bertiga berjalan beriringan. Reno dan Rono tidak tahu harus berkata apa. Mereka sebelum nya meremehkan pihak lain, namun siapa yang akan menyangka bahwa pihak lain adalah sosok yang berpengaruh. Mereka bertiga berjalan ke satu arah dalam keadaan canggung. Setelah beberapa saat keheningan, kelompok tiga orang itu akhirnya sampai ke kantor walikota. Mereka berjumpa dengan penjaga gerbangng. “Ohhh. Reno, Rono... siapa yang kalian bawa kali ini.” salah satu penjaga gerbang bertanya. Kedua penjaga gerbang itu mulai melihat Surya dengan seksama. Sete
Di salah satu area hutan gunung agung. Tampak seorang pemuda sedang berjalan. Teriakan teriakan girang yang tampaknya berasal dari seekor beruk terus bisa di dengar. “Sial, aku sangat benci suara suara berisik ini,” keluh Surya menggerutu. Meskipun dia sangat terganggu, Surya terus berjalan ke satu arah dengan santai. Namun, meskipun dia telah berjalan ke satu arah untuk waktu yang cukup. Teriakan teriakan beruk itu bukanya memudar malah semakin berisik. Surya hanya bisa melihat dari sudut matanya diam diam memantau pihak lain. “Jelas beruk ini sedang mengincar ku,” pikir Surya. “Ukkk ukk akkk akk.” Beruk itu terus berteriak menghujani Surya dengan suara suara mengganggu. Entah apa pemikiran beruk itu, Surya hanya bisa membatu. “Sial, akan aku tunjukan kepadamu bagaimana caranya bermain dengan benar.” Saat itu juga Surya bertekad untuk memberi pelajaran kepada monyet itu. Dengan itu, Surya mulai bertingkah seolah anak ayam yang sedang dikerjai oleh segerombolan anak manusia.
Di bengkel datuk merah. “Dentang denting dentang.” Suara nyaring tubrukan logam pun terdengar dari tempat itu. Tampak seorang pemuda sedang melihat ke arah di mana seorang kakek sedang menempa. Kakek itu terlihat bungkuk, dia dengan semangat membenturkan palunya lagi dan lagi ke arah besi panas itu. Benturan dari palu itu membuat besi panas perlahan lahan merubah bentuknya. Dari awalnya hanya besi merah persegi biasa, kini menjadi persegi yang panjang. Pemuda itu terus memperhatikan setiap perilaku kakek itu, kini kakek itu mencelupkan besi panas itu ke dalam sebuah cairan yang tampak kental. “Cessss!” suara besi panas terendam air. Kakek itu kemudian mengangkat besi terendam itu, kemudian dia meletakkan ke dalam bara api. Setelah besi kembali memerah, kakek itu mengangkatnya menggunakan capit besi. Meletakan besi panas itu di atas landasan, kakek itu mulai memukul palunya lagi dan lagi. Proses itu terus menerus dilakukan berkali kali. Pemuda tegap itu dari tadi hanya bisa m
Rumah gadang keluarga Karambia. “Sial, anak itu pasti sengaja menargetkan keluarga kita!” Hijau marah. Melihat hal ini, Palapah hanya bisa diam diam menjadi jelek. Sementara itu Santan masih dalam keadaan bertanya tanya. “Apakah benar itu dia?” Meskipun Santan hanya bertemu dengan pihak lain satu kali, namun dia samar samar bisa mengetahui kepribadian pihak lain. Surya tampaknya tidak akan bertindak hanya karena sesuatu hal yang tidak masuk akal. Namun bagaimanapun Santan menilai pihak lain, yang jelas kini adalah bukti bahwa Sari yang terbaring di Kasur. Dengan itu, Santan terpaksa berpikir sesuatu di luar imajinasinya. “Atau apakah ini yang dimaksud uda?” Santan masih dalam keadaan yang bingung. Namun Hijau tampaknya sudah memutuskan pilihannya. “Sial aku akan memberimu pelajaran!” katanya sembari berjalan keluar. Melihat hal ini ,Santan hanya bisa mencegah. “Hijau jangan gegabah,” saran Santan. “Tapi paman ini sudah kedua kalinya, dan sekarang Sari yang terbaring di Kasu
Di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda sedang melakukan gerakan gerakan aneh secara berurutan. Dia terus menerus melakukan set gerakan itu berulang-ulang. Meskipun sudah tampak sangat Lelah, sosok pemuda itu terus menerus memantapkan dirinya agar tidak berhenti menggerakkan tubuhnya. “Huff sedikit lagi aku pasti bisa.” Sosok pemuda itu menggertakkan giginya sembari melakukan setiap set gerakan. Pemuda itu sangat gigih. Dia melakukan gerakan itu selama beberapa saat lagi sebelum akhirnya dia benar benar tumbang kelelahan. Dia kini bahkan tidak bisa menggerakkan satu jarinya pun sekarang. Tubuh pemuda itu tampak aneh, kulitnya mulai memerah darah. Ada sejumlah gelembung air di balik kulitnya. Itu seperti luka melepuh, namun gelembung kulit itu diisi oleh cairan berwarna merah. Pemuda itu terus menerus menstabilkan tubuhnya. Dia hampir pingsan untuk satu alasan. Namun karena tekadnya yang begitu kuat, sosok itu masih bisa melanjutkan pelatihannya. Setelah beberapa waktu ber
Pagi hari buta, tampak seseorang sedang mandi di sungai yang ada di area gunung Agung. Sosok pemuda itu sangat asyik berenang renang di sungai yang tampak dingin akibat embun pagi. selain itu, area sungai tampak sedikit berkabut, menambah suasana sejuk di pagi hari. “Brrrr! Sungguh menyegarkan mandi pagi.” Surya yang kemarin malam baru saja menyelesaikan pelatihan tahap pertamanya, kini tampak lebih bugar. Dia tidak terlihat kedinginan sama sekali. “Tampak Nya tubuh ku benar benar menjadi lebih baik, biasanya aku akan merasa sedikit kedinginan, namun saat ini aku tidak merasa kedinginan sama sekali.” pemuda itu terus berenang renang di dalam sungai yang dingin itu. dia sesekali akan berpose aneh di dalam air. Surya bahkan menggunakan bentuk harimau gendut dan harimau humanoid nya Ketika berenang. Peristiwa itu berlanjut hingga matahari sedikit menampakkan sinarnya. Melihat ke arah langit, pemuda itu bergumam. “Tampaknya sudah waktunya untuk berangkat ke bengkel.” Sosok anak
Di bengkel datuk merah, tampak seorang pemuda sedang melihat ke arah sebuah teko dengan sangat khusyuk. “Aku yakin benda ini bertuliskan dengan bahasa yang sama dengan buku terakhir kali,” Surya berfikir dengan percaya. Pemuda itu Kembali mengingat tentang kejadian beberapa saat yang lalu, pada saat itu Surya tanpa sengaja bertemu dengan dua orang yang saling menyerang di bukit saat ia sedang mencari bijih besi. Dia sama sekali tidak mau ikut campur pada awalnya, namun pihak lain terlalu bernafsu ingin membunuh Surya, karena alasan bahwa surya telah melihat aksinya membunuh pihak lain. Meskipun terkejut, Surya saat itu tidak berpikir panjang selain menyelamatkan diri dari sosok itu. sosok itu sekuat dirinya, namun karena ketidaktahuan pihak lain, dia bisa dengan mudah membunuh sosok itu. Surya tidak berharap keuntungan pada awalnya, namun setelah bertarung dengan orang itu Surya mendapat beberapa hal. Diantaranya dua buku yang memiliki jurus dengan corak yang sama, dan juga satu bu
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga