Di bengkel datuk merah. Surya sedang melakukan gerakan set yang telah dia hafal. Kini tubuhnya bisa melakuakn set lebih banyak dari hari sebelumnya. Tampaknya pertarungannya dengan mata mata sebelumnya benar benar membantu pelatihannya. “Tampaknya ini benar benar bukan ilusi, semoga aku bisa bertemu orang orang itu lagi dan memeras mereka sampai kering.” Surya berkata tanpa berpikir. Saat Surya hendak berdiri, indranya terusik Ketika merasakan ada orang yang menghampiri dirinya. Meskipun terlihat tenang dan tidak menunjukan fluktuasi bermusuhan, Surya tetap siap untuk menyerang. Namun kekhawatiran Surya itu tampaknya tidak perlu, sosok itu dengan ramah berakta. “Apakah ini bengkel datuk merah?” kata sosok yang tampak tua dengan ramah. “Iya ini bengkel datuk merah.” Sebenarnya tidak perlu untuk bertanya apakah ini bengkel datuk merah atau bukan. karena setiap orang di kota pasti tau tentang kakek eksentrik ini. namun tampaknya pihak lain hanya bertujuan untuk basa basi dan menca
Aulah besar keluarga bareh tampak ramai dengan beberapa orang yang sedang berkumpul. “Selamat datang di kediamanku, saya Aiya bareh, kepala keluarga bareh.” “Iya, saya Surya.” balas pemuda tegap. “Saya sangat berterimakasih kepada Surya, karena telah membantu anak saya keluar dari bencana.” “Hahahha tidak apa, itu hanya sebuah kebetulan saja bahwa saya sedang berjalan di area itu.” Kemudian kedua orang itu terus berbicara satu sama lain mempertahankan suasana yang canggung. Tiba tiba setelah beberapa saat, sosok pemimpin keluarga bareh yang tampan itu mulai berbicara tentang sesuatu yang membuat Surya tergerak. “Apakah kamu memiliki masalah dengan keluarga lado?” “Keluarga lado?” spontan bertanya dengan bingung. Tanggapan Surya yang sangat polos membuat kepala keluarga bareh bertanya. “Orang-orang yang kau lawan semalam adalah orang dari keluarga lado.” Jelasnya. Mendengar penjelasan pihak lain, Surya mau tidak mau berpikir dalam hati. “Orang keluarga Bareh memang sesuatu,
Di bengkel datuk merah. “Surya apakah kau mengerti rute ini?” tanya datuk merah sembari menunjuk arah di peta. “Baik tuk, Surya paham.” Surya berkata dengan percaya diri. “Baiklah bawa benda benda ini selamat ke tujuannya.” Datuk merah memerintah. “Siap datuk.” Kemudian, Surya mulai mengambil sebuah kain yang cukup lebar. Dia mulai Menyusun mangkuk mangkuk logam berwarna emas yang terdapat punuk tepat di tengahnya. Benda itu sangat mengkilap. Surya samar samar bisa melihat cerminan dirinya di mangkuk logam itu. Setelah menata rapi semua yang akan dibawanya, Surya mulai berpamitan ke datuk merah. Surya melangkah dengan pasti sebelum akhirnya keluar dari kota Dataran tinggi. ... Di rumah gadang keluarga lado. “Sumando, kami memiliki laporan yang cukup baik kali ini.” Mendengar kepercayaan diri pihak lain, Rian lado mau tak mau mengangkat alisnya dengan tatapan tidak percaya. “Semalam kami telah mengikuti Surya dari jarak yang sangat jauh. Pada awalnya kami tidak mendapati s
“Huhhh tampaknya kini aku benar benar harus lebih mengingat kata kakek tua itu,” kata sosok pemuda yang berjalan tenang di hutan bambu. Pemuda itu adalah Surya, dia baru saja mengantarkan pesanan yang telah di kerjakan oleh datuk merah. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa perjalannya kali ini mengubah sudut pandangnya terhadap dunia dengan cukup banyak. “Kira kira kakek tua itu sedang apa ya sekarang,” Surya bertanya spontan. Tampak di wajah pemuda itu sedikit penyesalan. Dia sangat rindu dengan pihak lain, seorang yang telah merawat Surya Ketika merasakan bahwa dunianya akan runtuh. Inyiak putiah kakek itu adalah cahaya hangat yang kadang tidak ingin di akui Surya, namun jelas kakek itu sangat berarti baginya. Surya entah mengapa semakin lama semakin merasakan sesak di dadanya. Dia sangat sedih. Surya bahkan tanpa sadar mengeluarkan air mata. Dia mulai teringat Kembali tentang masa lalunya yang ceria. Melihat senyum kedua orang tuanya. Dan juga dia mulai mengingat hari hari ya
Di jalan menuju kota dataran tinggi, Surya memiliki perasaan campur aduk. Sebenarnya dia masih belum bisa mempercayai apa yang telah dialaminya baru baru ini. Tidak sampai satu hari dia meninggalkan dataran tinggi untuk mengirim pesanan penempaan. Tapi pikirannya sudah terakumulasi menjadi berabad abad lamanya. Dia kini merasa layaknya seorang kakek tua yang terjebak di dalam tubuh anak muda. “Huft biarlah, lagipula tidak ada yang bisa aku lakukan.” Surya terus berjalan hingga sampai ke kota dataran tinggi. Di perjalanan, dia merasakan perasaan hangat. Tampak sudah lama sekali dia merindukan suasana jalan ini. Meskipun Surya tidak menginginkannya, otaknya terus memutar kejadian kejadian aneh hari ini. Dia tiba tiba teringat akan perkataan pihak lain sebelumnya. “Sudah lama aku tidak melihat benih yang begitu bagus.” Kata paruh baya misterius tanpa ekspresi Ketika memukul kepala Surya. Surya bertanya tanya apa maksud pihak lain mengatakan itu. Dengan konsentrasi tinggi untuk men
Bengkel datuk merah yang berada di salah satu sudut kota Dataran tinggi tampak ramai dengan orang. Ekspresi orang orang itu terlihat kesal karena sebuah alasan. Orang orang itu tampak menggunakan pakaian yang sama, karena telah lama geram dengan perilaku pihak lain. Kelompok itu tanpa pemberitahuan menyerang bersama ke satu arah. “Hiyaaaa.” Teriakan tinggi mulai terdengar. Seolah efek domino, orang orang lain yang ada di sekitar juga merasakan api semangat yang membara setelah teriakan itu. Selusin serangan semakin mantap menuju ke arah di mana seorang pemuda tegap berdiri. Pemuda itu tidak lain ada adalah Surya. Sementara Surya masih dalam keadaan diam. Sosok pemuda di sudut tampak tersenyum puas. “Hahahahah mungkin kau bisa mematahkan serangan waktu itu, tapi bagaimana dengan ini? selusin orang pasti akan bisa mematahkan tulang tulang mu hingga menjadi bubur,” katanya puas. Awan lado mengingat kejadian dimana dia dipukul oleh Surya. dia jelas sangat membenci pemuda tegap itu.
Disalah satu ruangan yang tampak luas, sekelompok orang menjadi hening ngeri melihat ke arah seorang pemuda. Pemuda itu adalah Surya, dia juga merasakan perasaan keriris. Pihak lain entah bagaimana tahu identitas yang telah lama Surya sembunyikan. Awan lado melihat Surya dengan tatapan puas. “Hahahaha, apa yang akan kau lakukan sekarang bocah sombong?” pikir Awan dalam hati. Melihat Surya yang ragu ragu, kerumunan menjadi semakin curiga. Tidak terkecuali tetua kelima. Dia juga sedikit berkonflik ketiak melihat Surya. “Apakah dia benar benar siluman yang mengganggu kota?” Dengan ekspresi bertanya, tetua kelima bertanya. “Apakah yang dituduhkan Awan adalah kebenaran?” “Ini...” Surya sedikit ragu. Kelompok yang ada di ruangan itu kini yakin dengan kecurigaan mereka. “Jika tidak, mengapa dia begitu khawatir?” Semua orang secara garis besar memikirkan hal yang sama. Melihat hal ini, anak berambut landak mulai berteriak. “Sial, apa yang harus kita lakukan jika ada siluman yang
Di aula ruangan yang cukup besar, tampak sosok mahluk yang sangat tirani sedang berhadapan dengan seorang gadis. “Ini...” Surya tampak berkonflik Ketika melihat pihak lain. Sementar itu, Sinta yang dari tadi sudah berada di sekitar Surya dalam waktu yang cukup lama masih menunjukan mata bundar yang berkilauan. Dia seperti seorang gadis kecil yang sedang mendambakan untuk membeli segudang permen. Surya tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap pihak lain. Dia tidak pernah mengira akan di bantu oleh orang yang selalu mengacaukannya. Sementar itu, sosok yang terluka terbaring di tempat tidur hanya bisa menahan nafas. Dia sudah menjadi menyesal sejak lama. dia tidak akan pernah berpikir bahwa orang yang sengaja mereka singgung adalah sosok harimau yang benar benar sedang berjongkok dalam artian sebenarnya. “Huft sial! ini tidak sepadan. Apa yang harus aku lakukan.” Sosok itu mengutuk. Dia dengan sangat susah payah menahan nafasnya untuk menyembunyikan keberadaannya dari pihak lain
“Argh!!!”Seorang pemuda berbadan tegap kini tengah meringkuk buruk di tanah. Sosok itu terus saja bergetar dengan hebat seolah tak terima atas rasa sakit yang dirasakannya.Badan tubuh sosok pemuda tegap itu menegang dengan warna merah merona seperti kepiting rebus yang telah dimasak dalam waktu yang lama.Urat-urat tubuhnya yang sudah menonjol sejak awal kini mulai menggeliat seperti cacing yang menginvasi daging di bawah kulitnya.Semakin lama Surya meringkuk dengan gelisah di tanah, semakin pula rasa sakit yang aneh itu menyiksa tubuhnya.Samar-samar Surya menebak bahwa hal yang telah muncul di punggung tangannya adalah sebuah masalah yang dihasilkan setelah dia bersentuhan dengan mayat milik Abar sebelumnya.Hanya pemuda itulah yang terkait dengan beruang, dengan ini, tato beruang yang muncul di punggung tangan Surya jelas berasal darinya.Dengan ini Surya sedikit merasa pahit di mulutnya, dia menyesal karena telah terlalu serakah menjarah mayat pihak lain sebelumnya.Namun meski
Surya yang telah begitu susah payah melawan kelompok organisasi kejam sebelumnya sama sekali tak ingin merugi.Pemuda yang memiliki badan kokoh itu langsung saja bergerak maju ke arah badan mayat kelompok orang yang telah dibunuhnya sebelumnya.Hal itu terus saja berlanjut hingga akhirnya Surya sampai di tubuh Abar yang tanpa kepala.Dengan pergerakan ringan, Surya langsung saja menggeledah tubuh pihak lain tanpa sedikitpun sopan santun.Pada awalnya Surya bisa mencari dengan begitu mudahnya seolah tengah melakukan hal yang remeh, namun beberapa saat kemudian, ada sebuah gejolak aneh yang muncul dari tubuh tanpa kepala milik Abar.Surya yang begitu dekat dengan tubuh pihak lain merasakan Krisis yang aneh.Pemuda itu sama sekali tak percaya bahwa mayat tanpa kepala itu bisa mengancam Surya, namun seiring berjalannya waktu, perasaan mencekam dan krisis itu teru saja menebal membuat Surya tak enak hati.Surya akhirnya menjauh karena dia ingat bahwa instingnya begitu jarang memiliki kesal
“Badum… badum… badum…” Suara detak jantung yang begitu keras terdengar di dada seorang pemuda kacau. Sosok pemuda itu tak lain adalah Abar yang tengah melihat ke arah seorang pria yang memiliki usia yang hampir sama dengannya. Abar melihat pihak lain dengan begitu takut seolah pihak lain telah menanamkan trauma mendalam kepadanya. Tubuh abar begitu layu, ingin sekali meleleh dan jatuh ke tanah meskipun dia sudah terduduk dengan kacau sekarang. “Tuk tak tuk…” Suara langkah kaki yang pelan dan ringan terdengar seperti teriakan monster di telinga Abar, pemuda kacau itu terus saja menyusut saat suara langkah kaki yang ringan itu semakin jelas di telinganya. Abar bisa melihat dengan jelas senyum hangat dari pemuda tegap yang tengah berjalan ke arahnya. Meskipun terlihat begitu bersahabat, entah mengapa Abar begitu enggan melihat senyum cerah yang ditampilkan oleh pihak lain. Hal ini terus saja membuat Abar frustasi, karena putus asa, pemuda kacau itu mulai membuka mulut untuk bersua
“Swoosh~” “Dum… dum… dum…” Suara ricuh terus saja bermunculan saat dua telapak tangan yang mirip saling berbenturan. Kedua telapak tangan dari dua belah pihak itu tampak mirip namun berbeda. Hal ini seolah telapak tangan itu milik dua orang yang bersaudara. “Bahkan kekuatannya sama!” teriak Kakhi berseru kaget. Kakhi pada awalnya berpikir bahwa dia sedang berhalusinasi. Bagaimana bisa musuh yang belum pernah ditemui bisa menggunakan serangan yang mirip bahkan hampir sama dengan serangan yang telah didapat kelompoknya. Namun sekarang, setelah kakhi melihat dengan jelas aura dan juga dampak serangan, sosok itu hanya bisa bertanya dalam hati. “Apa maksud conqu suci? Apakah kita sedang dipermainkan?” katanya kesal menatap kedepan. Kedua raksasa besar itu terus saja beradu, mereka begitu sengit karena memiliki kekuatan yang hampir sama, namun meskipun begitu tetap saja ada celah kecil antara kekuatan keduanya. Di saat seperti ini, perbedaan yang sangat kecil sekalipun bisa berdampak
Serangan demi serangan mulai bergerak dengan indah dan kacau menuju ke satu arah, bersamamaan dengan kilau-kilau yang memukau itu, sejumlah besar suara ricuh mulai mengacaukan are sekitar. Seolah sebuah badai akan terjadi, debu-debu dan pepohonan di sekitar mulai terangkat akibat momentum yang diciptakan. Sekelompok orang yang tampak menyerang dengan sembarangan itu kini membentuk sebuah pola yang rumit namun beraturan. Kelompok itu kini melakukan serangan formasi yang telah mereka latih sebelumnya, kini bahkan momentum yang ditunjukkan kelompok orang itu benar-benar seperti monster kuno yang menakutkan. Surya yang melihat hal ini dari kejauhan jelas takjub dan juga terkejut, dia tak pernah membayangkan akan melihat hal yang begitu hebat menyerang ke arahnya. Samar-samar ada gambaran seorang laki-laki putih bersih dengan sepasang sayap indah yang mulai menerjang ke arah Surya. Hal itu terlihat sangat kuat! Namun meskipun begitu, Surya sama sekali tak mengendur. Pemuda berbadan t
“Swosh!”Suara deru angin mulai terdengar saat seorang pemuda melesat dengan kencang menuju ke satu arah.Setelah beberapa saat melesat, sebuah suara benda jatuh mulai terdengar di telinga sekelompok orang di sekitar.“Pluk.”Suara itu tidak begitu besar dan juga sangat terendam, namun meskipun begitu, suara jatuhan itu bisa didengar dengan jelas oleh setiap orang.Kelompok yang sudah lama terpaku melihat ke arah belakang mereka hanya bisa menajamkan mata seolah tak percaya.Sosok yang membawa Abar di tempat ini telah benar-benar kehilangan kepala, di sebelah Abar hanya menyisakan seorang sosok tanpa kepala.“Pluk!”Seolah batu kecil yang bisa membuat seluruh gunung es menjadi longsor, suara kecil jatuhan yang baru saja terdengar itu membuat hati setiap orang yang ada di area sekitar menjadi runtuh.Suara terjatuh itu jelas berasal dari tubuh tanpa kepala sebelumnya.Abar yang juga tersadar akan hal ini hanya bisa melihat ke arah mayat tanpa kepala yang ada di dekatnya dengan tatapn t
Abar dan sosok lain yang ada di sebelahnya tampak mematung saat melihat sekelompok orang yang tengah berlari tidak jauh dari dirinya.Abar pada awalnya berpikir bahwa teriakan sebelumnya adalah kode atau semacam teriakan serangan khusus, namun setelah melihat sekelompok orang yang berlari menjauh dan tak berniat untuk menyerang, hanya membuat Abar menjadi terpana.“Apa situasinya?” Abar tanpa sadar bergumam sendiri.Sosok yang sedari tadi berada di sebelah Abar juga tampak bingung, dia juga ingin bertanya hal yang sama dengan apa yang baru saja di gumamkan Abar sebelumnya. Namun hal itu terhenti karena sebuah batu yang ada di tangannya mulai bergetar.Sosok yang memegang batu itu mulai melihat isi pesan dari batu itu dengan wajah yang aneh, seolah ada hal yang mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat melihat isi pesan dari batu komunikasi miliknya, sosok yang tampil dengan wajah aneh itu tiba-tiba saja merubah raut wajahnya.Sosok itu langsung saja berlari dengan gila-gilaan saat
Di sebuah area hutan yang lebat, sekelompok orang tengah berlari dengan gila-gilaan menuju ke satu arah. “Sial! Apa yang membuat orang itu sampai-sampai mengirim pesan darurat seperti ini?” tanya Kakhi saat berlari sambil melihat sebuah batu yang ada di tangannya. Beberapa saat lalu, kakhi jelas telah sepakat untuk membantu Abar berurusan dengan musuhnya, dengan ini Kakhi yang merupakan salah satu orang yang di percayai tuannya salah satu si bengis menyuruh beberapa orang untuk ikut dengan Abar. Dia berharap beberapa lusin orang itu bisa dengan mudah menjatuhkan lawannya. Namun selang beberapa saat yang singkat, sosok itu malah mendapat pesan di batu komunikasi dengan notifikasi cahaya. Biasanya batu hanya akan bergetar saat salah seorang mengirim pesan. Hal ini merupakan notifikasi umum. Dan ini sangat jelas bagi para anggota dari kelompok itu. Namun hal yang dilihatnya kali ini membuatnya sedikit panik, cahaya hanya akan keluar jika hal yang dikirimkan dalam batu komunikasi bena
Serangan yang kuat dan sejumlah orang melaju dengan cepat ke arah seorang pemuda. Kelompok orang itu begitu besemangat seolah telah di suntik oleh narkoba. Sementara itu, pemuda yang telah menjadi arah serangan itu terkejut sebentar sebelum akhirnya Kembali tenang dan tenang. Sosok Abar yang melihat ini dari kejauhan hanya bisa mencibir. “Cihhh, tidak ada gunanya berlagak keren sekarang!” Sosok Abar berkata penuh dengan kebencian pada awalnya, namun setelah beberapa saat, Surya yang awalnya mematung seolah ketakutan itu tiba-tiba saja bergerak. Dengan seuara tebasan pedang yang jelas tajam, sejumlah kepala munusia terbang kemudian jatuh dengan buruk ketanah. Setelah itu, sejumlah tubuh kaku yang jelas-jelas merupakan tubuh kelompok yang sebelumnya menyerang mulai jatuh dengan layu satu persatu. Abar yang melihat ini langsung saja menjadi negri. “Ahhh apakah dia sekuat ini? tidak mungkin! tidak mungkin” Pemuda itu dengan panik berterika. “Tidak-tidak kalian semua serang, janga