Share

Bab 30

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2021-06-13 07:08:56

Aku tahu, buku itu memang jendela dunia, dan banyak membaca bisa memperbanyak wawasan.

Namun, selama ini aku hanya tau itu adalah kutipan dalam sebuah pelajaran, agar murid-murid gemar membaca atau ... anggap saja jargon tukang buku biar laris.

Nah, kalau untuk real life. Aku baru menemukan semua itu dari Ratu Isabella. Karena jujur saja, aku ini termasuk penganut, lihat tulisan aja udah ngantuk. Hehehe ... jangan ditiru, ya?

Makanya, bagi aku tuh, semakin banyak ketemu buku, itu bukan semakin pintar, tapi semakin mumet dan mual liatnya. Makanya aku sering ketiduran kalau sudah dapat tugas menyalin, merangkum, apalagi membuat karangan.

Udahlah, aku memang payah untuk hal itu.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Fatullah Dul
ceritanya sih pendek...tapi di buat kayak benang kusut...dari bahasa cocok untuk ABG...ga cocok sama tokohnya yg kuliahan
goodnovel comment avatar
dee4yu
Kebanyakan naratif ya ceritanya, jd suka lupa alur, kebanyakan omongan dari hati, jd berasa bukan baca novel tp baca diary
goodnovel comment avatar
Lila Yanti
kayak curhat gak sih ceritanya .. jdi capek baca itu aja sampai lupa alurnya lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 31

    “Intan!” Astagfirullahaladzim ... Aku pun langsung berlonjak kaget, dengan napas yang memburu dan jantung bertalu cepat sekali. Saat kesadaranku kembali menyapa. Astaga! Tadi itu apa? Kenapa rasanya sesak sekali? “Hey, Intan. Kamu kenapa?” Aku langsung melirik sumber suara itu, kemudian menghela napas lega diam-diam. Saat menemukan keberadaan Pak Dika di sebelahku. Alhamdulilah ... kayaknya tadi cuma mimpi aja. “Kamu mimpi buruk, ya?” Pak Dika menepikan mobilnya dan langsung meraih sebuah botol air mineral di samping pintu. “Minum dul

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 32

    “Kamu ... apa?” tanya Pak Dika, menatapku horor saat aku terpaksa memberitau keadaanku saat ini. Soalnya ... Ya, mau gimana lagi? Masa aku nyender mobil Pak Dika terus kayak gini. Emang aku satpam! Sekalipun aku nggak bilang, pasti Pak Dika lama-lama curiga ‘kan? Makanya, ya ... mending aku kasih tahu aja sekalian, kadung malu. “Saya tembus, Mas. Ih, musti aja di ulang.” Aku gemas, karena Pak Dika malah terlihat shock seperti itu. Padahal dia udah pernah nikah, masa yang begini aja nggak tahu, sih? “Mas jangan diem aja dong. Ini gimana? Saya nggak bisa ke mana-mana kalau kayak gini. Mana ... kayaknya banyak lagi. Aduh, becek banget tahu. Nggak enak rasanya.”

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 33

    “Heh, calon penganten! Lo ngapa ngelamun mulu? Kesumbat lagi lo?” “Kesambet Nur, bukan kesumbat. Lo kira WC di kosan lo. Kerjaannya mampet mulu.” “Ih, biarin, sih. Mulut-mulut gue, ngapa elo yang ribet coba?” “Ya, tapi ‘kan nggak enak dengarnya.” “Ya nggak usah dengar. Tutup kuping. Kalau perlu minggat! Gitu aja musti diajarin, heran gue.” Aku pun akhirnya hanya bisa mendesah dalam, saat bukannya membantu mengurangi kegalauanku, dua Nur itu malah semakin membuatku pusing dengan debatan mereka. Asli! Aku mumet banget lihatnya. “Gue duluan!” Daripada semakin mumet bin pusing, aku pun

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 34

    “Intan! Keluar lo pelakor!” Uhuk! Aku pun langsung tersedak minumanku sendiri. Saat mendengar teriakan lantang itu di halaman rumahku. Apa lagi ya, Tuhan? Baru saja memulai hari. Ada saja yang udah bikin mood ancur kayak gini. Nyebelin banget sumpah! “Intan! Keluar lo, Perek! Beraninya lo nikung gue ya? Nggak laku lo sampai ngerebut inceran gue?!” Allahhurobbi .... Nggak bisa dibiarin kalau kaya gini! “Tan!” Baru saja aku berdiri dari kursi makanku.

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 35

    “Pacarku memang dekat. Lima langkah dari rumah.” “Asek-asek, jos!” “Tak perlu kirim surat, sms juga nggak usah.” “E', e', e' ah!” “Kalau rindu bertemu. Tinggal nongol depan pintu.” “Icikiwir!” “‘kangen tinggal melambai. Sambil bilang, hallo sayang.” “Ae, ae, ae, ae. Tarik, Sist! Semongko! Ah, mantap!” “Jujur sa su bilang, kalo sa ni tara tau.” Aku hanya bisa mendesah berat, sambil memijat kepalaku yang mendadak migrain melihat tingkah ajaib duo Nur in

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 36

    “Bell! Bella? Heh, tungguin elah! Bella?!” Aku pun hanya bisa berdecak kesal. Saat Bella mengindahkan panggilanku tersebut. Rese memang tuh anak, kalau ngambek nggak tahu tempat. Ngambek? Iya, benar! Bella memang lagi ngambek sama aku, karena gagal main ice keating seperti keinginan dia. Bukan karena aku menolak ajakan bapaknya OTW ke Mall. Tentu saja, karena kami sudah ada di Mall ini dan udah muter-muter ngejar Bella yang ngambek nggak ketulungan. Lalu karena apa? Semua karena pas kami datang, tempat yang Bella

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 37

    Sebenarnya, kakiku ini nggak papahtahu. Cuma kram biasa dan hanya butuh dilempengin bentar. Yah, pakai koyo ajalah, kalaau masih nyut-nyutan dan greges dikit. Akan tetapi, entah karena merasa bersalah atau karena apa. Si Bella lebay banget jadi nggak mau jauh dari aku, bahkan nggak mau pulang sejak pulang dari Mall tadi itu. Nggak papah sebenarnya, sih. Aku santai aja selama dia nggak ngerusuhin kamarku. Namun, bukan Bella ‘kan namanya, kalau bisa anteng dan nggak banyak tingkah. Karena alih-alih mengungkapkan rasa bersalahnya dengan tindakan mulia, misalnya pijitin aku atau apa gitu. Si Bella malah mengacau tidurku dengan bacain semua buku yang ada di meja belajarku. Asli,

    Last Updated : 2021-06-13
  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 38

    Pak Dika :Tan, saya ada kerjaan di luar kota tiga hari. Titip Bella ya? Aku langsung mendesah berat dan memijat kepalaku yang mendadak pening, saat melihat notif chat dari Pak Dika siang itu. Ya, gimana nggak mendadak pening coba? Kalau aku harus mengurusi Bella selama kepergian Pak Dika. Kalian tahu sendiri ‘kan bagaimana polah bocah kutil itu? Mana aku lagi UAS lagi. Ya ... pastinya bakal semakin puyeng kalau harus nyambi ngurusin si Bella. Me :Emang, orang tuanya Mas ke mana? Aku pun membalas chat itu, sambil berjalan mengekori duo Nur yang masih heboh membahas soal UAS. Biasalah, apa yang dihafalin, nggak ada yang nongol satu pun. Giliran yang nggak dihafalin nongol semua. Jadinya ya ... mereka pada kesel sendiri. Pak Dika :Ada. Lah kalau ada, kenapa harus aku, sih, yang dititipin? Kayak nggak tahu aja gimana hubungan aku sama Bella selama ini? Pak Dika sengaja mau bikin aku nggak konsen belajar? Me :

    Last Updated : 2021-06-13

Latest chapter

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Extra part 2

    Mahardika POV“Mas, sarapannya udah siap!”“Iya, sebentar.”Sekali lagi, aku pun merapikan tampilanku dan memastikan kalau semuanya sudah terpasang sempurna. Setelah itu, aku langsung bergegas turun memenuhi panggilan istriku tadi.Istriku? Ya! Barusan yang tadi memanggilku memang adalah istriku. Namanya Intan Mulia Mardani. Mahasiswi cantik yang dulu tinggal di samping rumahku.“Bella nggak mau Mama!”“Nggak pakai ya, Bell! Pokoknya kamu harus belajar!”“Tapi Bella nggak suka.”“Ya, belajar sukalah!&rdquo

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Extra part 1

    Bella POV“Bell, dimakan dong, Sayang. Jangan cuma diacak-acak terus. Nanti nasinya nangis loh.”Bodo amat! Nangis juga bukan urusan Bella. Bagus malah. Biar Bella ada temannya.“Bella, Sayang. Kamu kenapa, sih? Masih marah karena kita pindah ke sini atau ada yang menggangu kamu di sekolah barumu?”Semuanya benar! Bella memang masih kesal, karena tiba-tiba harus pindah ke sini, ke lingkungan yang banyak orangnya. Juga, harus sekolah di sekolah baru, yang nggak keren sama sekali.Hanya saja lebih dari itu, Bella kesal karena Papa selalu saja sibuk, bahkan di weekend seperti ini pun

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 51

    Aku membuka mataku dengan tidak ikhlas pagi ini. Seluruh tubuhku rasanya ngilu dan sakit saat digerakkan. Rasanya, aku seperti baru saja menjadi korban tawuran antar kampung. Benar-benar remuk redam.Namun, yang paling terasa ngilu di antara semuanya adalah area pangkal paha. Rasanya seperti ada setrum setiap kali aku bergerak.Ah, tempat itu. Aku ingat. Semalam dia juga sempat mengeluarkan darah, saat Pak Dika pertama kali menerobosnya.Ya! Akhirnya, setelah sekian purnama dan ribuan halangan yang membentang, Pak Dika pun akhirnya berhasil buka puasa semalam, bahkan sampai nambah berkali-kali.Lebay ya aku? Emang! Hanya saja aku serius ini. Memang setelah menikah, kami tak bisa langsung menikmati malam pertama.Ada aja halan

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 50

    Sebenarnya, mataku masih sangat perih untuk dibuka. Namun, kecupan bertubi di pipi dan leherku sangat mengganggu sekali. Membuatku mau tak mau terbangun, dan mulai mengerjapkan mata demi mengumpulkan kesadaranku.Ck, sialan! Siapa, sih, yang gangguin aku tidur? Nggak tahu apa, kalau badan aku capek banget, abis jadi ratu seharian tadi.Aku butuh tidur!CupCupCupCiuman itu semakin membuatku merinding, karena kini sudah sampai pada belahan dadaku.Nggak hanya itu saja, aku bahkan merasakan sebuah rasa dingin mulai merayap naik dari bawah kaos tidurku. Terus naik, naik dan naik hingga ....

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 49

    Bella nih emang rese banget, sumpah!Padahal dia sendiri yang minta adik cepat, tapi dia juga yang berkali-kali menggagalkan proses pembuatannya.Menyebalkan banget ya ‘kan?Lebih dari itu, aku kasihan sama Pak Dika juga. Soalnya, dua kali lho pria itu harus berhenti saat nanggung. Nggak bisa aku bayangkan gimana sakitnya tuh, hihihi .…Rasanya, pasti seperti siap-siap mau bersin. Eh, malah digagalin teman. Jengkelnya sampai ke ubun-ubun.Akan tetapi mau gimana lagi? Kami nggak bisa mengabaikan Bella dan malah asyik sendiri dengan urusan kami ‘kan?Sekarang ini dia anak kami dan tentu nggak boleh mengabaikannya. Untung, Pak Dika lumayan paham akan hal itu dan si

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 48

    “Njir! Akhirnya bisa rebahan juga!” seruku girang. Sambil melemparkan diri ke atas tempat tidur sembarangan.“Tan? Language, please!” tegur Pak Dika, yang baru saja menutup pintu di kamar kami.Ah, iya. Aku lupa kalau sekarang lagi sama dia. Akhirnya aku pun melirik ke arahnya, dan langsung nyengir konyol sambil bangkit untuk duduk kembali.“Maaf, Mas. Refleks,” cicitku kemudian.Kukira, dia awalnya akan mengomel dan menceramahiku seperti biasanya. Namun, yang terjadi dia hanya m

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 47

    Acara pun beralih pada resepsi, di kebun belakang. Seperti yang aku bilang. Enaknya nikah sama tetangga itu tuh kaya gini. Kita nggak harus sewa gedung mahal-mahal.Soalnya, dua rumah jadi satu aja. Udah lebih dari cukup untuk menampung banyaknya para tamu yang hadir.Sebenarnya, acara resepsi ini konsepnya sederhana dan santai, mengikuti kemauanku yang ingin pesta ala remaja modern dan nggak mau ribet. Makanya, tema kali ini kami pakai garden party yang santai banget.Aku aja cuma pakai gaun pengantin simple selutut, dengan akses yang nggak terlalu glamor, tapi tetap chick

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 46

    “Njir, laki lo cakep banget, Cuy. Jadi pengen jadi pelakor.”Aku sontak meremas kuat lengan Nurbaeti, sampai dia meringis tertahan. Saat seenaknya dia ngomong seperti tadi. Enak aja! Baru sah, masa udah ngadepin setan rumah tangga alias valakor!Mana valakornya teman sendiri lagi. Oh, tidak! Aku nggak mau hidupku sampai kayak di sinetron ikan terbang ya?“Nyet, dengar kenapa. Nunduk mulu. Nyari apaan, sih, lu? Duit koinan ya?”Ini lagi satu si Nurhayati. Nggak ngerti banget apa yang aku rasain. Ya kali aku harus bikin pengumuman, kalau aku lagi grogi parah. Makanya aku nggak berani lihat ke depan.Iya benar. Aku memang grogi parah saat ini. Itulah kenapa dari mulai keluar kamar sampai menunju mimbar te

  • Tante, mau kan jadi Mamaku?   Bab 45

    Akhirnya, hari besar itu pun tiba setelah satu minggu ini aku menjalani pingitan dan segala macam adat yang harus aku laksanakan. Kini, di sinilah aku sekarang. Duduk gelisah di pinggiran tempat tidur, menunggu dengan harap-harap cemas kabar dari ruang tamu rumahku.Kabar apa?Ya, apalagi? Tentu saja aku menunggu kabar selanjutnya dari prosesi ijab qabul yang sedang Pak Dika lakukan.Duh ... kira-kira lancar nggak, ya?“Nggak usah grogi gitu ngapa, Cuy. Gue yakin Pak Dika pasti lancar kok, ngucapin ijab qabulnya. Secara, dia ‘kan udah pernah melakukannya. Jadi ... pasti udah bukan hal berat lagi buat dia mengulanginya.”Entah aku harus bahagia atahu menangis mendengar celetukan Nurbaeti tadi. Soalnya, dia tu

DMCA.com Protection Status