Share

BAB 3

Author: Mee Chasanah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mendekati jam pulang sekolah, aku terus merasa khawatir.

Bagaimana tidak? Aku terus berpikir bahwa aku adalah seorang pembunuh. Meski begitu pikiranku terus mencari pembelaan.

Bukan. Aku bukan pembunuh. Kathia sendiri yang meminumnya, aku sudah mencegahnya.

Aku melihat ke arah kiri, tepat di mana Kathia sedang duduk bersama Nita. Aku memperhatikannya yang sedang menyalin apa yang ditulis di papan tulis oleh seorang sekretaris kelas ke dalam buku miliknya. Saat ini di kelasku sedang ada jam pelajaran kimia. Biasanya aku selalu bersemangat, saking semangatnya aku akan menulis lebih cepat dari biasanya.

Namun untuk kali ini tidak. Rasa takutku mengalahkanku. Jangankan untuk fokus, berpikir pun aku tidak bisa. Pikiranku seperti sedang diambil alih oleh superegoku yang terus menerus menyalahkanku. Dia terus berbicara bahwa aku salah, sementara aku terus menerus membuat pembelaan bahwa aku tidak salah.

Di dalam diriku seperti sedang terjadi peperangan yang hebat. Hal itu berdampak pada diriku sendiri yang kini sudah mulai merasa pusing diikuti dengan jantung yang berdetak dengan cepat, tubuhku juga mengeluarkan keringat, suhu badanku terasa panas dingin, napasku pun terasa sesak dan aku mulai kesulitan untuk bernapas. Aku merasa aku sedang sakit, namun dipandangan orang lain aku terlihat baik-baik saja.

"Fey, kau tidak menyalin tulisan di papan tulis ke bukumu?"

"Eh?" aku terkejut saat teman sebangku ku, Gita, bertanya kepadaku. "Aku sedang malas untuk menulis," jawabku.

Gita tampak menganggukkan kepalanya mengerti, kemudian ia lanjut menulis di bukunya.

Aku pun kembali memperhatikan Kathia, melihat apakah sudah ada tanda-tanda ia mulai keracunan. Seperti dugaanku, ia tampak baik-baik saja seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi aku tidak tahu kapan racun itu akan bereaksi. Mengingat dosisnya yang tinggi, maka Kathia akan mengalami hal yang paling mengerikan selama sisa masa hidupnya. Ia akan terus merasa sakit layaknya orang yang sedang sakit kanker stadium akhir. Membayangkannya yang akan mengalami hal seperti itu membuatku menjadi tidak tega. Dalam hatiku aku terus merasa bersalah. Mau bagaimana pun aku tidak pernah berniat membunuhnya. Sekesal apa pun aku padanya, bagaimana pun sifatnya aku tidak pernah benar-benar membencinya. Tapi siapa yang akan percaya padaku bahwa aku tidak ada niatan untuk membunuhnya? Bahkan meskipun sekarang aku memberitahunya bahwa minuman yang tadi dia minum itu telah dicampur racun, dia pasti akan akan menyalahkanku dan melaporkan aku ke polisi. Tak hanya itu, orang-orang juga pasti akan menyalahkanku dan mulai menyebar berita bohong tentangku. Ingin melaporkan ke dokter pun juga percuma, karena racun itu tidak ada obatnya. Memikirkan semua itu benar-benar membuatku ingin muntah.

Beberapa menit berlalu dengan aku yang masih sibuk berpikir tentang keadaanku ke depannya jika aku mengatakan yang sesungguhnya. Kini jam pulang sekolah pun berdenting, semua teman kelasku membereskan alat tulis mereka yang berada di meja lalu menaruhnya ke dalam tas mereka. Setelah selesai memberi salam kepada guru kimia yang mengajar, kami pun pergi meninggalkan kelas.

Seperti biasa, aku bersama dengan teman-temanku yang lainnya berjalan menuju parkiran sekolah. Sambil berjalan, kami biasanya mengobrol dan membahas tentang kegiatan kami sehabis pulang sekolah. Jika senggang, kami biasanya akan pergi main sebentar.

Tanpa aku duga ternyata mereka telah membuat rencana untuk pergi menonton film romantis yang baru saja dirilis. Tentu saja aku dengan tegas menolak. Tidak mungkin aku bisa bersenang-senang sementara aku tahu sebentar lagi temanku akan meninggal karena kecerobohanku.

"Ayolah Fey! Gak akan seru jika kau tidak ada."

"Ibuku akan marah jika aku main setelah pulang sekolah."

"Gimana kalo kaupulang saja dulu, setelah itu kau baru menyusul kami."

Sudah kuduga mereka pasti akan memaksa, bagaimana ini?

"Kathia," mereka berhenti membujukku ketika mereka mendengar suara seorang pria yang memanggil nama Kathia.

Aku kenal dengan suaranya. Suaranya sangatlah khas dibanding remaja laki-laki seusianya. Aku yakin itu pasti Kak Gara, Kakak dari Kathia.

Kulihat semua teman-temanku melihat ke arahku, tepatnya ke arah belakang punggungku. Aku menduga Kak Gara pasti sedang menuju kemari.

Aku pun berjalan mendekati Chalista dan berdiri di sebelahnya sambil melihat kedatangan Kak Gara. Sebenarnya bukan hal langka bagiku saat mendapati teman-temanku berdiam diri seperti patung ketika mereka tahu ada Kak Gara di sekitar mereka. Bisa dibilang semua teman-temanku menyukai Kak Gara, kecuali aku tentunya. Justru aku akan merasa heran jika Kathia tidak menyukai Kak Gara mengingat mereka hanyalah saudara tiri. Faktanya hubungan saudara tiri bisa berubah menjadi hubungan kekasih, dan itu sudah banyak terjadi di dunia ini.

"Ayo pulang!" ajak Kak Gara sesaat setelah ia berdiri dihadapan Kathia. Kuperhatikan setiap gerak-gerik temanku. Ada yang menunduk malu dan ada pula yang senyum-senyum, mungkin mereka berharap bahwa Kak Gara akan meliriknya.

Jika kuperhatikan memang akan aneh jika ada seorang gadis yang tidak menyukai Kak Gara. Predikat laki-laki baik dan cerdas telah menyertai dirinya ditambah ketampanan yang dimilikinya membuat gadis mana pun akan berharap bisa memilikinya. Kharismanya pun juga tidak dapat ditolak. Ke mana pun dia pergi, dia pasti akan selalu menjadi pusat perhatian karena aura positifnya tersebut. Aku memang sempat tertipu dengan tampang dan kharismanya, tapi itu dulu, sebelum aku pernah mengobrol serius dengannya.

"Tapi aku mau nonton dengan teman-temanku, Kak."

"Pulang dulu. Minta izin sama mama, kalo dibolehin baru boleh main."

"Iya, Kak. Kita juga mau pulang dulu kok. Mungkin agak sorean nanti kita nontonnya." Fannia menjawab dengan antusias. Di antara temanku yang lain, Fannia lah yang terlihat paling agresif dalam mendekati Kak Gara. Terbukti dengan pernyataannya sekarang. Padahal tadi dia yang paling keukeuh minta langsung pergi nonton tanpa harus pulang ke rumah terlebih dahulu.

"Yaudah deh Kak, ayo pulang!" Kathia pun menurut. "Aku duluan ya," dan setelahnya ia pamit kepada kami dan pergi berjalan lebih dulu dari Kak Gara.

Aku pun mengangguk seperti mempersilahkan Kathia untuk pulang duluan, padahal Kathia tidak sedang menatapku. Justru hal itu malah membuat manik mataku dengan Kak Gara bertemu yang kebetulan ia juga sedang tersenyum ke arah teman-temanku secara satu persatu, mungkin sebagai bentuk kesopanan, tapi aku malah menganggapnya sedang tebar pesona. Terdengar menuduh memang, namun bukankah itu yang selalu terjadi jika kita tidak menyukai seseorang? Apapun yang dia lakukan semuanya terlihat buruk di mata kita.

Setelah kepergian Kak Gara dan Kathia, teman-temanku pun juga mulai membubarkan diri. Namun sebelum mereka benar-benar pergi, aku pun menegaskan bahwa aku tidak bisa ikut dalam acara apapun yang mereka adakan hari ini.

"Yah ... gak seru banget dong kalo gitu," Nita tampak sedih hingga membuatku merasa tak enak hati.

"Maaf ya," ujarku dengan memasang wajah sedih juga. Sebenarnya aku muak berpura-pura dan berbohong seperti ini. Tapi biarlah, aku butuh ketenangan sekarang.

"Yaudah gapapa kalo gitu Fey. Tapi selanjutnya kau harus ikut main, ya?" aku tersenyum mendengar ucapan Chalista. "Iya, Ta."

Setelah percakapan kami selesai, kami pun langsung membubarkan diri. Begitu pula aku yang berjalan menuju parkiran sepeda. Mengambil sepedaku dan menaruh tasku ke dalam keranjang yang tersedia di depan. Setelah menaikinya, aku mulai mengayuh sepedaku keluar melewati gerbang sekolah yang masih terbuka.

Related chapters

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 4

    Sesampainya aku di rumah, aku pun langsung membersihkan diriku dan berganti baju dengan baju tidurku, meskipun sekarang masih sore. Ibuku pun terlihat sedang menonton televisi dan adikku pergi bermain di luar. Ayah dan Kakakku sedang pergi bekerja,itu artinya aku masih punya kesempatan untuk sendirian di kamar Ibuku Memang benar aku masih tidur dengan Ibuku, terdengar memalukan memang, tapi itulah faktanya dan aku tidak ingin teman-temanku tahu. Itulah sebabnya aku tidak pernah mengizinkan teman-temanku untuk bermain di rumahku. Rumahku ini terbilang sederhana, namun tidak sesederhana yang terlihat. Ayahku pemilik bengkel motor dan mobil yang lumayan terkenal di kalangan atas. Hampir setiap hari bengkel ayahku pasti ramai pelanggan yang ingin memperbaiki kendaraannya. Bersama dengan Kakak laki-lakiku, Kak Yuga, mereka membangun bengkel tersebut hingga bisa sampai berhasil seperti sekarang, dan kini sudah ada banyak karyawan yang bekerja di sana. Hal itu

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 5

    Hari demi hari pun berlalu, kini sudah tepat satu minggu setelah kejadian di mana Kathia meminum racunnya. Banyak hal yang sudah terjadi, namun tidak ada yang menyadari bahwa Kathia telah keracunan. Sambil menunggu kematian Kathia tiba, aku mempersiapkan alibi agar tidak dicurigai serta menghapus semua bukti-bukti yang ada. Aku yakin sesaat setelah kematian Kathia, semua orang pasti akan merasa curiga, terutama Kakaknya. Harus aku akui bahwa satu-satunya orang yang harus aku hindari adalah Kak Gara. Dia adalah orang yang paling berbahaya untukku. Itu sebabnya selama menunggu kematian Kathia, aku tidak boleh terlihat mencurigakan dihadapan Kak Gara. "Ikut lomba makan kerupuk enak kali ya," ujar Chalista saat kami sedang berkumpul di kantin sekolah guna membahas tentang acara lomba 17 Agustusan yang akan diadakan minggu depan. "Jangan! Lomba memindahkan tepung aja, kan pake anggota tuh, enam orang lagi anggotanya. Pas banget sama kita berenam," usul

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 6

    Bagiku menunggu kematian orang lain sama mengerikannya dengan menunggu kematian sendiri. Kita tidak pernah tahu kapan nafas terakhir kita akan berhenti. Bisa jadi besok, menit selanjutnya atau yang lebih mengerikannya lagi di detik selanjutnya. Setiap harinya di saat aku terbangun dari tidurku, aku selalu merasa takut, takut jika hari inilah hari kematian Kathia. Aku bisa merencanakan banyak hal, tapi tidak dengan kematian Kathia dan keadaan seperti apa yang akan menimpa Kathia di waktu-waktu terakhirnya. Terkadang saat Kathia menunjukkan gejala keracunan, yang tentu saja hanya aku yang menyadarinya, aku merasa panik karena merasa belum siap jika saat itulah waktu kematiannya tiba. Sebenarnya gejala racun itu tidak mirip seperti orang keracunan pada umumnya. Mungkin dibayangan kalian orang yang keracunan akan langsung meninggal di tempat, atau pada umumnya mulutnya akan mengeluarkan busa sebelum kematian menjemput. Tapi tidak dengan cara kerja racun ini. Racun ini ad

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 7

    Sepulang sekolah aku bersama dengan teman-temanku langsung menjenguk Kathia yang sedang dirawat di rumah sakit. Tak lupa kami pun juga membawa buah-buahan untuknya. Untuk sakitnya Kathia, kami sebenarnya tidak tahu karena Kak Gara yang tidak ingin memberitahukannya. Sebenarnya saat ini aku sedang merasa takut dan gelisah. Aku takut jika mereka akan melakukan berbagai macam tes untuk mengetahui penyakit Kathia. Bisa gawat jika mereka menemukan racun itu di dalam tubuh Kathia sekarang."Kak Gara," panggil Chalista. Saat ini kami sudah berada di koridor rumah sakit. Kami pun bertemu dengan Kak Gara yang terlihat sedang gusar, dan kami pun menghampirinya. "Kalian mau jenguk Kathia, ya?" tanyanya. Ia pun juga sudah merubah ekspresinya. Terkadang aku selalu terkagum dengan caranya yang bisa dengan cepat merubah ekspresinya dalam hitungan detik. "Iya Kak. Kathia di kamar nomor berapa ya kak?" tanya Fannia. "Ayo Kakak antar," ujarny

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 8

    Aku terbangun dengan keadaan kaget karena teriakan Ibuku. Aku pun melihat jam yang kini sudah menunjukkan pukul enam pagi. "Feyya cepat bangun, sudah siang!" teriak Ibuku lagi. "Iya bu, Feyya sudah bangun," jawabku. Aku pun mengucek mataku agar penglihatanku tidak lagi buram akibat baru bangun tidur dan menyesuaikan cahaya yang masuk di mataku. Di tengah ke sibukkanku menyesuaikan diri dengan kamarku, ponselku kerap kali berbunyi secara terus menerus membuatku menjadi terganggu karenanya. Pasalnya aku merasa heran pagi-pagi seperti ini mengapa grup chat sangat ramai sekali, dengan kesal aku pun mengambil ponselku di atas meja. Kunyalakan ponselku dan mengecek salah satu aplikasi chat, banyaknya pesan masuk dari grup dan pesan pribadi yang dikirimkan teman-temanku membuatku bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi. Aku pun langsung membuka chat grup yang memang berada di tempat teratas. 0895xxxxxxxxGuys,

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 9

    "Fey, bisa bicara sebentar?" "Hah? Bi-bicara apa?" astaga mengapa aku gugup. Jika seperti ini aku pasti akan dicurigai. Posisi kami saat ini sedang berada di belakang. Sementara teman-teman kelasku sedang berdoa untuk Kathia, kami justru malah mengobrol di belakang. Aku bertanya-tanya hal penting apa yang ingin disampaikan Kak Gara sehingga ia rela melewatkan doa untuk adiknya? "Ini soal-" "Gara," perkataannya terpotong oleh panggilan Ayahnya. Aku pun bernapas lega. Sungguh aku belum siap jika harus ditanyai sekarang. "Ada apa, Pa?" tanya Kak Gara yang kini sudah menghadap Ayahnya. Ayah Gara yang juga Ayah Kathia menepuk pelan pundak Gara, kemudian berbisik di mana aku masih bisa mendengarnya di tempat aku berdiri. "Jangan sekarang, nak. Nanti saja di rumah. Hormati pemakaman adikmu," katanya. Sesaat pikiranku pun melayang jauh. Aku rasa Kak Gara mungkin ingin menanyakanku tentang kematian Kathia. Lebih menakutkannya lagi jika Kak Gara mencurigaiku lebih

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 1

    Pernah merasa bosan hidup? Sepertinya aku sedang mengalaminya sekarang. Entah mengapa hari-hari yang aku jalani terasa hambar, meskipun aku tidak pernah berjalan sendirian. Bisa dibilang aku memiliki teman-teman yang mengisi hari-hari membosankanku di sekolah. Kami berteman sejak hari ketiga masa orientasi siswa atau disingkat dengan MOS. Hari itu kami hanya mengobrol untuk mendapatkan teman, karena dirasa kami memiliki banyak kesamaan dan merasa cocok, jadilah kami berteman sampai sekarang. Namun aku tidak pernah menganggap mereka benar-benar teman, jujur saja aku hanya membutuhkan mereka karena rasa kesepianku. Terdengar kejam memang, namun itulah yang aku rasakan. Memangnya apa yang kalian harapkan dengan pertemanan? Kita berteman hanya karena kita membutuhkannya dan itulah faktanya. Aku berteman dengan mereka bukan hanya untuk menghilangkan rasa kesepianku, tapi juga untuk membantuku mendapatkan nilai bagus di mata pelajaran yang l

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 2

    Aku sudah memutuskan untuk meminum racunnya hari ini, di sekolah, tepatnya sehabis jam pelajaran olahraga. Mengapa aku memilih tempat di sekolah, karena aku tidak memiliki tempat privasi di rumahku sendiri. Jika aku minum di tempat umum, aku kesulitan untuk memasukkan racunnya ke dalam minumanku, belum lagi rasa takut jika aku ketahuan, itu akan menimbulkan kecurigaan bagi orang yang melihatku sedang ketakutan di tengah keramaian. Namun di sekolah itu berbeda, setidaknya di sini ada tempat aman bagiku untuk menaruh racunnya ke dalam minumanku. Dan alasan mengapa aku memilih sehabis jam pelajaran olahraga, itu karena sehabis olahraga aku pasti akan merasa sangat kehausan sehingga aku bisa meminumnya sampai habis dalam sekali teguk. Aku sudah memperhitungkannya dan aku yakin ini pasti akan berhasil. Kriiinggg ... Bel pergantian jam pelajaran pun berdenting. Kini tiba saatnya jam pelajaran olahraga. Semua pun mulai mengambil baju olahraga m

Latest chapter

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 9

    "Fey, bisa bicara sebentar?" "Hah? Bi-bicara apa?" astaga mengapa aku gugup. Jika seperti ini aku pasti akan dicurigai. Posisi kami saat ini sedang berada di belakang. Sementara teman-teman kelasku sedang berdoa untuk Kathia, kami justru malah mengobrol di belakang. Aku bertanya-tanya hal penting apa yang ingin disampaikan Kak Gara sehingga ia rela melewatkan doa untuk adiknya? "Ini soal-" "Gara," perkataannya terpotong oleh panggilan Ayahnya. Aku pun bernapas lega. Sungguh aku belum siap jika harus ditanyai sekarang. "Ada apa, Pa?" tanya Kak Gara yang kini sudah menghadap Ayahnya. Ayah Gara yang juga Ayah Kathia menepuk pelan pundak Gara, kemudian berbisik di mana aku masih bisa mendengarnya di tempat aku berdiri. "Jangan sekarang, nak. Nanti saja di rumah. Hormati pemakaman adikmu," katanya. Sesaat pikiranku pun melayang jauh. Aku rasa Kak Gara mungkin ingin menanyakanku tentang kematian Kathia. Lebih menakutkannya lagi jika Kak Gara mencurigaiku lebih

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 8

    Aku terbangun dengan keadaan kaget karena teriakan Ibuku. Aku pun melihat jam yang kini sudah menunjukkan pukul enam pagi. "Feyya cepat bangun, sudah siang!" teriak Ibuku lagi. "Iya bu, Feyya sudah bangun," jawabku. Aku pun mengucek mataku agar penglihatanku tidak lagi buram akibat baru bangun tidur dan menyesuaikan cahaya yang masuk di mataku. Di tengah ke sibukkanku menyesuaikan diri dengan kamarku, ponselku kerap kali berbunyi secara terus menerus membuatku menjadi terganggu karenanya. Pasalnya aku merasa heran pagi-pagi seperti ini mengapa grup chat sangat ramai sekali, dengan kesal aku pun mengambil ponselku di atas meja. Kunyalakan ponselku dan mengecek salah satu aplikasi chat, banyaknya pesan masuk dari grup dan pesan pribadi yang dikirimkan teman-temanku membuatku bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi. Aku pun langsung membuka chat grup yang memang berada di tempat teratas. 0895xxxxxxxxGuys,

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 7

    Sepulang sekolah aku bersama dengan teman-temanku langsung menjenguk Kathia yang sedang dirawat di rumah sakit. Tak lupa kami pun juga membawa buah-buahan untuknya. Untuk sakitnya Kathia, kami sebenarnya tidak tahu karena Kak Gara yang tidak ingin memberitahukannya. Sebenarnya saat ini aku sedang merasa takut dan gelisah. Aku takut jika mereka akan melakukan berbagai macam tes untuk mengetahui penyakit Kathia. Bisa gawat jika mereka menemukan racun itu di dalam tubuh Kathia sekarang."Kak Gara," panggil Chalista. Saat ini kami sudah berada di koridor rumah sakit. Kami pun bertemu dengan Kak Gara yang terlihat sedang gusar, dan kami pun menghampirinya. "Kalian mau jenguk Kathia, ya?" tanyanya. Ia pun juga sudah merubah ekspresinya. Terkadang aku selalu terkagum dengan caranya yang bisa dengan cepat merubah ekspresinya dalam hitungan detik. "Iya Kak. Kathia di kamar nomor berapa ya kak?" tanya Fannia. "Ayo Kakak antar," ujarny

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 6

    Bagiku menunggu kematian orang lain sama mengerikannya dengan menunggu kematian sendiri. Kita tidak pernah tahu kapan nafas terakhir kita akan berhenti. Bisa jadi besok, menit selanjutnya atau yang lebih mengerikannya lagi di detik selanjutnya. Setiap harinya di saat aku terbangun dari tidurku, aku selalu merasa takut, takut jika hari inilah hari kematian Kathia. Aku bisa merencanakan banyak hal, tapi tidak dengan kematian Kathia dan keadaan seperti apa yang akan menimpa Kathia di waktu-waktu terakhirnya. Terkadang saat Kathia menunjukkan gejala keracunan, yang tentu saja hanya aku yang menyadarinya, aku merasa panik karena merasa belum siap jika saat itulah waktu kematiannya tiba. Sebenarnya gejala racun itu tidak mirip seperti orang keracunan pada umumnya. Mungkin dibayangan kalian orang yang keracunan akan langsung meninggal di tempat, atau pada umumnya mulutnya akan mengeluarkan busa sebelum kematian menjemput. Tapi tidak dengan cara kerja racun ini. Racun ini ad

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 5

    Hari demi hari pun berlalu, kini sudah tepat satu minggu setelah kejadian di mana Kathia meminum racunnya. Banyak hal yang sudah terjadi, namun tidak ada yang menyadari bahwa Kathia telah keracunan. Sambil menunggu kematian Kathia tiba, aku mempersiapkan alibi agar tidak dicurigai serta menghapus semua bukti-bukti yang ada. Aku yakin sesaat setelah kematian Kathia, semua orang pasti akan merasa curiga, terutama Kakaknya. Harus aku akui bahwa satu-satunya orang yang harus aku hindari adalah Kak Gara. Dia adalah orang yang paling berbahaya untukku. Itu sebabnya selama menunggu kematian Kathia, aku tidak boleh terlihat mencurigakan dihadapan Kak Gara. "Ikut lomba makan kerupuk enak kali ya," ujar Chalista saat kami sedang berkumpul di kantin sekolah guna membahas tentang acara lomba 17 Agustusan yang akan diadakan minggu depan. "Jangan! Lomba memindahkan tepung aja, kan pake anggota tuh, enam orang lagi anggotanya. Pas banget sama kita berenam," usul

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 4

    Sesampainya aku di rumah, aku pun langsung membersihkan diriku dan berganti baju dengan baju tidurku, meskipun sekarang masih sore. Ibuku pun terlihat sedang menonton televisi dan adikku pergi bermain di luar. Ayah dan Kakakku sedang pergi bekerja,itu artinya aku masih punya kesempatan untuk sendirian di kamar Ibuku Memang benar aku masih tidur dengan Ibuku, terdengar memalukan memang, tapi itulah faktanya dan aku tidak ingin teman-temanku tahu. Itulah sebabnya aku tidak pernah mengizinkan teman-temanku untuk bermain di rumahku. Rumahku ini terbilang sederhana, namun tidak sesederhana yang terlihat. Ayahku pemilik bengkel motor dan mobil yang lumayan terkenal di kalangan atas. Hampir setiap hari bengkel ayahku pasti ramai pelanggan yang ingin memperbaiki kendaraannya. Bersama dengan Kakak laki-lakiku, Kak Yuga, mereka membangun bengkel tersebut hingga bisa sampai berhasil seperti sekarang, dan kini sudah ada banyak karyawan yang bekerja di sana. Hal itu

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 3

    Mendekati jam pulang sekolah, aku terus merasa khawatir. Bagaimana tidak? Aku terus berpikir bahwa aku adalah seorang pembunuh. Meski begitu pikiranku terus mencari pembelaan. Bukan. Aku bukan pembunuh. Kathia sendiri yang meminumnya, aku sudah mencegahnya. Aku melihat ke arah kiri, tepat di mana Kathia sedang duduk bersama Nita. Aku memperhatikannya yang sedang menyalin apa yang ditulis di papan tulis oleh seorang sekretaris kelas ke dalam buku miliknya. Saat ini di kelasku sedang ada jam pelajaran kimia. Biasanya aku selalu bersemangat, saking semangatnya aku akan menulis lebih cepat dari biasanya. Namun untuk kali ini tidak. Rasa takutku mengalahkanku. Jangankan untuk fokus, berpikir pun aku tidak bisa. Pikiranku seperti sedang diambil alih oleh superegoku yang terus menerus menyalahkanku. Dia terus berbicara bahwa aku salah, sementara aku terus menerus membuat pembelaan bahwa aku tidak salah. Di dalam diriku s

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 2

    Aku sudah memutuskan untuk meminum racunnya hari ini, di sekolah, tepatnya sehabis jam pelajaran olahraga. Mengapa aku memilih tempat di sekolah, karena aku tidak memiliki tempat privasi di rumahku sendiri. Jika aku minum di tempat umum, aku kesulitan untuk memasukkan racunnya ke dalam minumanku, belum lagi rasa takut jika aku ketahuan, itu akan menimbulkan kecurigaan bagi orang yang melihatku sedang ketakutan di tengah keramaian. Namun di sekolah itu berbeda, setidaknya di sini ada tempat aman bagiku untuk menaruh racunnya ke dalam minumanku. Dan alasan mengapa aku memilih sehabis jam pelajaran olahraga, itu karena sehabis olahraga aku pasti akan merasa sangat kehausan sehingga aku bisa meminumnya sampai habis dalam sekali teguk. Aku sudah memperhitungkannya dan aku yakin ini pasti akan berhasil. Kriiinggg ... Bel pergantian jam pelajaran pun berdenting. Kini tiba saatnya jam pelajaran olahraga. Semua pun mulai mengambil baju olahraga m

  • Tangkap Aku (if you can)   BAB 1

    Pernah merasa bosan hidup? Sepertinya aku sedang mengalaminya sekarang. Entah mengapa hari-hari yang aku jalani terasa hambar, meskipun aku tidak pernah berjalan sendirian. Bisa dibilang aku memiliki teman-teman yang mengisi hari-hari membosankanku di sekolah. Kami berteman sejak hari ketiga masa orientasi siswa atau disingkat dengan MOS. Hari itu kami hanya mengobrol untuk mendapatkan teman, karena dirasa kami memiliki banyak kesamaan dan merasa cocok, jadilah kami berteman sampai sekarang. Namun aku tidak pernah menganggap mereka benar-benar teman, jujur saja aku hanya membutuhkan mereka karena rasa kesepianku. Terdengar kejam memang, namun itulah yang aku rasakan. Memangnya apa yang kalian harapkan dengan pertemanan? Kita berteman hanya karena kita membutuhkannya dan itulah faktanya. Aku berteman dengan mereka bukan hanya untuk menghilangkan rasa kesepianku, tapi juga untuk membantuku mendapatkan nilai bagus di mata pelajaran yang l

DMCA.com Protection Status