Share

Kepanikan Ustaz Alif

Penulis: Wafa Farha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-05 04:24:10

“Ap –apa yang kamu katakan?” Wahono tercekat. Ia menelan saliva, seolah yang bicara barusan bukanlah Tomy –putranya sendiri.

“Ya?” Tomy menoleh. Ia tersentak kala Wahono mempertanyakan apa yang dikatakannya tadi. “Ada apa, Pak?”

“Apa yang kamu bicarakan barusan?” tanya Wahono mengulang pertanyaanya.

“Aku?” Tomy mengarahkan telunjuk ke wajah. “Aku ngomong apa, Pak?” Pemuda itu malah balik bertanya yang membuat bapaknya makin bengong. Ia merasa ada yang tak beres dengan anaknya itu.

Bagaimana tidak? Sebelumnya Tomy terlihat begitu ketakutan bahkan sampai minta antara ke toilet saat kebelet. Lalu duduk dempet –dempet sang bapak. Dan sekarang, dia malah mengatakan sesuatu yang mengerikan dengan ucapan tegas dan berani mengenai Sarah.

“Kenapa Bapak melihatku seperti itu?” Tomy melebarkan ke dua matanya menatap Wahono. Seolah dia memang tak sadar sudah mengatakan sesuatu yang menakutkan.

Pemuda itu celingukan. Mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk, maksud dari ucapan pria tua yang be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Permintaan Seorang Janda

    “Saya hanya memiliki ini.” Affan mengeluarkan uang yang baru saja ditarik dari ATM.Petugas mengambilnya dan mulai menghitung. Affan menghela napas berat. Uangnya jelas tak cukup, melihat pada rincian tagihan yang diberikan ke padanya tadi. Ia berharap setidaknya pihak rumah sakit memberinya keringanan. Bisa membayar dengan mencicil dan membiarkannya membawa jenazah sang istri untuk lekas dimakamkan.Petugas itu menghela napas panjang kala menemukan jumlah nominal 9700.000 rupiah. “Ini tidak sampai seper empatnya, Mas.”“Bu, tolonglah. Biarkan kami membawa jenazah istri saya. Anak kami kan masih di inkubator. Jadi saya tidak akan kabur dan pasti akan mengusahakan segala cara membayarnya setelah ini.” Affan memelas. Hanya memakamkan Sarah segera yang ada di pikirannya.“Sebentar.” Wanita itu menelepon seseorang untuk menyampaikan pernyataan sekaligus permintaan keluarga pasien itu._______________Sementara itu di lorong rumah sakit yang menghubungkan dua gedung.Pria yang merasa kakin

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Pilihan untuk Affan

    “Di kamar mayat? Tidur di sana? Ngapain, Pak?” Ia tentu saja tak mau berada di tempat menyeramkan seperti itu.Wahono tidak menjawab, dan berjalan melewati Tomy begitu saja ke arah kamar mayat. Sedang Tomy sendiri, seperti sebelum –sebelumnya pasrah mengikuti sang bapak. Dia merasa terkadang hidup ini sangat kejam karena tak memberinya pilihan.“Pak tunggu!”Dua petugas sudah merapikan tubuh Sarah di tempatnya. Bersebelahan dengan mayat –mayat lain yang lebih dulu ada di sana.Wahono masuk dengan tekad tanpa rasa takut sedikit pun. Sementara Tomy merapalkan doa –doa, komat kamit kala kakinya mulai menjejak ruangan yang terasa dingin.berjingkat sesekali karena harus melalui ranjang –ranjang yang berisi tubuh kaku di atasnya. Untungnya tubuh –tubuh itu ditutupi, kalau tidak akan terlihat semakin menyeramkan.“Sial, yang begini saja menakutkan. Bagaimana tidak ditutupi?” dengkus Tomy dengan nada menggumam.“Apa yang Anda lakukan?!” tanya petugas ketika Wahono menyusul mereka sampai ke r

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Dua Amplop

    “Mas!” Suara seseorang menghentikan langkah Affan. Pria itu pun menghentikan langkah dan menoleh. Alangkah terkejutnya pria itu saat melihat sosok yang memanggil.“May, sedang apa kamu di sini?” tanya Affan yang tak menyangka akan bertemu mantannya di tempat itu. Apa dia membuntutinya usai tahu kematian sang istri.“Oh, aku lagi nganter anak aku, Mas. Ehm, aku tinggal kerja malah sakit.” Maya mengulas senyum tipis. Dia sendiri bahkan juga tak menyangka akan bertemu pria itu di rumah sakit.“Ehm itu apa, Mas?” Maya menunjuk sesuatu di tangan Affan dengan matanya.“Ah, ini.” Affan mengangkat kertas itu dengan canggung.Ia tentu saja malu jika memperlihatkan kelemahannya ke pada seorang wanita, kalau dia tak mampu membayar biaya rumah sakit istri dan anaknya. Apa lagi jika itu adalah mantan kekasihnya, yang jelas –jelas dulu mencampakkan juga karena uang. Lalu, sekarang ... Affan kembali muncul juga masih dalam keadaan miskin.Pria itu malu. Uang telah melukai harga dirinya di depan wani

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Beras Kuning

    ‘Aku harus apa, Sarah?’ Affan menatap nanar dua amplop di tangannya. Ia membatin seolah wanita itu bisa mendengar dan mereka saling berkomunikasi.Kalau saja tak ada pertimbangan lain, dua amplop itu sudah bisa melunasi hutangnya di rumah sakit dan membawa jenazah Sarah pulang. Tanpa beban dan kendala apa pun lagi.“Mas,” panggil ustaz Alif yang melihat lawan bicaranya membeku. Entah, apa yang membuat Affan begitu berat menggunakan uang dari orang lain?“Saya harus bagaimana Ustaz?” tanya Affan perlahan mendongak menatap ke kedua mata pria yang memakai kopyah di hadapan.Pria yang ikut pontang panting karena musibah besar yang terjadi di dalam hidupnya. Dan bahkan baginya, ini adalah musibah paling besar yang harus ia hadapi dengan sisa –sisa kekuatannya, kala rasa bersalah memenuhi relung hatinya.Kalau saja dia yang mati, tentu Affan tidak akan dihadapkan pada pilihan –pilihan yang menyulitkan seperti sekarang.Ia merasa buntu.Affan hanya bisa memandangi amplop tebal berisi uang it

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Ruh Mereka yang Belum Waktunya Mati

    Sekejap pun Indah tak bisa memejamkan mata. Meski ia sudah berusaha keras meringkuk di bawah selimut. Pikirannya terus mengembara pada kejadian -kejadian ganjil yang ditemuinya. Tubuh kurus itu bangun dan terduduk di atas ranjang. Menoleh ke arah dinding dan sudah menunjukkan pukul 12.30. "Ya Allah sudah sangat malam. Kenapa aku tidak mengantuk sama sekali?" Wanita berparas cantik itu mengembus napas berat. Lalu bergerak ke arah dapur dan mengisi perutnya dengan sesuatu. Tak bisa tidur membuat perut Indah terasa lapar, dan membiarkannya terasa sangat menyiksa. Saat mengaduk minuman hangat di meja, ia mendengar suara -suara dari luar. Wanita itu tentu saja terkejut. Siapa yang melakukan aktivitas di tengah malam begini. "Siapa itu?" tanyanya sembari berjalan mendekat ke arah jendela untuk melihat siapa yang ada di sana. ______________“Tom, aku sudah membayar biaya rumah sakit. Jenazah Sarah sudah bisa dibawa pulang. Kamu di mana?” Suara di seberang mengejutkan Tomy tapi juga men

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Sinyal yang Mendadak Hilang

    “Assalamu alaikum! Pak! Pak Joko!” teriak Hasan dan pemuda lain secara bergantian.“Pak!”“Pak Joko!”“O ... Mang Joko! Ini ada Pak RT.”“Assalamu alaikum!”“Assalamu alaikum.”“Hes, sudah. Bukannya batas mengucap salam itu cuma tiga kali? Kenapa kalian terus berteriak dan mengganggu,” tegur Wisnu, salah seorang pemuda yang memahami adab bertamu itu.Sedang Pak RT sendiri, sibuk. Ia berusaha keras menghubungi nomor Pak Joko yang baru sejam lalu aktif. Namun, berkali mencoba tetap saja suara seorang perempuan yang tak lain adalah operator menjawabnya.“Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan!”Pria paruh baya itu menghela napas berat. Ia sangat khawatir terjadi sesuatu ke pada tetangganya itu. Tidak mau menyerah, pria itu kemudian berusaha menghubungi nomor lain yang terhubung dengan Pak Joko. Pertama, pria itu masuk grup arisan Ibu –ibu. Untungnya, Pak Joko dimasukkan grup itu untuk memantau kegiatan Ibu warga kampung Batu Besi secara langsung.Sete

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Ambruk

    “Suster itu ... Kenapa menyusui bayi orang lain?” tanyanya ingin mengomentari hal tak wajar. Bahkan di depannya ada Affan yang melihat, tapi tanpa risih membuka pakaian dan berjongkok untuk memberikan ASI pada bayi di inkubator itu.Dia sampai sempat berpikir, apakah bayi itu memang anaknya sang suster? Tapi ketika anaknya di inkubator, artinya ada yang bermasalah dengan kelahirannya. Karena tak mungkin si ibu langsung sesehat itu.Mata pria itu memicing. Suster apa yang Maya maksud? Dia tak melihat siapa pun di sana. Selain bayi –bayi dalam kotak itu dan mereka berdua.“Apa maksudmu?” tanya Affan menoleh untuk memperjelas apa yang Maya katakan.Wanita yang kini mengenakan pakaian lebih santai itu pun menunjuk box di mana bayi Affan dirawat dan mantannya itu kembali menoleh untuk melihat. Mata pria itu melebar kala yang ditunjuk adalah box bayi anaknya.“Tidak ada apa –apa di sana,” tegas Affan.“Hah?” Mata lentik Maya semakin melebar. Ia tak mengerti padahal wanita di dalam sana jela

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Peringatan Sarah untuk Maya

    Namun, baru beberapa langkah, Alif yang dipapah ibunya tak lagi bisa menahan tubuhnya sendiri hingga ambruk ke lantai. Saat itulah, ibunya histeris.“Alif! Kamu kenapa?! Tolong!” teriak umi.Meski dia ibunya, wanita tua itu tak mampu menggendong tubuh sang putra yang memiliki tinggi dan berat badan jauh melampui dirinya sendiri, sehingga butuh pertolongan orang lain. “Tolong!” Di teriakan ke dua permintaan tolongnya, tak juga ada yang mendengar. Begitu juga yang ke tiga. Umi Alif sadar, memang tak mungkin anak –anak Alif yang masih kecil akan bangun dari tidur dan menolong mereka. Dan para tetangga yang rumah mereka berada dekat dengan rumhanya, belum tentu mendengar. Apalagi larut malam begini di saat semua orang seharusnya sudah terlelap di atas pembaringan. Belum lagi rumor buruk yang muncul tentang hantu di keluarga ini, bisa –bisa mereka menganggap suara permintaan tolongnya hanya dianggap angin lalu yang menakutkan untuk mereka. Bisa jadi setelah mendengar suara ibu tua itu m

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05

Bab terbaru

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Terimakasih Sarah

    Nadhira baru saja memasukkan seloyang puding cokelat karamel ke dalam lemari pendingin makanan, ketika ada dua tangan yang menyusup masuk dari belakang tubuhnya dan merangkul dirinya dengan mesra."Eh...! Astaghfirullah!"Tubuh Nadhira sedikit menjingkat karena terkejut. Aroma asam bercampur manis, juga embusan napas yang lembut, yang mengenai pipinya, tak lagi membuat Nadhira terkejut. Dia tahu siapa yang memeluknya dari belakang."Kaget, ya?" tanya lembut Alif yang kemudian mencium sayang pipi Nadhira. "Maaf ya, Sayang"Semburat samar merah muda, muncul di kedua pipi Nadhira. Setiap kali hanya berdua saja, Alif selalu bisa berlaku sangat mesra sekaligus sangat romantis. Rangkulan dan sapaan 'Sayang' adalah diantaranya, dan itu masih selalu membuat jantung Nadhira berdebar-debar manis."Iya, gak apa-apa. Ayah haus?" tanya Nadhira sembari menoleh. Semburat merah muda di pipi semakin menetap karena itu membuat jarak tipis antara wajah Nahira dan wajah Alif.Bibir bawah Alif sedik

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Dikabulkan Permintaan Jingga

    “Kalau begitu, papa akan bicara serius dengan bunda dan panda.” Affan mengusap punggung Jingga.“Ish, kok panda, sih!” protes Jingga yang tak mau suami dari bundanya dipanggil panda.“Ha ha ha.” Kontan semua orang yang ada di atas panggung resepsi itu tertawa. Jingga tampak menggemaskan saat marah untuk hal sepele begitu. Dia sangat serius dan polos, padahal papanya hanya bercanda.“Jangan panda, dong. Tapi … Ayah. Jadi Ayah dan Bunda!” serunya kemudian penuh semangat menjelaskan kepada banyak orang dewasa yang memperhatikan tingkahnya.Affan mengacak kerudung yang dikenakan Jingga. Gadis kecil itu jadi mau berhijab seperti bundanya setelah mendengar nasehat dari Alif tempo hari.“Hai Jingga, kalau Adek Jingga yang cantik ingin tetap cantik di akhirat nanti … harus pakai jilbab dan kerudung.” Kata Alif kala itu.“Kok jilbab dan kerudung? Kan jilbab dan kerudung itu sama, Ustaz?” protesnya dengan kepala terteleng memikirkan ucapan Alif yang dia pikir salah bicara.“Oh … kalau jilbab it

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Ekstra Part : Kasih Sayang Affan

    Rencananya pernikahan Alif dan Dhira digelar secara sederhana saja. Namun, pihak Affan yang juga ayah kandung Jingga tak bisa membiarkan itu terjadi. Lelaki kaya raya itu merasa bertanggung jawab, setelah pengorbanan dan perjuangan yang Alif lakukan untuk menemukan Jingga. Gadis kecil yang nyasar di desa Jingga. Rupanya ... anak Siti meninggal di hari kelahiran sekaligus kematian ibunya. Di kampung Jingga. Dan yang Pak Joko bawa pulang dengan sang istri di bangunan itu adalah putri yang dibuang orang tak bertanggung jawab. Masih menjadi misteri, siapa yang hari itu membawa keluar putri Affan. Padahal, bayi yang lahir dari tubuh Sarah yang sudah meninggal itu sudah dibawa pulang ke rumah kakek neneknya. Rumah yang sangat aman penjagaan dan dipenuhi banyak petugas. Alif sendiri, sempat mencurigai ada orang dalam keluarga Affan pelakunya. Namun, ia enggan mengatakan itu karena tak punya bukti. "Ehm, Papa, apa boleh setelah ini saya tinggal dengan Bunda?" tanya Jingga kepada Affan yang

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Ending

    Alif berusaha menelponnya beberapa kali menggunakan ponsel seorang polisi yang dipinjamkan ke padanya, Dhira tak menjawab hingga pemberitahuan operator bahwa nomornya tidak aktif.Alif menghela napas pelan, berharap calonnya baik-baik saja. Kebisingan di kantor polisi membuatnya sedikit pun tak lagi terbersit tentang Dhira, bagaimana reaksinya? Bagaimana dia pulang? Entahlah.“Sudahlah, yang penting adalah kamu tidak mencoba membuat alibi untuk kabur dan menipu polisi. Pikirkan nasibmu sendiri!” tandas polisi sembari menengadahkan tangan, meminta ponselnya kembali. Lagi pula dia tahu bahwa orang yang dipanggil di seberang sana tidak juga menjawab.Alif pasrah. Diserahkan kembali ponsel milik polisi dan kini fokus ke pada diri sendiri. Lagi pula tak ada gunanya bersi keras menghubungi gadis itu jika nomornya saja tidak aktif. Ustaz muda itu lantas mengarahkan tatapan ke beberapa polisi siaga di sekitarnya, berharap semua berjalan baik, Zara selamat, Fadli ditangkap, kebusukan kepsek da

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Terus Memikirkan Dhira

    "Tapi, ini teman saya sudah menemukan lokasi siswi kami yang diculik kepsek." Alif berusaha meyakinkan polisi. Bahwa dia telah melakukan sesuatu yang seharusnya menjadi tugas polisi. Berharap ini pun tidak dipermasalahkan dan menjadi bahan baru untuk menyerangnya. Alif tahu betul bahwa jerat pasal kadang diada -adakan agar relevan menangkap seseorang. "Bagaimana?" Satu petugas mengalihkan pandangan ke arah petugas lain. Bermaksud untuk meminta pendapat, apakah mereka harus pergi mengikuti ucapan pria yang mereka pikir sebagai tersangka tersebut atau tidak. Sebab takut jika pada akhirnya ini hanya alibi saja. Polisi lain menghela napas panjang. Korban sudah banyak, tapi petugas masih saja dipermainkan oleh orang -orang itu. Tak satu pun dari mereka yang mau mengaku. Apalagi Alif yang jadi terduga utama, terus saja bisa mengalihkan tuduhan dengan hal lain. Ini membuat mereka frustasi.Sampai mereka berpikir mungkinkah benar, bahwa sebenarnya ada orang -orang di belakang mereka. Yang

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Sikap Petugas Polisi

    Tiba-tiba saja, dari dalam tampak seorang wanita datang, yang juga akan bergabung bersama mereka. Berdiskusi, ah lebih tepatnya bedebat alot mengenai kasus di sekolah Jingga. Kepsek memicingkan mata, melihat sosok yang datang bersama Dhira. Ia tak menyangka jika gadis yang didambanya akan bersama gadis kecil misterius itu. Bukankah Jingga masih di rumah sakit? Dan bahkan sedang kritis. Bagaimana bisa ada di kantor polisi.“Jingga,” gumam kepsek nyaris tak terdengar. Dia bahkan sampai memerlukan pendonor agar bisa bertahan hidup sebab kekurangan banyak darah akibat peradarahan dari lukanya. “Ada apa?” Agus bertanya melihat ekspresi kepsek yang terlihat berubah. Pria itu tampak ketakutan. Tak memperdulikan pertanyaan Agus, kepsek Rayhan melanjutkan ucapannya dan bertanya, “Bagaimana dia bisa ada di sini?”Pria itu terlalu penasaran untuk mengabaikan keberadaan Jingga di sisi Dhira. Sesuatu yang berada di luar nalar. 'Sebentar, jangan-jangan .... Dia kembar. Tapi apa iya? Sejak dia be

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Pembelaan Alif

    Di atas ranjang pesakitan, tubuh Jingga bergerak -gerak. Seperti ada rasa sakit yang menyerangnya. Ia merasai sakit seorang diri setelah seorang dewasa menyerangnya dengan kejam. Entah, apa motifnya. Padahal, dia hanya seorang gadis kecil yang merasa nyaman setiap kali berada di SMA Jingga tersebut. Namun yang didapat bukan kesenangan yang diharapkan sejak ia masih berada di rumah bersama sang bibi. Bu Tomo yang saat bergiliran jaga dan melihat itu, panik dan segera berlari memanggil dokter. Ia tak mau kehilangan Jingga. Meski anak itu hanya cucu sambung, selama ini keberadaan Jingga sudah membuat hari-harinya dan sang suami terasa berwarna. Ada anak yang sejak lama ditunggu dan menghibur mereka di hari tua. Selagi Dhira belum juga bertemu jodoh dan memberi mereka keturunan. Langkah wanita paruh baya itu bergerak semakin cepat meninggalkan bangsal anak di mana Jingga dirawat. Ia merasa kesal, kenapa di saat genting seperti ini tidak menemukan petugas di sekitar yang bisa membantu?

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Kejutan

    Polisi telah sampai di bangunan sekolah. Memeriksa segala sesuatu terkait penyerangan terhadap Jingga. Setelah menyisir seluruh tempat, semua tak menyangka dengan apa yang polisi lihat. Nihil. Mereka tak menemukan apa pun dan siapa pun. Memeriksa tiga CCTV yang sebelumnya terpasang, dan pelaku tidak tertangkap kamera. Hanya terlihat Dhira dan Jingga melewati kantor kepsek dengan terburu-buru lalu tak sampai sepuluh menit, Dhira berlari ke luar dalam keadaan berdarah-darah.Untuk beberapa alasan Ridho memilih bungkam mengenai CCTV yang dipasang di semua tempat. Ia tak ingin salah langkah dan semua pengorbanan Alif yang jauh-jauh waktu dipersiapkan untuk masuk ke SMU Jingga dan membongkar kedok para pengurusnya menjadi sia-sia. Belum lagi katanya pemuda itu punya misi khusus mencari anak hilang. Ah, entah, Ridho tak mengerti. Hanya Alif dan Tuhan saja yang tahu kalau dia tak mau juga bercerita secara gamblang. Ketika polisi selesai dengan tugasnya, mereka bertiga kembali ke rumah A

  • Tanah Makamku masih Basah, Mas    Debaran Aneh

    Di sebuah kamar pasien, seorang wanita tengah asyik dengan ponselnya. Seluruh wajah diperban, kecuali bagian mata, mulut dan hidung. Luka akibat pukulan benda keras, membuatnya terpaksa kehilangan wajah yang sudah dikenali banyak orang. Pelaku nampaknya sengaja menghancurkan wajah, tanpa membuat nyawa Risma melayang.Mulutnya yang masih nyeri dan hampir sempurna tertutup perban itu kini mengeluarkan suara, meski yang meluncur adalah ejaan-ejaan yang tak jelas."Ni, lagi ribut apa sih emak-emak KBM? Postingan dua paragraf kenapa bisa komentnya heboh sampai ratusan." Risma menggerakkan jemari lentiknya, menscroll komentar demi komentar. Puas baca komentar dan sedikit menyahut tukang bully, ia kemudian menulis di pencarian "Wafa Farha" sebuah akun favoritnya, yang menurutnya cukup menghibur dan membuat penasaran.Sebentar tertawa, sebentar merutuk, hobby membacanya tersalurkan di grup satu ini. Bacaaan gratis dan banyak menginspirasi, tapi entah kenapa meski banyak nasehat yang ia baca t

DMCA.com Protection Status