Share

Roy datang

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu mau makan?" tanya Pak Haris melihat Toni yang seperti orang bingung ada di depan rumahnya.

"Tidak, Pak. Saya mau bertemu dengan Reva. Revanya ada, Pak?" balas Toni.

Pak Haris memperhatikan sosok Toni dari atas sampai bawah. Kalau dilihat dia mengenal Toni tapi lupa siapa tepatnya. "Mau cari Reva untuk apa?"

"Tadi saya nggak sengaja bertemu Reva di pasar. Dan saya cuma mau bertemu Reva, Pak," jawab Toni dengan sopan.

Pak Haris seperti ingat dengan Toni. "Tunggu, apakah kamu anaknya Bu Sumi?"

"Iya, Pak. Saya anaknya Bu Sumi," jawab Toni.

Karena mendengar percakapan orang di luar, Reva yang penasaran akhirnya melihat kalau ayahnya sedang berbincang dengan Toni. "Oh, kamu Ton. Masuk!"

"Eh, lelaki siapa ini kamu ajak masuk saja, Rev? Kamu itu perempuan yang memiliki suami. Jangan menganggap dirimu janda! Mau ditaruh mana muka ibumu ini?" sahut Bu Ningsih yang tiba-tiba menarik tangan Toni.

"Maaf, Bu. Saya Toni. Teman lamanya Reva," ujar Toni lalu mengecup punggung tangan Reva.

Bu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tamu Di Rumah   Cemburu

    "Oh, aku di sini soalnya ketemu sama teman lama. Nggak dengar kalau kamu telepon. Nih kenalin dia Toni," jawab Reva dengan menunjuk ke arah Toni.Dengan senang hati Toni mengulurkan tangannya pada Roy kemudian Roy dengan wajah datar menatap Toni dengan tataoan penuh curiga. "Roy," ujar Roy.Roy dan Toni saling berjabat tangan tetapi hanya sebentar karena Roy masih menyimpan banyak pertanyaan yang akan ditanyakan pada Reva setelah ini. "Kita balik hari ini, ya?" ucap Roy menatap wajah Reva.Reva menoleh. "Hari ini?" "Iya, katanya kamu sudah lebih baik dan ikut ibu ke pasar tadi pagi. Aku kira kamu sudah bisa kembali ke rumah kita," jawab Roy.Toni yang merasa menjadi obat nyamuk lantas memilih untuk pamit. "Rev, aku pulang dulu, ya?""Eh, kok buru-buru?" tanya Reva."Iya, kan suami kamu sudah pulang. Jadi aku pamit," jawab Toni kemudian undur diri dari hadapan Reva dan Toni. Meskipun sebenarnya ia masih ingin berada di sana. Tetapi ia sadar diri kalau suaminya Reva terlihat jauh dari

  • Tamu Di Rumah   Sayur bayam dan tempe goreng

    Keesokan harinya, Reva sudah bersiap pulang. Meskipun sudah merasa nyaman di desa membuat dirinya agak malas untuk kembali."Apa kamu keberatan aku ajak pulang?" tanya Roy. Ia merasa kalau Reva enggan kembali dari sikapnya."Enggak, aku enak saja di sini," jawab Reva tanpa menatap Roy dan sedang mengangkat tas ransel miliknya. "Apa karena Toni?" terka Roy."Apa sih kamu? Kan dia itu temanku saat SMA. Kenapa tak boleh bertemu?" balas Reva dengan sinis. Ia merasa sedang dicemburui tak jelas.Roy menghela napas. "Aku hanya cemburu. Apalagi kamu berdua saja duduk di depan rumah. Siapa yang nggak cemburu? Suami datang justru disambut dengan kamu berduaan sama Toni," jawabnya. Reva menatap Roy. Ia merasa bingung sama Roy. Hanya bertemu dengan Toni sudah dipermasalahkan. Apalagi yang ibunya Roy memperkenalkan Dewi sebagai calon istri Roy secara terang-terangan. "Lalu kamu mau apa? Padahal aku juga cuma ngobrol. Aku sama Toni juga nggak ada apa-apa. Cuma sekedar teman saja."Roy melihat kal

  • Tamu Di Rumah   Kemewahan

    Tak berselang lama kemudian Roy juga pulang. Ia melihat istrinya sedang makan di meja makan. "Makan sama apa hari ini?" tanyanya."Sama sayur bayam," jawab Reva lalu menyuap makanan di dalam piringnya yang terakhir. Saat Roy hendak makan juga Reva justru bangkit dan hendak meninggalkan meja makan sekaligus Roy juga."Kamu mau kemana?'' tanya Roy."Aku kan sudah selesai makan." Reva tak menjawab pertanyaan Roy dan tetap meninggalkan meja makan."Reva, duduk di sini sebentar! Temani aku makan!" titah Roy.Dengan wajah malas Reva akhirnya menuruti permintaan Roy dan melihat Roy makan sayur bayam dengan ayam itu. "Reva, setelah ini kita bicara!"Reva kemudian ikut bersama Roy ke ruang tengah. Ia kemudian menunggu kedatangan Roy yang sudah berganti pakaian dari pakaian jas nya."Reva, kenapa sikap mu jadi begitu?" tanya Roy."Aku kenapa?" balas Reva yang merasa dirinya tak melakukan apapun."Kamu marah sama aku?" "Kenapa harus marah?" balas Reva dengan bola mata memutar tanda malas."Aku

  • Tamu Di Rumah   Keributan

    Roy tidak terkejut dengan penuturan Reva barusan. Ia paham kalau Reva memang tidak suka membuang makanan yang ada. Karena Reva juga sudah terbiasa dengan ibunya yang mememiliki warung makan. Kalau pun di warung ibunya Ningsih makanan yang tidak habis waktu itu salah satunya dengan dimakan sendiri atau diberikan tetangga. Jadi tidak sampai dibuang begitu saja. Reva menikmati makanan yang disediakan. Semua berbau seafood. Reva juga paham kalau Roy adalah pecinta seafood. Sedangkan Reva memang suka tetapi bukan pecinta. Reva suka semua makanan yang penting itu halal dan layak dimakan. Baru saja Reva makan makanan penutup berupa puding dengan fla keju ia sudah kenyang. Masih banyak makanan yang masih tersaji. "Roy, kamu minta pelayan itu untuk membungkus makanan ini untuk kita bawa pulang!" titah Reva.Dengan cepat Roy menuruti permintaan Reva tersebut. Hanya sebentar saja pelayan tersebut selesai untuk membungkus makanan yang ada. Reva kemudian meneteng tas berisi makanan sisa dari rum

  • Tamu Di Rumah   Minta maaf

    "Kamu ngomong apa sama Pak Roy tadi, hah?" bentuk pada Adi pada pelayan tersebut.Pelayan tersebut bergetar karena terlalu takut. "Saya hanya bilang orang kaya palsu kok makanan dibungkus lalu dibawa pulang," jawabnya.Pak Adi menahan napas kasar sembari memegang kepalanya. "Kamu tahu siapa Pak Roy? Dia adalah investor kita. Bisa nya Kamu ngomong begitu. Dia beli rumah makan ini juga bisa nggak hanya makanannya. Mau dibungkus atau dilemparkan ke wajahmu juga nggak masalah."Pak Adi benar-benar marah. Manager tersebut juga tak bisa berkata-kata karena memang murni kesalahan bawahannya. "Kamu bawa makanan ke rumah Pak Roy sekarang juga! Minta maaf sama dia! Bagus istrinya Pak Roy meminta untuk tidak memecat Kamu," perintah Pak Adi. Pelayan tersebut gegas meninggalkan Pak Adi dan Managernya. Ia merasa yang lebih utama adalah dengan meminta maaf ke rumah Pak Roy. Tapi setelah semua makanan siap untuk dibawa. Ia tak tahu harus kemana. Ia kembali menemui managernya. "Pak, maaf. Saya tidak

  • Tamu Di Rumah   Usulan Bekerja

    "Sudah lah, tidak ada masalah lagi kok, Mas! Sekarang kamu bisa pulang. Tentu ini sudah jam pulang kamu kerja,'' ucap Reva."I-ini ada bingkisan dari sana, Bu, Pak. Sekali lagi saya minta maaf," jawab pelayan tadi dengan memberikan tas berisi bingkisan makanan. Lebih banyak dari apa yang dibawa oleh Reva."Maka dari itu punya mulut dijaga!" umpat Roy.Reva menarik tangan Roy. Lalu meraih tas dari pelayan. Lalu mengizinkan pelayan tadi untuk pulang. Reva masuk ke dalam rumah dan diikuti oleh Roy di belakangnya. Melihat bingkisan makanan yang lengkap dengan memakai microwave dan masih hangat saja makanan yang dibawa. "Wah, kita tak perlu masak sampai dua hari ini," celetuk Reva. "Yah nggak sampai dua hari juga lah. Makanan kalau sering dihangatin juga nggak baik lah,'' sahut Roy dengan meninggalkan Reva di ruang tamu. Reva tak terlalu mempermasalahkan. Toh nantinya juga dirinya sendiri yang akan makan. Karena Roy memilih makanan yang hanya tersaji satu kali atau minimal satu hari gan

  • Tamu Di Rumah   Suasana hati

    Keesokan harinya, Reva memilih untuk membuat kue. Daripada tak melakukan apapun ia melihat video online untuk mencari tutorial membuat. Akhirnya ia memilih untuk membuat kue kering. Ia tidak meminta Bi Ira membantu. Hanya saja meminta bantuan saat berbelanja kebutuhan bahan untuk membuat kue kering di toko yang tak jauh dari rumahnya dan hanya cukup berjalan kaki.Reva melihat kembali alat dan bahan yang dibuat. Karena oven juga sudah ersedia. Dapur Roy dinilai sudah sangat lengkap dengan berbagai fasilitas. Sehingga ia merasa kasihan kalau tak dipakai akhirnya dipakai saja. Paling juga Bi Ira menggunakan juga sesekali saja.Reva mulai merasakan bahan yang dibutuhkan dengan melihat panduan dari video yang tadi ia download. Rwva dengan teliti menimbang dan membuat dengan sabar dan telaten. Kue yang pertama yang ia buat adalah kastangel. Ia memilih bahan yang kualitas premium. Setidaknya ia telah memilih bahan yang baik. Kalau pun nanti tak jadi yah setidaknya tak terlalu mengecek. Sete

  • Tamu Di Rumah   Usaha kue kering

    Sepulang Roy bekerja. Reva memuodorkan teh hangat dengan kastangel yang dibuatnya. "Tumben ada kue. Kamu beli dimana?" tanya Roy dengan mencicipi kue kastangel tanpa tahu kalau itu adalah buatan istrinya sendiri."Bagaimana, enak nggak?" balas Reva."Enak kok. Kenapa memang nya?"Reva tersenyum. "Aku tadi buat sendiri ditemani sama Bi Ira. Aku jadi kepikiran untuk membuat kue kering. Tapi kalau sekarang sih masih mau belajar dulu. Kamu setuju bggak?" "Oh, jadi kamu yang bikin. Ya kalau kamu memang mau yah aku nggak melarang kok. Selama kamu nyaman nggak masalah sepertinya," jawab Roy. Ia juga tak menuntut Reva untuk mencari uang. Karena semua kebutuhan Reva juga sanggup ia berikan meskipun harganya sangat fantastis sekali pun. Hanya saja ia melihat kalau Reva senang membuat kue itu jadi apa salahnya ia mengizinkan. Lagipula tak harus keluar rumah dan tak membuatnya khawatir. Memang Roy khawatir kalau Reva bekerja keluar rumah. Takut ada orang yang mengusik kemudian menyakiti Reva l

Bab terbaru

  • Tamu Di Rumah   Kebahagiaan

    "Akhirnya kamu menikah, Mega," ucap Reva. Kandungan Reva sudah memasuki usia sembilan bulan dan hanya menunggu waktu lahir saja. Meskipun sebenarnya dokter tidak menyarankan untuk melakukan perjalanan perjalanan terutama jalan yang tidak rata. Tetapi Reva tetap memaksa untuk bisa datang di acara pernikahan adiknya."Terima kasih, kak. Ini juga semua berkat kak Reva. Sudah meyakinkan aku kalau jodoh tak akan kemana," sahut Mega. "Kamu harus raih cita-cita mu jadi dokter loh," peringat Reva."Tentu, kak. Aku akan fasilitasi Mega di rumah sakit yang aku pegang saat ini. Aku akan wujudkan cita-cita Mega untuk bisa jadi dokter. Kalau Mega mau aku akan menyekolahkan dia jadi dokter spesialis," sahut Ivan. Ia tak sengaja mendengar obrolan istri dan kakak iparnya."Iya, kamu jaga baik-baik adikku ya, Ivan! Aku harap kamu bisa mengerti dia kalau masih bersikap seperti anak kecil. Karena pada dasarnya Mega ini adalah anak yang manja yang kemudian tiba-tiba berstatus menjadi istri orang," tita

  • Tamu Di Rumah   Pernikahan Mega

    Satu minggu kemudian.Bu Ningsih sudah memulai aktivitas kembali. Dia membuka warungnya seperti biasa. Para pelanggan pun juga sudah berdatangan ke warungnya. Ada orang yang kebetulan lewat dan makan di sana. Ia ini dikirimkan oleh Ayahnya Ivan."Bu, nasi campur satu," pesan seorang tadi. "Lauk apa, Pak?" tanya Bu Ningsih."Telur pakai sayur nangka muda saja, Bu," jawab orang tadi.Bu Ningsih pun mengantarkan pesanan itu untuk orang tadi. "Bu, kok sering tutup sih warungnya?" tanya orang tadi."Ya, ada beberapa hal di kota dan harus diselesaikan." Bu Ningsih tak tertarik dengan obrolan dari pelanggan nya tersebut. Karena tak banyak respon akhirnya orang tadi pun diam. Tak berselang lama orang tua Ivan pun yang datang. Mereka memesan di warung Bu Ningsih tetapi masih memakai masker. Setelah selesai makan pun Ayahnya Ivan hendak membayar. "Berapa semua, bu?" "Empat puluh ribu rupiah, Pak,'' jawab Bu Ningsih. Ayahnya Ivan memberikan uang seratus ribu. Dan hendak mengembalikan Ay

  • Tamu Di Rumah   Surat dari Bu Wendah

    "Sebenarnya apa penyebab ibu saya meninggal?" tanya Roy pada petugas lapas."Jadi beberapa minggu terakhir ini ibu Anda memang sakit dan sudah beberapa kali juga kami antar ke rumah sakit. Tetapi kami menyarankan untuk memberitahukan pada pihak keluarga. Tetapi Bu Wendah menolak dan ingin merahasiakan semua penyakit nya dari keluarga. Menurutnya dia malu pada keluarga nya. Jadi lebih memilih untuk diam. Dan tadi malam kondisi Bu Wendah benar-benar menurun. Kami akan bawa ke rumah sakit dia menolak. Dia tetap ingin berada di sini dan justru menitipkan surat pada pihak kami. Lalu tadi pagi kata temannya Bu Wendah saat akan dibangunkan suhu tubuhnya sudah dingin dan tak sadarkan diri. Kami periksa dan ternyata sudah meninggal sejak tadi malam," terang petugas lapas panjang lebar.Roy dan ayahnya saling memandang. Mereka selama ini tak tahu kalau ternyata Bu Wendah sakit. Mereka hanya bisa menerima takdir. Tetapi sebuah surat yang dititipkan pada petugas lapas diterima Roy. Begini lah i

  • Tamu Di Rumah   Berita duka

    Reva merencanakan untuk mengadakan acara tujuh bulanan. Acara ini memang sengaja ia gelar untuk keselamatan ibu dan bayi serta juga media untuk berbagi sesama. Melihat kebahagiaan orang membuat Reva juga bahagia. Reva melihat kebahagiaan para tamu undangan dan diberikan hampers berupa kue dari tokonya. Ia merasa tak akan rugi membagikan itu semua. Ini adalah jalan untuk berbagi dan memperkenalkan secara luas kue buatannya. Bu Ningsih dan Pak Haris juga datang. Begitu juga dengan Pak Toni selaku ayah dari Roy. Kehangatan keluarga besar itu pun sangat terasa. Begitu juga dengan para anak panti asuhan yang sengaja diundang hadir oleh Reva. Kali ini Roy juga lebih senang karena ada perwakilan keluarga nya yang hadir di acara perayaan tujuh bulanan. Segala doa dilanjutkan dan minta diberikan keselamatan sampai anak Reva lahir. Kalau pun sudah lahir Reva dan bayinya juga didoakan untuk bisa sehat terus. Dan menjelang sore pun semua tamu undangan pulang. Reva mengadakan acara tujuh bulan

  • Tamu Di Rumah   laki-laki

    Reva tahu bagaimana perasaan adiknya. Ia memang tak pernah ada di posisi Mega. Hanya saja ia pernah ditolak oleh orangtua nya dan memilih untuk pergi dari rumah karena ingin mengejar cintanya pada Roy. Apakah Reva akan memberikan nasihat seperti itu pada Mega? Tentu saja tidak. Reva hanya ingin pengalaman di masa lalunya tidak terulang untuk adiknya. Karena Mega sebenarnya anak penurut tidak seperti Reva yang lebih bar bar. Apalagi Mega juga tak pernah macam-macam. Sehingga Mega akan tetap menurut apa kata orang tuanya. Baginya keputusan orang tuanya adalah hal yang baik baginya. Karena baginya ridho tuhan ada pada orang tuanya."Kak, apakah aku memang tidak berjodoh dengan Ivan?" tanya Mega lirih."Kalau jodoh nggak akan kemana kok. Kamu lihat aku kan? Bagaimana aku bisa mendapatkan restu ibu untuk bisa menikah dengan Roy? Pada saat Roy sudah jadi menantunya pun juga masih diuji dengan berbagai masalah. Tidak hanya sampai situ, Mega! Kamu harus berdoa dan berusaha selagi kamu bisa,"

  • Tamu Di Rumah   Dibohongi

    Ivan menggigit bibirnya. Ia merasa ada salah paham di sana. "Maaf, kami akan membatalkan rencana pernikahan Mega dan Ivan." Bu Ningsih langsung bangkit dan langsung menggandeng tangan suaminya dan Mega juga. Reva kemudian menghentikan langkah ibunya. "Bu, tolong dengarkan dulu penjelasan mereka! Aku yakin mereka bukan berbohong karena ingin menyakiti pihak kita." Ia yakin keluarga Ivan hanya tak ingin kalau Ivan terlihat seperti orang kaya saja. "Untuk apa, Reva? Sudah jelas tadi kita dengar kalau mereka berbohong, 'kan? Ibumu ini memang miskin tetapi bukan berarti bisa saja dipermainkan." Bu Ningsih benar-benar marah dan tak menyangka Ia bisa dipermainkan oleh calon besannya. Tampak Mega juga berkaca-kaca. Antara kecewa kepada Ivan atau sedih jika keluarga nya telah membatalkan setidaknya rencana pernikahan tersebut.Jika Bu Ningsih sudah berkehendak tentu saja tak ada yang bisa menghalangi. Bu Ningsih benar-benar pulang. Roy masih memahami situasi tersebut. Ia makin yakin kalau

  • Tamu Di Rumah   Berbohong

    Reva menghela napas. Ia ingat betul saat pernikahan pertama nya dengan Tio yang kandas di usia pernikahan yang tergolong masih baru. Tapi apalah daya. Sekelas mungkin Reva berusaha tetapi Tio lah yang membawa tamu ke rumah. Tamu itu adalah madunya. Reva juga ingin menikah sekali seumur hidup. Tetapi ternyata keinginan nya tak tercapai. Ia baru merasakan kebahagiaan sebenarnya setelah menikah dengan Roy."Sebenarnya kalau sulit tidak. Hanya saja perlu adanya komitmen yang kuat antara kedua belah pihak. Kamu tahu kan aku juga pernah gagal di pernikahan ku yang pertama?" Mega terhenyak. Ia menyadari memang kakaknya pernah gagal dalam pernikahan pertama. "Iya, kak. Aku mengerti.""Kamu sudah yakin sama Ivan?" tanya Reva meyakinkan. "Sudah, kak. Aku memang suka sih sama Ivan. Tapi mana mungkin aku berani mengatakan kalau aku suka sama dia. Tapi ternyata Ivan juga suka sama aku. Aku nggak percaya akan hal itu,'' jawab Mega."Ya sudah kalau kamu memang yakin. Masalah pekerjaan itu bukan la

  • Tamu Di Rumah   Mega dilamar

    Mereka pun duduk bersama di ruang tamu. Hanya Reva saja yang masih belum hadir di sana. "Mega, ngomong-ngomong kakakmu nggak pulang?" tanya Ivan."Ada, dia sedang tidur. Baru datang tadi pagi. Maklum ibu hamil begitu," jawab Mega. Sebenarnya ia malu kalau berbicara dengan Ivan di hadapan keluarga mereka masing-masing. "Yah, maksud kedatangan kami ini untuk melamar Mega, Pak, Bu. Ivan ini memang anak kami satu-satunya. Dia ingin menikahi Mega. Tetapi seperti yang Ivan katakan kalau dia hanyalah office boy. Apakah Bapak dan Ibu setuju?" tanya ayahnya Ivan."Sejak awal Mega mengatakan kami memang tidak keberatan dengan pekerjaan apapun. Kami juga dari kampung dan saya juga hanya membuka warung di sini. Bukan lah orang kaya. Yang penting pekerjaan halal dan Ivan juga serius dengan Mega bagi kami tak masalah," jawab Bu Ningsih.Orang tua Ivan pun saling memandang. Mereka saling melemparkan senyum. "Hanya saja untuk menikah kami sarankan untuk menunggu minimal Mega lulus kuliah, Pak. Kan

  • Tamu Di Rumah   Pulang Kampung

    Roy mengajak Reva makan di tempat yang Reva inginkan yaitu di ayam geprek. Roy memesan tempat yang nyaman untuk Reva. Reva kemudian memesan ayam geprek level satu meskipun sebenarnya Reva ingin yang super pedas. Tetapi ia tahu kalau Roy tak akaN mengizinkan. Dan kalau pun memaksa dirinya lah yang akan sakit perut sendiri. Tak berselang lama pesanan Reva pun tiba. Ia sudah tak sabar untuk makan ayam krispi yang digeprek lengkap dengan sambal. Ia ingin makan dengan segera. Setelah datang pun Reva tak lupa berdoa agar ia makan juga baik untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam kandungan nya. Roy hanya menggelengkan kepalanya karena tingkah sang istri. Ia juga ikut makan di samping Reva. Reva makan dengan lahap dan tak butuh waktu lama ayam geprek dan nasi pun sudah ludes. "Enak banget nih," ucap Reva setelah selesai mencuci tangan."Mau dibawa pulang juga?" usul Roy."Boleh tuh." Reva dengan semangat untuk membawa pulang ayam geprek. Reva dan Roy pun pulang. Reva merasa lelah. Ia but

DMCA.com Protection Status